Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Old Shanghai, Arena Kuliner di Kelapa Gading

19 Oktober 2022   05:00 Diperbarui: 19 Oktober 2022   05:09 711
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bila di Pantai Indah Kapuk, Golf Island terdapat Pantjoran PIK dengan ikon pagoda, maka di Sedayu City Kelapa Gading bernama Old Shanghai.

Mungkin karena kalangan Tionghoa senang makan, maka perlu kawasan kuliner dengan latar belakang budaya Tiongkok, yang ditandai dengan pagoda.

Old Shanghai boleh dikatakan foto copy dari Pantjoran PIK. Penataan rumah makan dan gerai UMKM mirip sekali. Bedanya hanya makanan yang dijual. 

Kalau Pantjoran PIK didominasi makanan non halal, maka Old Shanghai justru menyajikan 70% makanan halal. Jadi kita masih dapat menemukan kuliner Western dan nusantara. Juga kita melihat pengunjung berhijab lalu lalang disini.

Dewi Kwan I'm (dokpri)
Dewi Kwan I'm (dokpri)

Ornamen, musik latar dan mural yang disajikan bernuansa Tiongkok dan Shanghai. Selain gerbang seperti yang ada di pecinan di luar negeri, pagoda, juga ada patung Dewi Kwan Im, dewi welas asih dan rickshaw. 

Muralnya menggambarkan suasana warung atau kedai di Shanghai tempo dulu, wajah gadis oriental, burung phoenix dan pendeta Tong dengan tiga muridnya yang mencari  kitab kebaikan. 

Mural ini sangat Instagramable, sehingga membuat pengunjung senang berfoto bersama, welfie atau selfie. Di bagian atas digantungkan ornamen payung kertas dan lampion yang memperindah arena.

Mural (dokpri)
Mural (dokpri)

Arena makannya ada yang bersuasana restoran, yang tertutup dan ber AC, ada pula yang berupa gerai sederhana dan gerobak pushcart dimana peminat kuliner harus menyantapnya di ruang terbuka.

Beberapa merek kuliner legendaris ditampilkan, tentu untuk menarik calon pelanggan, seperti Ponggol Nasi Lemak, Zangrandi Ice Cream, Lo Mie Pinangsia, Es Kopi Tak Kie, Ya Kun Kaya Toast, roti jadul Tan Ek Tjoan Bogor hingga Croco yang dikelola oleh Monsieur Spoon.

Setelah ada dua kawasan dengan budaya Tionghoa, sebaiknya ada kawasan lain yang menonjolkan budaya Western atau Nusantara, seperti yang pernah dilakukan oleh kelompok bisnis Summarecon di mallnya berupa Festival Kuliner.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun