Koteka Talk kali ini bergeser dari Wisata, kali ini membahas tentang cara bertani di Jerman. Tidak tanggung-tanggung, Â narasumbernya calon doktor Pertanian dan Kehutanan yang saat ini tinggal di Osnabrueck.Â
TopikDi wilayah utara Jerman itu ada diaspora Indonesia Dian Yusvita Intarini, M.Sc. Principle Research Consultant pada Dala Institute for Environment and Society diwilayah Jerman sejak 2018. Ia lulusan Fakultas Kehutanan UGM tahun 2002 dan meneruskan S2 di Universitas Hohenheim, Jerman pada tahun 2005, mendalami ilmu pertanian.Â
Saat ini ia sedang menyelesaikan program Ph.D nya, di Universitas Twente, Enschede, Belanda. Acara dipandu oleh Gaganawati Stegmann langsung dari Jerman Selatan. Â Â
Tempat tinggal Dian dengan suami dan tiga anaknya adalah di Osnabrueck, Jerman Utara yang berbatasan dengan Belabda, Polandia dan Ukraina, yang dikelilingi hutan dengan ladang gandum dan jagung. Kota Osnabrueck sendiri kira-kira seluas kota Bogor dengan gedung-gedung tua yang indah, terutama Gereja nya.
Bicara tentang pertanian, di Jerman terdapat dua sistem yaitu sistem konvensional yang menggunakan pupuk dan organik. Mereka pada umumnya mendapat subsidi dari Pemerintah. Misal berupa pengurangan pajak, bagi yang tidak mengharap tanahnya secara optimal.
Terdapat tiga jenis petani, yakni petani klasik dengan adat, demeter yang membuat pupuk sendiri dan petani yang sudah meninggalkan adat.
Dian sebelum menetap di Jerman, pernah bekerja di Aceh Barat, Bogor dan Bali, lalu ditugaskan di Jerman.
Di sekitar rumahnya terdapat peternalan kuda dan sapi yang hidup bebas di tanah yang luas. Para petani biasanya mengumpulkan kotoran ayam, babi dan sapi dengan cara mengumpulkan pada sebuah tabung, meski sangat bau, tetapi sangat bermanfaat untuk pupuk, dengan cara memompanya bila tabung sudah penuh, karena kotoran satwa ini mengandung nitrat.
Pertanian secara organik terbagi atas bioland, demeter, tanpa pestisida dan solawi. Solawi adalah sistem yang mempekerjakan orang yang membantu bertani dengan hadiah sebunkus sayur, jadi tidak mendapatkan upah.
Petani pada umumnya menanam gandum dan jagung sekali untuk sepanjang tahun untuk tanaman yang menghasilkan uang, sedangkan tanaman penunjang biasanya berganti tiap musim.
Selain itu mereka juga menanam kentang dan kacang-kacangan untuk penyubur tanah.
Hidroponik juga cukup popular karena hasilnya dinilai lebih menyehatkan.
Orang Jerman senang makan sayur secara mentah sebagai salad, tidak dimasak seperti orang Indonesia.
Suatu ide yang bagus adalah membuat perkebunan dibentuk labirin, lalu dijadikan sebagai sarana wisata bagi anak-anak dengan membayar secara suka rela.
Terdapat program pertanian yang bermanfaat bagi anak muda, yatu wwofing. bagi yang berminat dapat mempelajari lebih lanjut di situs: https://www.travelworks.de/wwoof.html.
Orang Jerman canderung ke arah vegetarian, sehingga cukup banyak mengkonsumsi tahu, tempe dan telur. Sehingga terdapat pabrik tempe di Hamburg.
Tanaman dari Indonesia yang banyak diekspor ke Jerman adalah rempah-rempah (pala, lada dan kayu manis) serta sawit.
Semoga pertanian di negara maju dapat memberikan inspirasi bagi para petani di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H