Sebagai pekerja muda dari lulusan sarjana Ekonomi saya bergabung di sebuah perusahaan sebagai tenaga pemasaran. Tiap hari saya bekerja giat mencari order bagi perusahaan dengan harapan dapat memperoleh komisi penjualan. Â Pada sore hari sehabis kerja kadang kala saya menyempatkan diri jalan-jalan atau istilah kerennya window shopping di sebuah mall di dekat kantor. Pada sebuah toko saya sangat tertarik pada sebuah sarung Samarinda berwarna biru. Sudah terbayang betapa nyamannya bila sholat Ied dengan mengenakan sarung tersebut. Harganya kuintip lumayan mahal sekitar 700 ribu Rupiah. Kubayangkan bila komisi penjualan tiga bulan silam bisa keluar di bulan Ramadan ini saya pasti akan sanggup membelinya.
Pada bulan Ramadan ini saya hampir tiap hari berkunjung ke mall dekat kantor, sambil melirik sarung idaman yang masih terpajang di etalase toko. Sementara komisi penjualan belum keluar juga. Padahal Lebaran tinggal dua minggu lagi.
Saya menghabiskan kekesalan untuk memiliki sarung tersebut dengan berbuka puasa di food court yang ada di mall tersebut. Keadaannya selalu ramai karena banyak orang memilih berbuka puasa disana, selain harga terjangkau menu pilihan cukup bervariasi.
Kadang hasrat untuk memiliki sarung tersebut sampai terbawa mimpi. Hari ini perusahaan membagikan komisi penjualan dan dengan penuh semangat, saya menuju ke toko yang menjual sarung. Sungguh terkejut hati ini ketika melirik ke etalase toko, ternyata sarung yang kuidamkan sudah tidak ada lagi. Saya menhampiri sales girl toko tersebut dan menanyakan, apakah persediaan sarung yang kuidamkan masih tersedia.. Dengan meminta maaf, sales girl toko menawarkan sarung corak lain. Namun saya kurang berminat. Maka pulanglah saya dengan perasaan kecewa berat.
Sore hari satu hari menjelang Lebaran saya sudah melupakan sarung idaman, dan menyiapkan sarung lama yang sudah dicuci bersih. Tiba-tiba kakakku memanggilku ke kamarnya. Tumben-tumben kakak nemanggil saya. Ada apakah gerangan?
Ketika saya memasuki kamar kakak, kakakku sedang memegang sebuah kotak. Begitu melihat wajahku, kakakku langsung menyerahkan kotak itu. "Surprise", katanya mengejutkanku.
Saya segera membuka isi kotak tersebut dan hampir lepas jantung saya melihat sarung Samarinda biru yang kuidamkan selama ini berda digenggamanku.Â
"Apa maksud kakak ?" Tanya saya penasaran.
"Hadiah Lebaran untukmu", jawab kakakku enteng.
"Koq kakak tahu sarung ini yang kuidam-idamkan?" Tanyaku penasaran.
"Ya, saya pernah memergokimu tengah melirik sarung itu di etalase, maka segera kubeli karena menurut penjualnya hanya tersisa satu helai." Jawab kakakku santai.
"Wah terima kasih sekali kakak," kataku gembira.
Keesokan harinya saat sholat Ied saya benar-benar dapat mewujudkan mimpi saya mengenakan sarung Samarinda biru yang kuidamkan sejak lama berkat perhatian kakakku.
Inilah sholat Ied yang paling membahagiakan bagiku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H