Seperti kita ketahui bersama, Kompasiana lahir atas ide cemerlang seorang wartawan harian Kompas, Pepih Nugraha. Kang Pepih yang memiliki wawasan futuristik menangkap sinyal kegundahan beberapa wartawan yang karya jurnalistiknya tidak dapat dimuat di media cetak, entah karena keterbatasan halaman, ketidak sesuaian dengan "selera" Redaktur atau dianggap kurang sesuai dengan visi misi Kompas.
Era Pepih (2008-2016)
Kompasiana sebagai media blog keroyokan diresmikan sebelas tahun silam, secara institusional dibawah Kompas.com karena bersifat media digital. Pada tahun pertama sebagai blog jejaring internal untuk wartawan dan karyawan KKG, akhirnya pada tahun ke dua dibuka untuk dapat diakses oleh umum.Â
Beberapa tulisan yang masuk dan penulisnya masih 4L (Lu Lagi Lu Lagi) karena masyarakat belum kenal apa itu Kompasiana, sehingga penulis perdana itu akhirnya terkumpul dalam komunitas Kokom (Kompasiana Mula-mula).
Dari tahun ke tahun Kompasiana bertumbuh dengan motto "Sharing. Connecting". Menulis untuk berbagi, dan saling berhubungan membentuk suatu pertemanan.Â
Hal ini dikuatkan dengan beberapa program "copy darat" seperti Nangkring, Ngoplah, hingga Kompasianival serta terbentuknya beberapa komunitas yang disesuaikan dengan kegemaran (KPK - kuliner, Komik - film, Koteka - wisata, Koplak Yo Ben (siaran televisi), Click (commuter line), Rumpies The Club (fiksi), Desa Rangkat - puisi, dan lain-lain) dan teritori (Ketapels - Tangsel dan sekitarnya, Kompal - Palembang, Komed - Medan, KJogja - Jogja, dan lain-lain). Kabarnya hingga 2017 sudah tercatat total 37 komunitas.
Kompasiana terus bergulir sebagai platform blog yang memiliki citra positif dan gengsi yang tinggi. Bahkan hingga kini masih banyak pembaca yang belum dapat membedakan antara Kompas dan Kompasiana.Â
Bila ada tulisan di Kompasiana yang dinilai salah, dengan mudah pembaca menuding "Kompas sekarang sudah menurun cek n riceknya". Sebaliknya, bila ada tulisan yang bernas, pembaca banyak beranggapan tulisan-tulisan ini berbobot sehingga pantas muncul di Kompasiana.
Terus bergelut dengan aneka problematik bahkan Kompasiana termasuk nyaris hampir ditutup karena adanya tulisan yang terlalu menyinggung penguasa, sehingga membahayakan kelompok bisnis besar yang mengayominya.Â
Padahal sudah jelas, isi tulisan adalah tanggung jawab penulis, namun sebagai pengelola Kompasiana, COO Kompasiana selalu yang dikejar tanggung jawabnya.
Kompasianival adalah ajang temu darat blogger terbesar dan bergengsi, banyak pejabat Pemerintahan, tokoh bisnis, seni dan olahraga berhasil dihadirkan guna berbagi inspirasi. Puncaknya adalah saat Kompasianival mampu mendatangkan Presiden RI Joko Widodo.Â