Tokoh Gundala diciptakan oleh Harya Suraminata (Hasmi) pada 1969, melalui komik "Gundala Putera Petir". Hasmi terus berkreasi hingga menghasilkan 23 judul komik dalam kurun waktu 13 tahun (1969-1982), komik terakhirnya adalah "Surat dari Akherat".
Tokoh Gundala merupakan gabungan tokoh Ki Ageng Selo sebuah legenda di masyarakat Jawa yang mampu menangkap petir, dan Flash seorang pahlawan super dari Amerika Serikat yang mampu berlari secepat kilat. Gundala mengadopsi kata gundolo dari bahasa Jawa yang artinya petir.
Komik Gundala diangkat ke layar lebar pertama kali oleh sutradara Lilik Sudjio dan Teddy Purba sebagai pemeran Gundala pada 1981. Tahun 2019, giliran Abimana Aryasatya berperan sebagai Gundala dan Joko Anwar sebagai sutradara.
Film "Gundala" terbaru ini disebut serial Patriot, karena produsernya merencanakan akan membuat film-film pahlawan super (super hero) Indonesia lainnya, seperti Mandala, Si Buta dari Gua Hantu, dll.
Gundala (2019) dipenuhi dengan adegan perkelahian hampir dari awal hingga akhir film, diawali dari perkelahian antara pendemo vs pasukan pengaman pabrik, perkelahian anak-anak pengamen, perkelahian melawan preman pasar hingga melawan pasukan pengawal mafia.
Sinopsis
Sancaka kecil (Muzakki Ramdhan) adalah anak dari keluarga miskin, ayah Sancaka (Rio Dewanto) adalah buruh pabrik dan salah satu tokoh pendemo. Ayah Sancaka terbunuh dalam aksi penjebakan yang diatur pemilik pabrik. Ibu Sancaka, Kurniati Dewi (Marissa Anita) sudah mencium gelagat kurang baik dan meminta Sancaka kecil memberitahu ayahnya, namun terlambat.
Karena harus mencari uang, ibu Sancaka terpaksa meninggalkan Sancaka kecil untuk bekerja. Sancaka kecil mulai mengamen, namun saat membela pengamen perempuan yang diperlakukan tidak adil, ia dikeroyok sekelompok pengamen. Untungnya ia ditolong seorang anak yang menguasai ilmu bela diri, yang akhirnya melatih Sancaka kecil ilmu bela diri.
Pesan dari sang penolong sekaligus sang guru, "agar tidak perlu ikut campur urusan orang lain, karena akan mendatangkan masalah bagi dirimu sendiri." Sancaka kecil menjadi bingung, jiwanya penolong namun pesan gurunya membuatnya ragu menolong orang.
Sancaka (Abimana Aryasatya) beranjak dewasa dan bekerja sebagai Security pada sebuah percetakan koran dan tinggal sendiri di rumah petak. Suatu hari Sancaka terpaksa menolong tetangganya Wulan (Tara Basro) yang tinggal bersama adiknya Teddy, diganggu preman pasar. Akibatnya, Sancaka dicari preman pasar yang lebih banyak lagi dan dipukuli hingga babak belur.
Suatu hari hujan lebat dengan banyak petir, Sancaka tersambar petir. Pada sebuah perkelahian karena Sancaka membela pedagang pasar, ia kembali dikeroyok preman. Pada saat terpojok, telapak tangannya mampu mengeluarkan petir sehingga lawannya sebanyak 30 orang di buat menyerah kalah.
Film dibuat lebih realistis, berbeda dengan komiknya yang mengaitkan Sancaka dengan kerajaan petir. Dan pada film ini kekuatan lain Gundala yang mampu berlari secepat kilat belum dimunculkan. Menurut komiknya, kemampuan berlari cepat ini berasal dari Batara Bayu.
Kekuatan Gundala adalah mampu mengeluarkan petir dari telapak tangannya, bergerak secepat kilat dan jago bela diri (silat).
Lawan utama Gundala pada film ini adalah Pengkor (Bront Palarae) seorang pimpinan mafia, yang menguasai wakil-wakil rakyat. Pengkor tidak segan-segan menghabisi karier wakil rakyat yang tidak mau bekerja sama dengannya.Â
Pengkor menyuntikkan cairan anti moral ke dalam beras yang berakibat fatal bagi ibu-ibu hamil yang nantinya akan melahirkan anak-anak yang tidak bermoral, sehingga merusak satu generasi.
Pada akhir film sempat dimunculkan lawan-lawan Gundala dalam komik, seperti Ghazul / Ghani Zulham (Ario Bayu) pada komik tokoh ini baru muncul dalam "Dokumen Tjandi Hantu" (1969) dan Ki Walawuk - "Dr. Jaka dan Ki Wilawuk" (1975). Sepertinya bakalan ada sekuelnya film Gundala kali ini, kita nantikan saja bersama.
Satu-satunya pahlawan super teman Gundala yang sudah tampil pada film ini adalah Merpati ("Pangkalan Pemunah Bumi", 1977, "Penganten Buat Gundala", 1977 dan "Bulan Madu di Planet Kuning", 1978). Meski masih belum tampil sebagai pahlawan super dan hanya berujud Wulan yang membela pedagang pasar. Â
Meski tidak sebagus seragam pahlawan super besutan Marvel, Gundala juga memiliki ciri khas, yakni memakai masker yang menutupi mulut dan hidung, mengenakan helm dan kaca mata.Â
Baju dan celana kecoklatan, balutan di lengan, bahu dan paha, pelindung lutut, dan sepatu hitam bertali. Konon kabarnya, baju seragam dipesan dari Amerika Serikat.
Kita boleh berbangga karena film "Gundala" akan ditayangkan pada Toronto International Film Festival (5-15 September 2019). Film ini patut ditonton, guna menumbuhkan semangat kepedulian untuk membela kaum lemah yang ditindas semena-mena oleh kelompok mafia.
Film Gundala (2019) yang tayang perdana 29 Agustus 2019 diharapkan akan sukses, terbukti kursi terisi penuh pada jam pertunjukan sore hari, sehingga saya baru kebagian tiket pada jam pertunjukan terakhir.
Data Film
Genre: Action, Crime, Drama
Produser: Bismarka Kurniawan, Wicky V. Olindo, Sukhdev Singh
Produksi : Screenplay Films, Bumi Langit Studios, Legacy Pictures
Sutradara & Penulis: Joko Anwar
Artis: Abimana Aryastya, Tara Basro, Hannah Al Rashid, Cecep Arif Rahman, Bront Palarae, Ario Bayu, Rio Dewanto
Durasi: 123 menit
Rating: 13 tahun
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H