Panasnya kota Macau membuat pedagang minuman selalu dipenuhi para pengunjung yang kehausan. Harga minuman tentu harga turis, seperti layaknya kawasan wisata, bervariasi dari MOP 20-30. Anda pun bisa kenyang bila mau menerima contoh atau sample kue dan dendeng.
Karena sudah kelelahan berjalan kaki, saya mencoba mencari taxi untuk menuju ke hotel. Sekali lagi pengalaman pahit menimpa saya, seperti saat saya bepergian ke Sanya, Tiongkok Selatan beberapa tahun yang silam. Sopir taxi menolak mengantarkan saya ke hotel, gara-gara saya tidak dapat menunjukkan nama hotel dalam aksara Mandarin. Jadi, tips bagi Anda sekalian, bila bepergian ke negara Tiongkok, sebaiknya catat nama hotel dalam aksara Mandarin, jangan hanya mencatat dalam aksara Latin, mereka banyak yang tidak tahu atau bisa salah hotel bila penyebutannya kurang tepat.
Karena tidak ada taxi yang mau mengantar, terpaksa membuka peta kota Macau, akhirnya ketemu juga alamat hotel yang ternyata tidak begitu jauh dari kawasan Ruinas de S. Paulo. Sore dan malam hari saya memutuskan untuk istirahat total agar besok pagi masih bisa melanjutkan berpetualang di kota Macau. Makan malam di dekat hotel, yang perlu dicatat, porsi makanan di Macau itu luar biasa besar, bisa untuk share ber dua, harga bervariasi antara MOP 27-55 tergantung dari menu yang dipilih.
Satu lagi yang masih aktif di jalan, adalah becak tiga roda alias pedicab (tri cyclo). Beda dengan becak di Indonesia, kalau becak di Indonesia penumpangnya duduk di depan, abang becaknya mengayuh di belakang, namun tri-cyclo, penumpang duduk di belakang, sedangkan abang becaknya mengayuh di depan. Tri-cyclo ini pada tahun 1948 berhasil menggantikan rickshaw untuk mengantar tamu keliling kota Macau, dan pada masa jayanya mencapai 700 tri-cylco dengan 1.000 pengemudi. Kini, sudah tidak lazim digunakan di jalanan, dan hanya masih ada beberapa tri-cylco di depan hotel Grand Lisboa, dan masih dapat mengantar Anda ke beberapa ikon wisata di Macau untuk tujuan pariwisata saja.
(Macau, June 10, 2018)