Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Jelajah Kota Tua Batavia: Keindahan Arsitektur Eropa di Jakarta

16 Agustus 2016   17:23 Diperbarui: 16 Agustus 2016   17:29 1074
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Museum Sejarah Jakarta (Dok. Pri)

Kami melanjutkan penelusuran Kota Tua dengan mengarahkan perjalanan ke Lapangan Fatahillah atau Taman Fatahillah, sebuah alun-alun dimana terdapat Kantor Gubernur Jenderal, yang kini difungsikan sebagai Museum Sejarah Jakarta. Sebelum mencapai Tamah Fatahillah, kami sempat melintasi Kedai Kopi Aroma Nusantara yang menempati bangunan tua yang sudah direnovasi, yang khusus menjajakan kopi dari seluruh Indonesia. Indonesia adalah negara penghasil kopi terbaik di dunia, dan rencananya pada salah satu bagian bangunan Kedai Kopi ini akan dijadikan Museum Kopi. Kedai Kopi ini juga menyediakan mixed kopi dari berbagai kopi yang dihasilkan dari seluruh pelosok nusantara, dari Gayo di Aceh hingga Wamena di Papua.

Cafe Batavia (Dok. Pri)
Cafe Batavia (Dok. Pri)
Alun-alun ini dikelilingi gedung-gedung tua peninggalan masa kolonial Belanda, mulai dari Cafe Batavia di sisi Utara, sebuah rumah makan bergengsi yang menyajikan kuliner Belanda dan kuliner nusantara yang dulunya merupakan gudang komoditas hasil bumi.

Anda akan menjumpai sebuah meriam besar yang dikenal sebagai Meriam si Jagur yang merupakan meriam hasil rampasan pemerintah Hindia Belanda dari Portugis, didekatnya terdapat Kantor Pos, yang hingga kini masih berfungsi. Bergeser ke sisi Timur, Anda akan mendapati Museum Keramik dan Seni Rupa yang menempati bekas Kantor Dewan Kehakiman pada tahun 1870.

Museum Sejarah Jakarta (Dok. Pri)
Museum Sejarah Jakarta (Dok. Pri)
Di sisi Selatan, Anda akan menemui Museum Sejarah Jakarta, sebuah bangunan yang dibangun pada abad 18 sebagai Stadhuis atau Balai Kota dengan mencontoh arsitektur bangunan Istana Dam yang ada di kota Amsterdam. Selain sebagai pusat pemerintahan Hindia Belanda, dulu bangunan ini juga berfungsi sebagai rumah tinggal Gubernur Jenderal, ruang pengadilan dan penjara bawah tanah. Masih dapat disaksikan sebuah lonceng yang selalu dibunyikan, bila ada seorang yang telah menjalani hukuman mati.

Sisi berikutnya adalah sisi Barat yang kini difungsikan sebagai Museum Wayang, semula berfungsi sebagai Gereja Lama Belanda yang dibangun pada abad 17. Gereja Lama ini pernah terbakar dan dibangun kembali dengan sebutan Gereja Baru pada menjelang pertengahan abad 18. Dulunya di halaman dalam bangunan ini juga menjadi tempat makam para Gubernur Jenderal Hindia Belanda dan warga Belanda lainnya. Kini kompleks pemakaman telah dipindahkan ke Musem Taman Prasasti yang terdapat di kawasan Tanah Abang.

Ditengah-tengah alun-alun terdapat sebuah bangunan yang merupakan tempat mengambil air bagi penduduk sekitar, airnya jernih sehingga dapat dimanfaatkan untuk air minum. Kini fungsi sebagai tempat mengambil air sudah ditiadakan.

Es Tajin (Dok. Pri)
Es Tajin (Dok. Pri)
Perjalanan menjelajah Kota Tua Batavia, kami akhiri dengan beristirahat di Historia cafe, sebuah cafe yang memanfaatkan bangunan tua bekas perusahaan asuransi dan direnovasi dengan bantuan Unesco. Cafe ini memiliki bagian belakang yang anggun, dan sering digunakan untuk sesi foto. Di Historia Cafe kami dijamu  dengan minuman yang sudah langka, yakni es tajin. Air tajin yang merupakan sisa air saat menanak nasi, sangat kaya dengan vitamin. Di era penjajahan di kala rakyat sangat menderita, air tajin sempat dimanfaatkan untuk menggantikan air susu untuk konsumsi bayi-bayi. Oleh chef Historia Cafe, air tajin dimodifikasi dengan menambahkan daun jeruk, kayu manis dan es. Rasanya sangat segar dan menyehatkan tentunya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun