Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Mengenal Figur Syiar Islam di Batavia: Habib Cikini

22 Juni 2016   09:30 Diperbarui: 22 Juni 2016   17:47 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Habib Cikini (Dok.Pri)

Bulan Juni biasa dirayakan sebagai hari lahir kota Jakarta, yang pernah bernama Jayakarta dan Batavia. Sebagai kota pelabuhan Batavia tidak luput dari pengaruh syiar agama Islam, yang dilakukan para pedagang dan habib dari Timur Tengah, khususnya Hadramaut.

Dengan adanya politik pengelompokan suku bangsa agar mudah diawasi, hanya orang Belanda dan Eropa yang boleh tinggal di dalam kota Batavia. Maka orang Tionghoa ditempatkan di kawasan Chinatown sekarang (Glodok), sedangkan orang Arab ditempatkan di Kampung Arab - Pekojan - Jakarta Barat.  

Pergerakan syiar agama Islam di Batavia, menyebabkan orang Arab lalu menyebar ke Krukut - Jakarta Barat, Condet - Jakarta Timur, Tanah Abang dan kawasan jalan Raden Saleh sekarang, Cikini & Kwitang - Jakarta Pusat.

Daerah Cikini & Kwitang terbukti sebagai salah satu pusat syiar agama Islam dengan adanya makam Habib Cikini, pesantren di Kwitang dan masjid al Makmur.

Siapa Habib Cikini?

Habib Abdurrahman adalah seorang pedagang sekaligus penyebar agama Islam yang lahir di Semarang. Habib Abdurrahman merupakan putera dari Habib Abdullah Al Habsy, kelahiran Hadramaut, Yaman yang bermukim di Pontianak, Kalimantan Barat.  Habib Abdullah wafat ketika kapal yang akan mengantarkannya pulang ke Pontianak karam sekitar tahun 1870-an. Setelah ayahnya wafat, Abdurrahman kemudian hijrah ke Batavia untuk berdagang sekaligus menyebarkan agama Islam di tanah Betawi.

Menurut keterangan Habib Mudhor yang saat ini menjaga makam Habib Abdurrahman, habib yang dikenal sebagai Habib Cikini ini pernah menikah dengan Syarifah, adik Raden Saleh maestro lukis Indonesia, tetapi tidak memiliki keturunan.

Saat di Batavia, Habib Abdurrahman menikah dengan seorang gadis Betawi yang berasal dari Jatinegara. Gadis itu bernama Salmah. Dari pernikahannya dengan Salmah tersebut, kemudian lahir Habib Ali dan Habib Abdul Kadir. Kabarnya, ketika akan melahirkan Habib Ali, Nyai Salmah bermimpi menggali sumur yang mengeluarkan air meluap dan membanjiri sekelilingnya. Habib Abdurrahman yang mendengar mimpi isterinya segera menemui Habib Syekh bin Ahmad Bafaqih, meminta pandangan. Menurut sahabatnya itu, mimpi tersebut merupakan pertanda  kalau Habib Abdurrahman akan mendapat seorang putera yang saleh dan ilmunya luar biasa.

Anak pertama  Habib Abdurrahman itu kemudian lahir pada hari Minggu 20 Jumadil Awal  1286 bertepatan dengan  20 April 1870. Anak tersebut lalu diberi nama Ali bin Abdurrahman Al Habsy. Habib inilah yang kemudian melanjutkan dakwah ayahnya. Habib Ali kemudian membuka pesantren di daerah Kwitang yang sampai saat ini dikenal dengan nama Majelis Kwitang, dan dikenal sebagai Habib Kwitang.

Selain memiliki putera yang pandai dalam ilmu agama, Habib Abdurrahman  juga memiliki banyak murid yang pandai dalam mengembangkan agama Islam, khususnya di wilayah Batavia. Salah satu murid yang paling tersohor adalah Habib Ahmad Bin Alwi Al Haddad yang dikenal dengan nama Habib Kuncung. Habib Kuncung dimakamkan di wilayah Kalibata, Jakarta Selatan. Habib Kuncung dikenal sebagai seorang ulama yang memiliki ilmu agama yang tinggi dan memiliki karomah. Salah satu karomahnya, apabila ada seorang yang mengalami kesulitan dan sangat memerlukan bantuan, beliau muncul dengan tiba-tiba.  Kesohoran ilmu yang dimiliki Habib Ali Kwitang (putranya) serta Habib Kuncung (muridnya) telah menyebar ke penjuru Batavia dan sekitarnya. Tak heran setiap minggu banyak masyarakat yang mengikuti pengajian serta berziarah di majelis yang didirikan kedua ulama tersebut.

Kesamaan Nama Dengan Cucu

Ada seorang anak Habib Ali Kwitang atau cucu dari Habib Cikini yang juga bernama Abdurrahman. Nama yang sama ini sering menyebabkan kekeliruan. Yang menikah dengan seorang wanita Belanda, bukanlah Habib Abdurrahman yang Habib Cikini, melainkan cucu Habib Cikini yang juga bernama Abdurrahman. Habib Abdurrahman ini yang memperIstri seorang wanita Belanda, yang akhirnya menjadi mualaf dan merubah namanya menjadi Mariam. Isteri Habib yang warga Belanda ini sangat tekun belajar agama, dan dalam dua tahun sudah menunaikan ibadah haji, dan melanjutkan syiar agama Islam setelah suaminya wafat.

Makam Keramat

Nama lengkap Habib Cikini adalah Al Habib Abdurrahman bin Abdullah Al Habsyi. Habib Cikini wafat 1879 dan dimakamkan di daerah Cikini. Karena makamnya hanya didatangi beberapa orang saja untuk berziarah. Seiring perkembangan kota Jakarta, makam ini mau dipindahkan karena akan dibangun apartemen.

Prasasti di makam (Dok. Pri)
Prasasti di makam (Dok. Pri)
Makam ini terkenal sejak mengeluarkan air terus menerus selama satu minggu, saat makam ini digali untuk dipindahkan. Air yang memancar deras dari makam Habib Abdurrahman bin Abudullah Al Habsy di Cikini ini sebenarnya disebabkan fenomena alam biasa saja, karena kawasan Cikini - Kwitang dikenal memiliki sungai dalam tanah. Dalam ilmu pengetahuan dikenal sebagai air tanah dangkal. Kini makam Habib Cikini dibangun jauh lebih indah, dihormati dan terletak tepat di sebelah bangunan apartemen yang sedang dibangun.

Pintu Masuk Makam (Dok. Pri)
Pintu Masuk Makam (Dok. Pri)
Makam dibangun seperti masjid, ada dua bagian, bagian pertama dengan tiga makam, makam Habib Cikini, makam Syarifah isteri pertama Habib Cikini dan cucu Habib Cikini (anak dari Habib Kwitang). Bagian kedua adalah tempat untuk melaksanakan sholat.

Demikian kisah syiar agama Islam di daerah Cikini-Kwitang, di era penjajahan Belanda. Sayangnya belum ada situs resmi yang menjamin kevalidan sejarah, tulisan ini dikumpulkan dan dirangkai dari beberapa sumber dan wawancara dengan Habib pewaris makam Habib Cikini. Semoga para ahli sejarah berkenan menyempurnakannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun