Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Ada Citarasa Betawi di Kota Tua Jakarta

6 Juni 2016   08:37 Diperbarui: 7 Juni 2016   12:17 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bulan ini provinsi DKI Jakarta akan merayakan hari ulang tahun kota Jakarta yang ke 489. Jakarta yang sempat berganti nama berkali-kali, pertama kali dikenal dengan nama Sunda Kelapa, lalu saat dikuasai Kesultanan Banten dirubah menjadi Jayakarta (kemenangan besar), sempat disebut Batavia saat dikuasai Belanda, beralih lagi jadi Jacatra dan terakhir di era Jepang berubah menjadi Jakarta hingga sekarang.

Kota Jakarta memiliki penduduk asli yang disebut warga Betawi, beberapa tokoh terkenal seperti jawara silat si Pitung mampu membuat pusing pemerintah Hindia Belanda, karena aksi perlawananannya atas tindakan Belanda yang tidak adil terhadap warga Betawi saat itu. Namun sekarang seiring dengan perkembangan kota Jakarta, warga Betawi ironisnya malah tergusur kepinggiran bahkan keluar kota Jakarta.

Beruntungnya budaya Betawi masih diupayakan tetap dilestarikan, seperti kesenian gambang kromong, tari yapong, pencak silat dan Ondel-ondel. Mirisnya kesenian Ondel-ondel kini sering dimanfaatkan untuk mengamen atau minta-minta yang tidak sesuai dengan citra aslinya sebagai kesenian berbudaya tinggi.

Juga kuliner Betawi masih tetap diupayakan eksis ditengah maraknya kuliner global yang menggurita dengan sistem waralaba. Kita masih dapat dengan fasih menyebutkan Gado-gado, Soto Betawi, Nasi Ulam, Nasi Uduk, Ketoprak, Semur Jengkol, Pindang Bandeng, Soto Tangkar, Laksa, Ketupat Sayur, Kue Rangi, Kue Pancong, Uli Bakar Serundeng Kerak Telor, Rujak Juhi, Bir Pletok  dan Es Selendang Mayang.

Sayur Babanci

Ada satu kuliner khas Betawi yang mulai langka, yakni Sayur Babanci, mungkin dikarenakan bahannya yang rumit dan langka, konon katanya harus menyediakan 21 bahan baku bumbu, diantaranya Temu Kunci, Cabe Merah, Bawang Merah, Bawang Putih, Kemiri, Jahe, Lengkuas, Sereh, Daun Jeruk, Daun Salam, Terasi, Kapulaga, Bunga Bintang, Asam, Kunyit, Kedaung, Botor, Tai Angin, Garam, Gula Putih, dan Kencur. Sedang bahan lainnya adalah daging sapi bagian paha, kelapa muda, serundeng, petai, daun bawang dan tomat.

Sayur Babanci (Dok.Pri)
Sayur Babanci (Dok.Pri)
Sayur Babanci ini lazim disajikan dengan lontong atau ketupat, meski sekarang sering juga disantap dengan nasi. Bentuknya lebih menyerupai gulai, dan bukan sayur karena tidak ada sayuran di dalamnya. Rasanya agak asam karena adanya bahan tomat, juga ada rasa pedas yang segar, juga jangan heran bila di antara daging terdapat daging kelapa muda. Mengenai nama Babanci sendiri masih belum jelas, ada yang menyebutkan dari singkatan Baba dan Enci karena kuliner ini termasuk kuliner Tionghoa Peranakan dan Betawi. Seharusnya Sayur Babanci masuk di menu rumah makan agar tidak tergerus oleh perkembangan zaman.

Beberapa kuliner khas Betawi lainnya, misal Kerak Telor adalah kuliner Betawi yang berbentuk mirip martabak, telur dadar dengan isi ketan dan ebi, yang diatasnya ditaburi kelapa sangrai.

Kerak Telor (Dok. Pri)
Kerak Telor (Dok. Pri)
Gado-gado tergolong salad ala Betawi, terdiri dari aneka sayuran dengan irisan tahu / tempe kadang ditambah telur rebus dan disiram kuah kacang.

Sedangkan Es Selendang Mayang tergolong dessert, potongan puding warna-warni diberi santan dan ditambahkan es serut. Sangat segar disantap ditengah panasnya kota Jakarta.

Es Selendang Mayang (Dok. Pri)
Es Selendang Mayang (Dok. Pri)
Dua Resto

Bila Anda sedang berkunjung ke kawasan Kota Tua Jakarta, adalah Historia Food and Bar, yang berdiri pada bangunan tua bekas perusahaan asuransi yang kini sedang direnovasi dengan bantuan dana Unesco. Restoran ini terbagi tiga bagian, dua sisi bangunan kiri dan kanan tempat bersantap dan bagian belakang yang anggun. Restoran ini masih menyediakan aneka kuliner khas Betawi, seperti Sayur Babanci, Kerak Telor, Gado-Gado dan Es Selendang Mayang.

Historia saat ini memiliki paket makan siang seharga 85 ribu rupiah dengan pilihan Nasi Ayam Kecombrang & kuah Asam Gurame, Nasi Bakar Teri & Soto Betawi atau Nasi Bakar Cumi Cabe Ijo & Nasi Ayam Sampyok.

Tepat disebelah Historia, terdapat Kedai Seni Djakarte, juga restoran yang memanfaatkan salah satu bangunan tua di kawasan Kota Tua Jakarta yang kini sedang direnovasi dengan bantuan Unesco. Restoran ini memiliki konsep dapur terbuka dengan menu kuliner lokal, salah satunya menyediakan Bir Pletok.

Bir Pletok ini adalah kreativitas warga Betawi yang dilarang agama minum bir yang mengandung alkohol yang memabukkan, berbahan baku jahe, sereh, cengkeh, kayu manis, kapulaga, serai, pala, kayu secang, daun jeruk, gula pasir, gula merah dan garam, supaya ada buih harus dikocok (shake) didalam bambu yang ditutup, karena saat dikocok terdengar bunyi 'pletok', maka kemudian dikenal dengan nama bir pletok yang sehat dan menghangatkan badan.

Sungguh sangat menyenangkan menikmati gedung berarsitektur Art Deco yang kini beralih fungsi menjadi Museum, sambil menikmati kuliner khas Betawi di Kawasan Kota Tua Jakarta. Mari kita lestarikan kuliner khas nusantara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun