"Jarak yang terjauh di dunia ini adalah saat saya berada di samping kamu, dan engkau sedang bermain gadget", demikian tulis seorang suami yang jengkel karena saat pulang kerja mendapati isterinya asyik dengan gadget-nya. Menomorsatukan media sosial dapat membuat orang tidak senang. Pada masa kini dan yang akan datang, masalah perceraian mungkin disebabkan oleh gadget dan bukan karena perselingkuhan.
Bila Anda beramai-ramai pergi makan bersama, akan tetapi masing-masing sibuk dengan BBM, WA, Line, Path, Facebook, Twitter atau Instagram, memang Anda selalu terupdate dengan berita terkini yang sedang aktual di media sosial, tetapi hati tidak terkonsentrasi pada teman-teman atau keluarga di meja makan yang sama. Suasana di meja makan yang seharusnya riuh rendah dengan canda tawa, berbalik sepi sunyi senyap. Sedih menyelimuti hati, melihat para teman sekalian atau anggota keluarga sedang sibuk dengan gadgetnya masing-masing, terpaksa saya juga ikut main gadget, untuk menghindari kecanggungan. Setelah pulang ke rumah juga begitu, tidak ada komunikasi antara pasangan suami isteri dan anak-anak, karena masing-masing sedang sibuk dengan gadget-nya.
Kadang terlihat dua orang saling duduk berhadapan, tidak berbicara sama sekali, karena salah satu atau keduanya sibuk dengan gadget. Kalaupun harus bicara akhirnya tidak ketemu dan muncul sikap saling tidak peduli. Mungkin Anda tiada waktu untuk keluarga maupun berbakti pada orang tua, tetapi Anda bisa menyisihkan banyak waktu untuk merenung dan tertawa di dunia maya.
Bertamu, pegang gadget…
Ngaji atau di gereja, main gadget…
Terima tamu, sibuk dengan gadget…
Bekerja, konsentrasi pada gadget…
Belajar, main gadget…
Sambil makan, perhatian pada gadget…
Di tengah keluarga, sibuk dengan gadget…
Seakan kiamatlah duniamu tanpa gadget…
Ketergantungan
Tanpa Anda sadari telah terbentuk sebuah kebiasaan buruk. Bangun tidur, yang dilakukan pertama kali adalah mencari gadget, sebelum tidur, yang terakhir disentuh juga gadget. Tanpa gadget sepertinya kesepian dan seakan berada di dunia lain. Sebenarnya gadget sekarang ibarat seperti candu, merusak gairah dan jiwa Anda. Punya masalahpun bukan lagi mendatangi keluarga terdekat, tetapi membahas di media sosial karena terasa lebih afdol. Manusia menjadi seperti zombie, hidupnya hanya seputar dunia dalam kapasitas gadgetnya.
Basahnya embun pagi, hangatnya matahari pagi. Jabat erat tangan sahabat telah hilang dan diganti dengan gambar-gambar mati pada gadget. Gerak petualangan akan hebatnya bumi juga sudah diganti hanya dengan gerakan telunjuk dan jempol. Wajah-wajah mulai pucat, tubuh mulai ringkih, pahala-pahala berterbangan sia-sia sebagai resiko terburuk yang mungkin dimiliki. Sedangkan engkau tidak kemana-mana dan belum melakukan apapun selain menggerakkan jempol dan jarimu pada layar kecil yang penuh sihir ini.
Pada abad yang lalu, orang berbaring mengisap candu, pada 100 tahun kemudian, orang berbaring bermain gadget, sebuah posisi yang sangat mirip antara satu dengan yang lain.
Solusi
Hidup dalam kematian itu adalah keniscayaan, tapi mati dalam kehidupan itu pilihan. Maka bangunlah, hiduplah sebagaimana manusia itu hidup.
Saat suami atau isteri datang, simpan gadget-mu! Saat anak bercerita, simpan gadget-mu! Saat ibu bapak bicara, matikan gadget-mu! Saat tamu berkunjung, simpan gadget-mu! Saat rumah bau berantakan, simpan gadget-mu, ayo bersihkan! Saat matahari merekah, udara sejuk, angin semilir, burung bersiul, anak-anak tertawa riang, simpan gadget-mu!
Perhatikan duniamu dengan seksama. Sebab nikmat Ilahi ada di sana. Hiduplah!! Engkau belum mati, maka jangan bertingkah seperti mayat.
Bila Anda memiliki cafe atau rumah makan, beranikan untuk menuliskan suatu pemberitahuan :
"Kami tidak ada WIFI, bicaralah dengan orang yang berada di sisi Anda !"
Unplugged Family Day
SOS Children's Villages, sebuah organisasi nirlaba yang fokus memperjuangkan pemenuhan hak-hak dasar anak khususnya pengasuhan. Sangat prihatin dengan kenyataan bahwa seringkali orang tua tidak menyadari bahwa kehadiran gadget berpotensi mengganggu interaksi fisik dan emosional dengan anaknya.
Padahal, komunikasi orang tua dan anak dalam momen yang berkualitas sangat penting untuk mendukung pembentukan karakter anak. Tahun ini, bertepatan dengan Hari Keluarga Internasional yang jatuh setiap tanggal 15 Mei, SOS Children’s Villages Indonesia menggandeng Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengadakan “The Unplugged Family Day” menyerukan tentang pentingnya membangun waktu berkualitas orang tua bersama anaknya.
Acara ini dilangsungkan 21 Mei 2016 yang lalu dari jam 12.00-20.00 di Piazza - Gandaria City Mall, Jakarta, yang disulap menjadi pojok dolanan (playground). Acara keluarga ini dimeriahkan dengan aneka permainan khas daerah seperti gasing, eggrang, bedil jepret, roda-rodaan, dan lain-lain. Juga diajarkan cara membuat pedang-pedangan dan burung-burungan dari janur kelapa.
Acara hari itu dipuncaki dengan seremonial mematikan gadget yang dipimpin Greg Hadi Nitihardjo (SOS Children's Village Indonesia), Rita Pranawati (Sekjen KPAI) dan Hana Yasmira (Parenting Communication) bersama seluruh peserta acara untuk mematikan gadget-nya bersama, sebagai simbol keberanian untuk melawan ketergantungan pada teknologi.
Anda peduli dengan keluarga Anda? Ayo sisihkan waktu berkualitas bagi keluarga, jangan habiskan waktu Anda dengan gadget belaka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H