Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Wisata Jakarta: Ada Jejak Portugis di Kampung Tugu

11 Mei 2016   09:18 Diperbarui: 11 Mei 2016   09:27 1080
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keroncong Tugu (Sumber: Jakarta Food Adventure)

Tidak hanya di Malaka, Macau, Timor Leste, Aceh dan Gorontalo terdapat peninggalan bangsa Portugis. Ternyata di Jakarta juga ada, Jakarta Food Adventure menggarapnya dengan tema "Explore Portuguese Village Kampung Tugu".

Kampung Tugu adalah sebuah tempat bersejarah di Jakarta Utara. Kawasan ini dibagi menjadi dua Kelurahan, yaitu Kelurahan Tugu Utara dan Tugu Selatan, yang termasuk wilayah Kecamatan Koja.

Sejarah

Kampung Tugu tidak dapat dipisahkan dari sejarah kota Jakarta di masa lampau. Nama Tugu sendiri berasal dari sebuah prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara yang diperkirakan dibuat pada abad ke-5 Masehi. Prasasti yang ditemukan di kampung Batutumbuh itu berbentuk bulat hampir menyerupai kerucut, dengan baris-baris hurufnya dituliskan melingkar, sebanyak lima baris menggunakan huruf Palawa.

Prasati ini mencatat  tentang dibangunnya sebuah saluran air sepanjang 6.122 busur atau sekitar 11 kilometer, dalam waktu 21 hari. Hal ini mengisahkan bahwa pada abad ke-16 saluran air di pantai Utara Batavia (kini Jakarta) sudah diperlukan untuk pengairan, pertanian dan pengendalian banjir.

Prasasti Tugu kini disimpan di Museum Nasional, sedangkan replikanya dapat dilihat di Museum Sejarah Jakarta, di Taman Fatahillah.

Kampung Tugu mulai dikenal pada tahun 1661, yaitu saat ditempatkannya 23 orang Portugis beragama Katolik asal Benggala dan Koromandel yang bermukim di Malaka, Malaysia. Saat itu Belanda berhasil menaklukkan Malaka, menawan orang-orang Portugis dan membawa tawanannya ke kawasan Tugu. Belanda meminta para tawanan itu berpindah agama dari Katolik menjadi Kristen Protestan dan memerdekakan mereka dengan sebutan kaum Mardijker. Lima belas tahun kemudian jumlahnya meningkat menjadi 40-50 keluarga dan ditugaskan seorang guru di sana.

Gereja Tugu

Gereja Tugu dibangun pada awal dimerdekakannya kaum Portugis menjadi kaum Mardijker. Kaum Mardijker adalah sebutan bagi mereka yang telah dimerdekakan dan telah beragama Kristen.

Setengah abad kemudian, tepatnya pada tahun 1735, dibangun sebuah gereja dan tembok. Pada tahun 1740 gereja dan tembok dibakar oleh orang-orang Tionghoa yang memberontak. Lalu pada tahun 1744 dibangun lagi gereja baru atas biaya pejabat VOC / Belanda bernama Justinus Vinck.

Jadi mereka adalah cikal bakal warga yang kini berdomisili di seberang Gereja Tugu. Nama-nama mereka pun masih memakai nama Portugis, seperti Jacobus Quiho, Fernando, Samuel dan sebagainya.

tugu3-573285f8b192732b048b4569.jpg
tugu3-573285f8b192732b048b4569.jpg
Gereja Tugu (Sumber: Jakarta Food Adventure)

Sebuah perkampungan yang warganya mayoritas beragama Kristen. Kampung ini tidak terlalu luas, karena berbatasan langsung dengan tembok batas gudang peti kemas Koja dan sebuah jalan tol menuju pelabuhan Tanjung Priok yang padat. Ciri kekristenan tampak pada sejumlah rumah di perkampungan ini. Keadaan ini sangat unik dan jarang ditemukan di berbagai wilayah Jakarta lainnya.

Di sisi Timur gereja Tugu terdapat sebuah kompleks pemakaman. Yang dimakamkan di tanah pemakaman ini tidak hanya warga keturunan Portugis saja, tetapi juga warga setempat. Dari informasi yang tertera pada makam, dapat diketahui usia makam tersebut dan siapa yang dimakamkan didalamnya.

Dulu warga ke Gereja menggunakan moda transportasi perahu karena terdapat sungai di depan Gereja (sekarang dikenal sebagai Kali Cakung).

Kesenian

Di sebelah Utara Gereja, terdapat sebuah sanggar tempat berlatih dan mementaskan pertunjukan kesenian Keroncong dan tari rakyat (folk-dance) Tugu  Salah satu kelompok musik yang disebut-sebut sebagai khasanah musik Betawi adalah Keroncong Tugu; nama kelompoknya  ”Moresko Toegoe”. Berlokasi di Kampung Tugu, Cilincing, Tanjung Priok.

tugu2-57328646347b61a4048b4574.jpg
tugu2-57328646347b61a4048b4574.jpg
Belajar Folk-Dance (Sumber: Jakarta Food Adventure)

Keroncong Tugu yang sudah ada sejak abad ke-17 ini, pada masa lalu kesenian ini dibawakan sambil berbiduk-biduk di sungai, atau melakukan pertunjukan keliling dari rumah ke rumah pada pesta Natal. Di samping itu digunakan untuk memeriahkan pesta-pesta di keluarga, atau menyemarakkan pesta panen. Di sanggar ini Anda dapat menyaksikan pertunjukan Keroncong Tugu dan folk-dance masyarakat Tugu sambil menikmati jajanan asli Tugu.

Kuliner Tugu

Pada acara Jalan-Jalan ke Kampung Tugu yang diadakan oleh Jakarta Food Adventure Minggu 8 Mei 2016 lalu, di rumah salah seorang tokoh masyarakat Tugu, Michiel van Mardijker, peserta melihat dan menikmati aneka hidangan khas asli Kampung Tugu seperti Gado Gado Siram, Pindang Serani dan Daging Spet. Rumah tinggalnya masih asli bangunan tua Kampung Tugu masa lalu.  

Sambil menikmati hidangan, peserta Walking Charity tour ini dihibur oleh alunan musik Keroncong Tugu. Juga  menyaksikan demo memasak pembuatan Portuguese Egg-Tart dan pindang Serani.  

tugu4-573286bc1197737b048b457c.jpg
tugu4-573286bc1197737b048b457c.jpg
Portuguese Egg Tart (Sumber: infojajan.com)

Pindang Serani adalah masakan khas Kampung Tugu yang namanya diadaptasi dari kata ”Nasrani”, mengingat pada masa lalu masakan ini adalah masakan khas yang dimasak oleh kaum Nasrani keturunan Portugis. Kini Pindang Serani telah dianggap sebagai kuliner Betawi.

tugu-pindang-serani-5732874e107f6130054f722f.jpg
tugu-pindang-serani-5732874e107f6130054f722f.jpg
Pindang Serani (Sumber: www.resepkafe.com)

Sedangkan Portuguese Egg Tart sebenarnya bukan kuliner khas Kampung Tugu, namun merupakan penganan / jajanan khas dari Portugis.  Portuguese Egg Tart juga sangat populer sebagai jajanan street food di Hongkong dan Macau, yang pernah menjadi jajahan Portugis.

Dalam tour ini,  Jakarta Food Adventure menghadirkan cooking demo Portuguese Egg Tart dari “Bite a Bit”, usaha homemade cakery yang dijalankan oleh Gita Estanislao, seorang mahasiswa London School Public Relation. Selain Portuguese Egg Tart,  “Bite a Bit” juga telah menyiapkan cake khas Portugis lainnya yakni  “Orange Marmalade Tart”.  

                                                                     oOo

Kini orang-orang Portugis tersebut telah berasimilasi dengan penduduk setempat dengan membentuk tali persaudaraan menjadi sebuah komunitas keturunan Portugis yang terikat di dalam Ikatan Keluarga Besar Tugu (IKBT). Secara fisik mereka tampak serupa dengan masyarakat lokal lainnya dan tidak lagi menggunakan bahasa Portugis. Yang masih berasosiasi dengan Portugis adalah penggunaan nama-nama dari bahasa Portugis. Kampung Tugu kini masih eksis sebagai tempat pemukiman warga. Namanya juga dikenal berkat kelompok kesenian Keroncong Tugu. Bahkan kini setahun sekali digelar Festival Tugu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun