Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

[Ketapels Berdaya] Bersantap Sembari Belajar Berkomunikasi

17 April 2016   03:12 Diperbarui: 17 April 2016   03:31 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk dapat berkomunikasi dengan orang Sunda, Anda harus belajar bahasa Sunda. Untuk dapat berkomunikasi dengan orang Amerika Latin, Dissa harus belajar bahasa Spanyol. Nah, bagi Dissa yang gemar mempelajari aneka bahasa, hingga saat ini menguasai bahasa Jepang (S1 kuliah di Jepang), Inggris (S2 kuliah di UNSW Australia), Spanyol (pegiat NGO di Nicaragua) dan tentunya bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu. Kini Dissa sedang mempelajari bahasa Arab.

Agar dapat mewujudkan mimpinya membuka cafe dan workshop kerajinan dengan karyawan kaum tuli, maka Dissa harus belajar bahasa isyarat di Singapore. Kini sudah ada 12 karyawan tuna rungu, padahal saat dibuka baru 5 orang saja.

Hebatnya kaum tuli, dengan bahasa isyarat, mereka bisa berkomunikasi dengan bangsa manapun. Untuk berkomunikasi dengan orang tuli dari Amerika, bahasa isyarat mampu mempertemukan mereka, tanpa keduanya harus belajar bahasa Inggris atau Indonesia. Kini ada seorang tuna rungu dari Somalia yang ikut magang di Fingertalk Deaf Cafe.

Ironisnya, hingga hari ini, belum ada bahasa isyarat pemersatu. Kalau NKRI yang terdiri ribuan pulau dengan bahasa daerah masing-masing dapat disatukan dengan satu bahasa, bahasa Indonesia. Belum ada bahasa isyarat pemersatu, saat ini di SLB mengajarkan SIBI (Sistem Bahasa Isyarat), sedangkan ibu Pat ngotot menggolkan Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo).

Bahasa isyarat penting untuk berita, penyebaran agama, dan edukasi. Belajar bahasa isyarat itu mudah, tetapi harus diupdate terus dengan adanya kata-kata baru, demikian penjelasan Pingkan Warrouw, seorang penerjemah bahasa isyarat (sign language interpreter) yang wajahnya dan kelentikan jarinya sering Anda saksikan melalui kanal TVRI. Bahasa isyarat ada yang per huruf, dan ada isyarat per kata, harus dilakukan dengan mimik agar mudah dipahami oleh orang tuli.

[caption caption="Pingkan Warrouw (Sumber: Gapey)"]

[/caption]Yang paling membuat trenyuh bila menyaksikan komunikasi seorang tuli dengan rekannya yang tuli dan buta. Adalah Rina seorang tuna rungu di Deaf workshop yang sejak umur 40 tahun menjadi buta. Untungnya dia pandai merajut, untuk berkomunikasi dengannya, temannya harus memegang tangannya menyentuh jarinya, menggambarkan kode isyarat agar ia mengerti yang dibicarakan.

[caption caption="Rina - kanan, penyandang tuna rungu dan tuna netra (Sumber: Gapey)"]

[/caption]Bahasa adalah kata kunci agar kita dapat berkomunikasi dengan siapapun. Dengan berkomunikasi kita dapat memberi petunjuk dan menerima petunjuk. Melalui bahasa isyarat sebagai sarana komunikasi, Anda dapat berkomunikasi dengan saudara-saudara kita yang tuli. Melalui Fingertalk Deaf Cafe & Workshop, Anda dapat bersantap sembari belajar berkomunikasi dengan saudara-saudara kita yang tuli, sekaligus membeli hasil kerajinan tangan buah karya mereka. Mari kita berdayakan saudara-saudara kita yang menyandang disabilitas agar mereka dapat bekerja setara dengan insan normal. Dirgahayu Fingertalk .....

[caption caption="Logo Fingertalk (sumber: Gapey)"]

[/caption]

[caption caption="Bahasa Isyarat (sumber: Gapey)"]

[/caption]

[caption caption="Dissa berkomunikasi dengan karyawan (Sumber: Gapey)"]

[/caption]

[caption caption="Dissa berkomunikasi dengan tuna rungu (Sumber: Gapey)"]

[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun