Meski kawasan Pasar Baru dapat dijuluki Little India-nya Jakarta, namun juga banyak dihuni keturunan Tionghoa. Salah satu toko jaman dulu yang masih eksis hingga kini adalah toko Lee Ie Seng (1873) yang menjual alat tulis dan makanan jaman dulu (misal coklat Jago).
Kami sempat mengeksplorasi ke dua klenteng tersebut bersama Jakarta Food adventure. Klenteng yang pertama berada di gang kecil yang dapat dimasuki dari lokasi Bakmi Gang Kelinci, melewati Bakmi Aboen lalu menyusuri jalan sempit ke arah Gereja Ayam. Disana ada klenteng Kwan Im Bio, yang merupakan klenteng yang didedikasikan untuk Dewi Kwan Im, dewi welas asih.
Berjalan maju lagi ke arah jalan Samanhudi, Anda akan menemukan sebuah klenteng yang sangat tua, didirikan tahun 1698, yakni klenteng Sin Tek Bio. Sebelum terdapat bangunan mall, tampak depan klenteng ini masih dapat dilihat dari jalan Samanhudi.
Saat kami berkunjung ke klenteng ini banyak terlihat tumpukan koper dari kertas berwarna merah, properti ini akan dibeli dan dibakar saat siarah kubur pada hari Ceng Beng 5 April.
Klenteng ini diakui oleh penjaganya sebagai klenteng ke dua tertua di Jakarta setelah klenteng Petak Sembilan yang merupakan klenteng tertua di Jakarta.
Semula klenteng Sin Tek Bio menghadap ke arah selatan, terletak di jalan Belakang Kongsi yang kini digunakan oleh Mie Aboen. Kemudian pada 1812 dipindah ke belakang bangunan lama dan menghadap ke utara , menghadap ke jalan Samanhudi, yang dulu dikenal sebagai Gang Tepekong dan kini bernama jalan Pasar Baru Dalam Pasar.
Beberapa peristiwa kebakaran besar di sekitar klenteng Sin Tek Bio pernah terjadi, namun api tidak pernah sampai membakar klenteng.
Di bagian atap klenteng terdapat dua ekor patung naga dengan mutiara ditengahnya. Sedangkan didalam ruang utama terdapat ukiran dua naga yang melilit tiang utama, lalu di kanan kiri pintu masuk dijaga dua ekor singa.
Di dalam klenteng ini terdapat ratusan patung, di lantai bawah dengan 14 altar dengan patung Buddha dan Bodhisattva, jenderal Kwan Kong dan puluhan patung lainnya. Di lantai atas terdapat 14 altar dengan patung Kwan Im Po Sat, Sam Pho Hut, O Mi To Hut, Mie Lek Hut, Lo Cia dan lain-lain.
Perabotan klenteng yang menarik adalah joli, Ten Lung, papan nama, senjata dan bendera yang selalu diarak pada acara Gotong Toapekong pada saat merayakan Cap Go Meh. Uniknya, tiap acara Gotong Toapekong selalu hadir budaya Betawi tanjidor dan gambang kromong.
Kuliner
Budaya Tionghoa sangat kental di kawasan Pasar Baru ini. Selain banyak toko-toko yang dimiliki para keturunan Tionghoa yang bergabung dengan toko-toko milik keturunan India, di Pasar Baru Anda dapat menemukan kuliner yang merupakan ciri khas Tionghoa yakni bakmi dan cakue.
Budaya Tionghoa sudah eksis cukup lama di Pasar Baru, bahkan sampai ada rumor untuk mengantisipasi krisis ekonomi dikarenakan bentuk geografis Pasar Baru yang bila dilihat dari udara bak seekor kelabang, perlu diberi penangkal berupa predator yang dapat memangsa kelabang tersebut, maka muncullah Gereja Ayam dan patung Elang di atap toko Populer.
(Serial Tulisan Tentang Wisata Jakarta)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H