[caption caption="Bincang Sapa / Sumber: KompasTV"][/caption]
Bila Anda sudah bosan dengan berita mainstream yang diulang-ulang dan isinya itu-itu juga? KompasTV memiliki program investigasi mendalam bertajuk "Berkas Kompas" yang menyampaikan berita dengan fakta seutuhnya, berdurasi 30 menit.
KompasTV yang didukung oleh Litbang Kompas tentu memiliki pengalaman yang luas dan teruji. Program "Berkas Kompas" dinahkodai oleh produser acara Veronica.
Bila Anda belum yakin dengan kedalaman investigasi team reporter "Berkas Kompas", coba simak salah satu episodenya "Melacak Jejak Sianida".
Sejak kota Jakarta dibuat gempar dengan kasus "Sianida di dalam kopi Mirna" 6 Januari 2016, meski akhirnya Kepolisian mengumumkan dan menangkap Jessica Wongso 30 Januari lalu sebagai terdakwa, namun Jessica tetap menyangkal. Team investigasi KompasTV segera bergerak.
Setelah menyiapkan team dengan matang, Veronica menugaskan Mercy Tirayoh selaku reporter segera mendatangi toko-toko kimia di Jabodetabek dengan menyamar sebagai mahasiswi yang memerlukan sianida untuk penelitian. Meski saat pencarian sudah menggunakan nama kimia, namun toko kimia menutup pintu rapat-rapat sejak terjadi kasus terorisme di Jalan Thamrin, Jakarta.
Team reporter tidak berputus asa, mereka mencari sianida melalui jalur on-line, dan ternyata berhasil melakukan transaksi bahkan sempat menawar harga. Pada hari yang telah ditentukan team reporter membawa uang dan menerima pesanan sianida satu drum.
Team investigas tidak langsung percaya dengan barang kimia yang berhasil dibelinya. Melalui kerja sama dengan Laboratorium Universitas Indonesia, dilakukan pengujian dengan cara mengambil sampel, setelah drum dibuka dengan sangat hati-hati oleh petugas berpengalaman. Dan terbukti barang kimia yang berhasil dibeli adalah benar sianida.
Membuktikan Dampak Sianida
Lalu investigasi dilanjutkan dengan menggunakan tiga cangkir kopi Vietnam. Cangkir A ditambahkan sianida 15 gram, cangkir B ditambahkan sianida 3 gram sedangkan cangkir C dibiarkan utuh. Setelah diaduk dan ditunggu sesaat, cangkir B warna cairan kopi berubah lebih hitam, dan cangkir A tampak ada warna kekuningan.
Bila pada otopsi jenasah Mirna ditemukan 15 gr sianida didalam lambung, tentu masih ada sisa sianida di gelas kopi, jadi sianida yang ditaburkan ditengarai lebih dari 15 gr.
Meski tersangka sudah ditetapkan dan ditahan oleh Kepolisian, namun masih belum terkuak motif pembunuhan, darimana sianida diperoleh maupun cara memasukkan sianida ke dalam cankir kopi Mirna.
Regulasi Bahan Kimia
Dengan menyamar sebagai mahasiswi, reporter KompasTV berhasil membeli sianida, tanpa dimintai surat izin resmi dan dicatat peruntukannya. Padahal pembelian bahan kimia untuk penelitian mahasiswa, seharusnya dibeli melalui bagian administrasi pembelian khusus di kampus. Demikian penjelasan Budiawan, ahli Toksologi Kimia dari Universitas Indonesia.
Sianida bahan beracun yang sering disalah gunakan, yang bila masuk ke tubuh dianggap sebagai benda asing.
Dosis kematian seorang manusia adalah 6.4mg per kg berat badan, bila berat badan 50kg, dengan sianida 300mg sudah dapat menewaskan seorang manusia.
Pusing, mual, muntah, kejang adalah gejala penolakan dari tubuh, sifat iritasi meningkat dan lambung luka, sehingga memblok kandungan oksigen di tubuh yang mengakibatkan susah bernafas. Demikianlah proses sianida menghabisi nyawa manusia.
Zat berbahaya ini seharusnya tidak bisa diperjualbelikan secara bebas. Melihat betapa berbahayanya dampak sianida terhadap manusia, maka mutlak diperlukan regulasi terpadu dalam pengawasan peredaran bahan kimia. Selain sianida masih ada lagi arsenik yang bersifat racun dan bahan kimia lain yang berbahaya karena merupakan bahan baku bom.
Sebaliknya, bahan kimia diperlukan untuk pertanian (pestisida) yang diawasi oleh Kementerian Pertanian, Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan limbah B3 diawasi oleh Kementerian Lingkungan Hidup Kehutanan, pertambangan diawasi oleh Kementerian ESDM, serta industri yang diawasi oleh Kementerian Perindustrian. Mengingat dampaknya yang sangat berbahaya, sebaiknya Pemerintah memiliki suatu platform koordinasi guna pengawasan melekat, dari mulai importir, produsen, toko, hingga pengguna. Harus ada audit khusus untuk setiap penggunaannya. Tentunya dengan harapan agar penyalah gunaan dapat sangat dibatasi.
Bincang Sapa
Guna mensosialisasikan program acara KompasTV "Berkas Kompas", pada Sabtu 20 Februari 2016 lalu di Bentara Budaya Jakarta telah dilangsungkan Kompasiana Coverage, yang khusus menghadirkan sosok di belakang layar program investigasi KompasTV bertajuk "Bincang Sapa".
Bincang Sapa, sebuah program talk show yang mengangkat isu-isu terhangat yang dibahas dalam program-program on-air KompasTV.
[caption caption="Glory Oyong / Dok. Pri"]
Pada edisi perdana ditampilkan sebagai nara sumber Veronica Hervy selaku produser Berkas Kompas, Mercy Tirayoh selaku reporter Berkas Kompas dan Dr. Budiawan, ahli Toksologi Kimia dari Universitas Indonesia.
Setelah memutar ulang paket acara Berkas Kompas yaitu episode "Melacak Jejak Sianida", dilanjutkan dengan penjelasan dari Veronica dan Mercy mengenai pengalamannya memburu sianida di pasaran.
[caption caption="Veronica, Mercy dan Glory / Dok. Pri"]
[caption caption="Dr. Budiawan / Dok. Pri"]
Sebagai puncaknya dihadirkan Budiawan ahli Toksologi Kimia yang membedah dengan detil mengenai kandungan sianida yang dapat menimbulkan efek kematian. Budiawan menyoroti betapa pentingnya menempatkan faktor keamanan pada perdagangan bahan kimia, hingga pemanfaatannya, agar tidak disalah gunakan. Acara yang dipandu oleh Glory Oyong ini, menutup acara dengan tanya-jawab yang cukup seru. Peserta yang memberikan pertanyaan yang diminati narasumber diganjar sebuah T-Shirt.
Sebagai acara pamungkas dilakukan pengundian door prize dan pengumuman pemenang live tweet. Rencananya, acara Bincang Sapa ini akan diadakan tiap bulan sekali.
Anda tertarik dengan investigasi mendalam? Silakan duduk manis didepan televisi setiap hari Rabu jam 22.00 WIB pada kanal KompasTV untuk menyaksikan program acara Berkas Kompas. Pada setiap minggunya, program ini akan hadir dengan episode-episode investigasi yang menarik secara mendalam. Berkas Kompas bisa juga disaksikan melalui live streaming.
Â
*** Tulisan ini berhasil menjadi juara pertama Blog Competition
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H