Banyak terowongan harus dilalui dalam perjalanan darat di Swiss yang diceritakan secara khuus pada bab 29.
Kartu Pos Liechtenstein
Penulis memiliki tautan khusus dengan negara kecil ini, karena suratnya pernah dibalas oleh Prince Franz Josef II, saat ia masih kanak-kanak. Negara kecil ini sulit dicari di peta, beribukota Vaduz.
Seringkali ditawarkan oleh pemandu wisata untuk mendapatkan tambahan tips dengan alasan menambah kunjungan satu negara.
Liechtenstein memiliki souvenir yang khas dan murah meriah yakni kartu pos, semua kartu pos bergambar perangko yang diterbitkan negara tersebut (hal. 204).
Kritik dan Saran
Membaca buku ini merupakan flash back bagi saya yang pernah mengunjungi Eropa, meski dengan rute kebalikannya, yakni Jakarta - Roma - Zurich - Paris - Amsterdam - Jakarta, namun lebih puas karena menggunakan jalan darat. Yang tidak mungkin dilakukan oleh penulis karena keterbatasan fisiknya.
Buku ini sebuah buku wisata namun pelit dengan foto, sehingga pembaca harus berani berimajinasi secara kuat, karena tidak ada satupun foto di halaman isi, hanya ada foto pada cover buku saja.
Buku ini sangat disarankan untuk dibaca oleh semua orang yang ingin mengetahui menghitung besarnya dana yang harus disiapkan untuk perjalanan ke Eropa. Karena pada buku ini detil harga tiket, harga tour dan makanan dituliskan dengan rinci, tentunya agar Anda tidak sampai kehabisan uang tunai seperti yang dialami penulis (hal. 7-13).
Buku ini ditulis oleh seorang yang berhasil sembuh dari stroke, lumpuh separuh badan dan harus berkursi roda kemana-mana. Ditulis dengan bahasa yang mengalir, enak dibaca dimanapun, namun mampu menginspirasi siapapun.
Buku ini diluncurkan tanggal 20 Desember 2015 di Kalibata City Square, yang dihadiri Dewi Motik Pramono dan sejumlah Kompasianers.