Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

[Resensi Buku] Kisah Perjalanan Spiritual Syed Taufik

23 Desember 2015   09:25 Diperbarui: 23 Desember 2015   09:26 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buku ini sama sekali tidak membahas masjid-masjid di Indonesia, padahal di Indonesia banyak juga masjid yang unik dan indah. Taufik membagi bukunya dalam lima bab, yakni Timur Tengah, Amerika, Asia, Australia dan Eropa. Kisah-kisah spriritual di negara-negara Asia dan Eropa hampir mendominasi seluruh isi buku ini, hanya ditambah beberapa kisah perjalanan di Timur Tengah (6), Amerika (4) dan Australia (3).

Sebenarnya bab tentang Timur Tengah lebih tepat bila dituliskan sebagai bab Afrika, mengingat hanya ada Abu Dhabi saja untuk Timur Tengah, sedangkan sub bab lainnya diisi oleh negara-negara Afrika seperti Mesir, Maroko, Rwanda dan Zanzibar. Lalu sub bab Abu Dhabi dipindahkan ke bab Asia.

Dalam perjalanan spiritualnya, Taufik ternyata sangat jeli dengan pernik-pernik kejadian yang dialaminya, seperti jumlah kubah, adanya dupa, masjid dengan dua alamat, masjid yang memiliki kolam renang, masjid dengan eskalator terpanjang, masjid dengan kolam renang, masjid dengan bentuk bujur sangkar, masjid dengan halaman terluas, masjid dengan menara tertinggi maupun masjid dengan eskalator terpanjang.

Taufik juga acap kali berjumpa dengan tokoh agama Indonesia, seperti dengan Gus Dur (Bab 3.9) dan AA Gym (Bab 3.2). Taufik tidak membeda-bedakan aliran Islam, ia juga mengunjung masjid Ahmadiyah, bahkan Taufik pernah menjumpai kaum Sunni dan Syiah melakukan ibadah bersama di Georgia (Bab 5.8).

Siar Islam

Sepertinya penulis menempatkan bab Timur Tengah sebagai bab pertama ingin diselaraskan dengan asal muasal agama Islam yang bermula dari Timur Tengah. Namun sangat disayangkan, justru masjid-masjid di negara-negara Arab (Arab Saudi, Iran, Irak, Kuwait) malah tidak dijumpai pada buku ini. Penulisan sejarah kelam di Rwanda yang penuh nilai humanisme sangat menarik, ketika akhirnya dua suku yang bertikai Tutsi dan Hutu dapat berdamai di sebuah masjid (hal. 30). 

Perjalanan siar agama Islam ke benua Amerika terpantau dengan baik melalui tulisan pada bab Amerika yang menggambarkan masjid di kota-kota besar Amerika Utara, seperti New York dan Chicago. Sedangkan di Amerika Selatan diwakili oleh Argentina serta Panama yang mewakili Amerika Tengah. Sedangkan kisah siar agama Islam di Australia masih belum tergambarkan secara sempurna, mengingat di benua Selatan ini hanya terwakili oleh Canberra, Christchurch dan Wellington.

Asia sebagai kawasan yang terdekat dengan Timur Tengah, tentu memiliki dampak siar agama Islam paling besar, digambarkan melalui buku ini, negara tirai bambu Tiongkok (China) memiliki banyak sekali masjid indah, termasuk HongKong dan Macau. Disusul oleh negara Asia lainnya seperti Jepang, India, Thailand, Kamboja, Myanmar, Malaysia, Brunei dan Filipina. Beberapa negara adalah kawasan agama non Muslim, seperti Hindu, Budha dan Katholik. Sayangnya, penulis terlupakan memasukkan kisah perjalanan di masjid negara terdekat, Singapura.

Perkembangan siar agama Islam di Eropa digambarkan dengan sangat bagus di dalam buku ini. Di awali dengan negara Eropa Barat, seperti Belanda, Belgia, Jerman, Perancis, Swiss dan Yunani. Tahukah Anda bahwa ternyata negara Jerman dan Perancis adalah negara dengan pemeluk agama Islam terbesar di Eropa ? (hal. 258). Yang masih membuat saya penasaran setelah menamatkan membaca buku ini, saya tidak mendapatkan kisah perjalanan ke Italia, pusat agama Roma Katholik, apakah sudah terdapat masjid disana ? Semoga Taufik berkenan menuliskan pengembaraan lanjutannya pada buku berikutnya.

Islam juga berkembang dengan pesat di Eropa Timur, negara-negara dengan kawasan yang sarat paham komunis dan sosialis, seperti Rusia, Hungaria dan negara pecahan Rusia ternyata memiliki masjid-masjid dengan arsitektur yang indah dan megah. Tahukah Anda bahwa shalat Jumat paling lama di dunia ada di Moskwa ? (hal. 264). 

Kritik dan Saran

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun