Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Mengintip Santap Siang Presiden Joko Widodo

15 Desember 2015   07:47 Diperbarui: 15 Desember 2015   08:13 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya tidak tahu karena alasan apa, terpilih pada acara makan siang bersama Presiden Joko Widodo hari Sabtu 12 Desember 2015 jam 12.00 WIB yang lalu. Mungkin karena saya adalah anggota komunitas KPK (Kompasianers Penggila Kuliner) sehingga perlu mereview kuliner yang disajikan di Istana Negara.

Beberapa teman saya juga langsung penasaran, mereka ramai-ramai bertanya apa ya yang tersaji pada acara makan siang di Istana Negara, minta foto-fotonya ya. Sayapun mohon maaf tidak mampu menampilkan foto kuliner Istana, karena saya walaupun belum pernah diundang makan siang atau makan malam di Istana, namun saya sudah punya pengalaman dengan protokoler Istana, baik Presiden maupun Wakil Presiden, yang tidak memperbolehkan tamu Istana membawa kamera maupun telepon cerdas.

Menu Kuliner Istana

Sebagai penggemar kuliner (kalau tidak boleh disebut penggila kuliner), selain menyimak curhat teman-teman kepada Presiden serta himbauan Presiden, saya lebih fokus kepada menu kuliner Istana.

Berjajar rapi pada dua banjar berseberangan aneka kuliner, mulai dari sup, appetizer, makanan utama, dant dessert. Minuman air putih sudah tersedia di meja. Di meja sudah tertata rapi, garpu dan sendok makan serta sendok dessert dan serbet putih. Kali ini makan siang menggunakan sistem prasmanan.

Menunya cukup bervariasi, saya awali dengan sup berupa sup buntut tomat. Dagingnya sudah dipotong kecil-kecil dan sudah dipisahkan dari tulang ekornya. Dagingnya empuk sedikit berlemak, sehingga sering langsung meluncur ke perut, tanpa sempat dikunyah terlebih dulu apalagi didukung kuahnya yang sedap dan hangat.

Karena sibuk dengan makanan ronde pertama, maka untuk menikmati makanan ronde kedua harus antre cukup panjang. Agar praktis, maka appetizer dan makanan utama saya gabungkan dalam satu piring, namun ada jarak pemisah guna memudahkan saat menyantapnya.

Untuk appetizer, saya memilih urap, martabak bayam dan roti maryam. Sedangkan untuk makanan utama, saya memilih nasi kebuli, kare bebek, sayur lodeh dan sate sapi manis. Ditambah sedikit kerupuk dan sambal.

Urapnya enak, parutan kelapanya segar dan gurih. Martabak bayamnya meski beraroma India, rasanya sedap dan pas. Bayamnya dimasak secara tepat, tanpa menghilangkan kesegarannya. Roti maryam yang bernuansa Arab juga tidak kalah nikmatnya.

Masuk ke makanan utama, nasi kebuli dimasak dengan aroma Arab yang pas, kismisnya segar dan bumbunya merasuk dengan baik. Dipadu dengan kare bebek, yang dagingnya diungkep dulu sehingga sangat empuk. Baru disentuh dengan garpu sudah terpisah dari tulangnya dan kulitnya, sehingga memudahkan menyantap dagingnya. Kulit bebek yang gurih memang sengaja saya sisihkan, agar tidak menambah kadar kolesterol pada darah saya.

Sayur lodehnya bumbunya juga tepat, meski tidak sesedap sayur lodeh di Jawa Tengah, sepertinya tidak menggunakan santan dari kelapa segar, melainkan menggunakan santan dalam kemasan. Sate sapi manis merupakan kuliner paling sedap dari seluruh menu pada siang hari itu. Dagingnya empuk tanpa kesulitan memisahkan dari tusuknya, sungguh beruntung saya mengambil tiga tusuk. Menurut pihak cateringnya, cara memasaknya seperti sate Maranggi di Purwakarta.
Kerupuknya normal, sambalnya biasa saja, bahkan terasa kurang pedas.

Beberapa menu kuliner makan siang yang tidak saya ambil adalah opor ayam, udang gulung, lontong, roti, dan french fries, karena saya perkirakan tidak terlalu istimewa dan akan terlalu kenyang bila harus dicicipi semuanya.

Ronde ke tiga, saya maju untuk mengambil dessert berupa es buah, yang terdiri potongan atau irisan buah kecil-kecil dipadu dengan sirop yang manisnya sedang dan butiran es batu yang tidak terlalu banyak. Sangat menyegarkan di tengah udara panas kota Jakarta.

Secara keseluruhan, menu makan siang di Istana tidaklah terlalu mewah dan berlebihan seperti menu kuliner di hotel bintang lima saat menghadiri pesta kawin anak konglomerat. Mungkin disesuaikan dengan kesederhanaan Presiden Joko Widodo. Tidak ada gubuk-gubuk berisikan kambing guling, steak salmon atau sup asparagus kepiting yang mahal.

Saya sempat mencatat ada yang kurang yakni tidak adanya jamu beras kencur atau asam kunyit, yang merupakan kegemaran Presiden, padahal sering tersaji pada menu makan siang di beberapa hotel.

Apa Yang Disantap Presiden?

Anda penasaran bukan ? Pada kesempatan makan siang bersama Presiden, sempat mengintip makanan yang ada di piring Presiden, beberapa sendok nasi kebuli,  ayam pedas, martabak bayam, satu tusuk sate sapi manis dan sepotong kare bebek. Porsi makan Presiden cukup sedikit, mungkin guna menjaga berat tubuhnya agar tetap stabil dan bugar. Meski sudah sembuh dari flu ringannya, Presiden tidak menghabiskan es buah yang diambilnya. Urap salah satu makanan favorit Presiden juga tidak diambil, mungkin karena salah penempatan (di dekat dessert).

Demikian laporan "gerebek" kuliner di Istana Negara, semoga cukup memuaskan bagi teman-teman yang penasaran terhadap menu kuliner yang tersaji di Istana Negara.
 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun