Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Kopi Pinogu: Perjalanan Dramatis, dari Biji Hingga Secangkir Kopi

13 Mei 2015   14:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:05 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menghirup kopi hitam panas maupun kopi yang sudah dicampur susu seperti latte atau cappucino di pagi hari sebelum mulai beraktifitas atau saat berangkat ke tempat kerja, saat jedah di kantor, saat makan siang ataupun di sore hari saat dalam perjalanan dari kantor menuju rumah adalah sebuah rutinitas yang banyak dilakukan banyak orang.

[caption id="attachment_383410" align="aligncenter" width="300" caption="Secangkir Kopi Pinogu"][/caption]

Itulah sebabnya bisnis warung kopi, mulai dari warung kopi di pinggir jalan atau terminal bis hingga warung kopi di mall-mall tidak pernah sepi dari pengunjung setianya.

Indonesia adalah negara penghasil kopi yang sangat diperhitungkan di bursa kopi dunia sejak era VOC hingga sekarang. Cukup banyak kopi yang sangat terkenal karena banyak dicari orang, seperti kopi Aceh, kopi Lampung, kopi Toraja dan kopi Wamena.

Kopi Pinogu

Kopi Pinogu adalah kopi yang tumbuh di kawasan hutan lindung Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, yang berada di kecamatan Pinogu, kabupaten Bone Bolango, provinsi Gorontalo. Akses jalan dari Gorontalo ke hutan lindung ini memerlukan waktu tempuh yang cukup lama, karena harus melalui medan yang sulit dan penuh tantangan. Kawasan ini merupakan daerah yang paling terisolasi di provinsi Gorontalo, berada diketinggian 300 meter dari permukaan laut. Untuk mencapainya dengan kendaraan roda dua memerlukan waktu tempuh 6-8 jam karena jalan berbatu dan berlumpur atau berjalan kaki melalui sejumlah punggung bukit dan menyeberangi sungai Bone yang harus waspada agar tidak digigit lintah selama 12 jam perjalanan.

Sebenarnya letak di Pinogu tidak terlalu jauh, hanya sekitar 30 km dari desa Tulabalo, kecamatan Suwawa Timur, yang merupakan pintu masuk satu-satunya ke Pinogu. Ada tiga cara mencapai Pinogu, berjalan kaki menembus hutan dan melalui lereng gunung, naik ojek motor dengan ongkos sekitar 1 juta rupiah pulang-pergi atau helikopter sebagai matra udara. Namun pilihan petani kopi Pinogu pada umumnya berjalan kaki.

Di wilayah ini bukan sekedar hamparan kebun kopi, namun merupakan hutan kopi Sinondo'o yang belum berpenghuni. Hutan ini didominasi kopi jenis Liberica, yang benihnya dibawa oleh pedagang Belanda di abad 19 dan pohonnya sudah mencapai ketinggian 10 meter. Pengembangan kopi Liberica kurang berhasil karena tidak didukung oleh kerajaan Suwawa.

Pada tahun 1970 pemerintah daerah membudidayakan kopi jenis Robusta hingga seluas 225 hektare yang tersebar di empat desa, Pinogu, Bangiyo, Pinogu Permai dan Dataran Hijau.

Karena belum adanya sarana jalan yang memadai, berakibat pemasaran kopi Pinogu banyak terkendala perkembangannya. Padahal kopi Pinogu adalah kopi organik yang ditanam tanpa menggunakan bahan kimia dan pestisida. Sulitnya menuju lokasi menyebabkan petani kopi enggan menggunakan pupuk dan pestisida. Disamping kesuburan tanah yang tinggi, yang berasal dari daun yang gugur yang dibiarkan terurai oleh mikroorganisme tanah. Yang secara otomatis menjadi pupuk alam bagi kopi. Dedaunan itu berasal dari tanaman penyangga kopi, seperti durian, langsat, dadap, kakao, dan kemiri.

[caption id="attachment_383411" align="aligncenter" width="300" caption="Biji Kopi Pinogu"]

14315007961589096707
14315007961589096707
[/caption]

Secara bisnis, kopi organik memiliki nilai jual lebih mahal, karena prosesnya alami dan tidak berbahaya bagi kesehatan. Panen kopi berlangsung setahun dua kali. Petani kopi memisahkan biji kopi yang sudah memerah dari yang masih hijau, lalu direndam.  Biji kopi yang cacat akan mengambang, sedangkan yang baik akan tenggelam.

Biji kopi terpilih dimasukkan ke dalam mesin pengupas, dan keluarannya dihamparkan pada lantai yang telah disiapkan untuk menjemur. Setelah kering, direndam sekali lagi guna memisahkan biji kopi yang mengambang. Selanjutnya, olahan biji kopi dikeringkan hingga kadar air mencapai 11-12 persen.

Sebagian biji kopi Pinogu masih disangrai secara tradisional menggunakan wajan tanah dan tungku, guna mendapatkan rasa dan aroma yang khas. Setelah diseduh, aroma lembut kopi segera tercium. Rasanya ringan, tidak terlalu pahit ataupun asam, sehingga aman bagi para penderita penyakit lambung.

Saat ini sudah ada dua perusahaan yang menjual kopi Pinogu dalam kemasan, yakni Ameer Essoya Natura yang mengemas dengan merek Soewawa Cafe serta kemasan 100 dan 200 gram yang dipasarkan dengan label "Kopi Pinogu, Tiyombu Lo Kopi Organik". Kopi dalam kemasan ini mencampurkan kopi Robusta dan Liberica.

[caption id="attachment_383412" align="aligncenter" width="300" caption="Pinogu Soewawa Cafe"]

143150085459148266
143150085459148266
[/caption]

[caption id="attachment_383413" align="aligncenter" width="300" caption="Kemasan 200 gram Kopi Pinogu"]

14315009781719715391
14315009781719715391
[/caption]

Kopi Pinogu telah dikenal sejak Ratu Wilhelmina dari kerajaan Belanda memerintah (1890-1948) dan menjadikan kopi Pinogu sebagai kopi favoritnya. Kopi Pinogu tergolong kopi Robusta dan Liberica berkualitas baik.

Proses Kopi

Bila Anda tidak mengetahu cara penanganan kopi, mulai dari biji kopi hingga menjadi secangkir kopi, sebenarnya harus menghargai perjuangan dramatis yang harus dilakukan para petani kopi, mulai saat memilih jenis biji kopi, iklim yang tepat, saat menanam, saat pertumbuhan, pengawasan di hutan, proses pemetikan, pengeringan, penyimpanan hingga pengiriman, semuanya harus dilakukan dengan cermat dan baik.

Proses terpenting adalah saat pengeringan biji kopi setelah pemetikan biji kopi di hutan. Harus dilakukan pemilahan biji kopi berdasarkan ukuran dan aras kematangannya.  Setelah tiba di warung kopi, prosesi yang harus dilakukan guna menghasilkan secangkir kopi masihlah panjang. Mulai dari pemanggangan (roasting), penggilingan (grinding), pengolahan kopi (brewing) hingga disajikan dan diseruput.

Bila semua proses ini dilakukan oleh ahlinya, barulah dapat terhidang secangkir kopi yang harum dan sedap. Jadi, Anda harus maklum bila harga secangkir kopi yang diolah secara prima dengan menggunakan biji kopi pilihan, harganya bisa mencapai 10 kali lipat harga kopi cepat saji (instant).

Dengan demikian nikmatilah kopi sampai tuntas, sebagai penghargaan atas kerja keras petani kopi hingga para ahli peracik kopi (barista). Semoga sisi pahit para petani kopi Pinogu dapat makin berkurang, bertransformasi menjadi seharum aroma kopi Pinogu dalam secangkir kopi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun