Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Budaya Badulang yang Luhur

6 April 2015   12:15 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:29 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam pertama di kota Tanjung Pandan, menikmati suasana malam hari yang tidak begitu ramai. Meskipun di pusat kota, sekitar Bundaran Batu Satam, maupun jalan Sriwijaya. Beruntung kami mendapat undangan makan malam dari rekan kami di kota Tanjung Pandan yang menawarkan untuk menyantap makan malam khas Belitung.

Kami menuju Rumah Makan Mak Panggong, yang artinya rumah makan dengan makanan yang dimasak oleh koki kepala (master chef).  Yang merupakan rumah makan dari Kelompok Bisnis Rumah Makan Timpo Duluk, Belitung. Rumah makan ini tidak terlalu luas, namun memiliki meja yang cukup banyak, dapat mencapai 80-100 pengunjung dan lahan parkir yang cukup luas. Rumah makan ini didekor dengan wall paper bertemakan kota Tanjung Pandan di masa lalu. Menggunakan peralatan penjual minyak di masa lalu berupa gantang dengan berbagai ukuran, untuk tempat tissue dan sendok garpu, serta hiasan dinding.

[caption id="attachment_377112" align="aligncenter" width="300" caption="Mak Panggong (Dok. Pribadi)"][/caption]

Pertama-tama dihidangkan makanan pembuka berupa berego, yaitu tepung beras yang ditanak dan dipotong bulat seperti lontong, dan diberi kuah kari ringan dan sambal. Rasanya gurih, tapi ringan karena kadar santannya yang tidak terlalu tinggi.

[caption id="attachment_377009" align="aligncenter" width="300" caption="Berego saat dihidangkan (Dok. Pribadi)"]

1428296941336529270
1428296941336529270
[/caption]

[caption id="attachment_377010" align="aligncenter" width="300" caption="Berego setelah kuah disiramkan (Dok. Pribadi)"]

14282969731527149451
14282969731527149451
[/caption]

Dilanjutkan dengan penyajian menu utama berupa Badulang, satu nampan berisikan aneka lauk yang disajikan masih tertutup tudung saji berwarna merah.  Satu paket Badulang dapat untuk makan berempat, berisi lauk : sate ikan kukus, gangan ikan katarap,  sambal sereh, ayam ketumbar, oseng kacang panjang dan lalapan daun pepaya serta mentimun. Sebakul nasi putih dihidangkan terpisah, serta disediakan empat kobokan air dan satu helai serbet.

[caption id="attachment_377011" align="aligncenter" width="300" caption="Saat Badulang disajikan (Dok. Pribadi)"]

14282971681602535891
14282971681602535891
[/caption]

[caption id="attachment_377012" align="aligncenter" width="300" caption="Menu Badulang (Dok. Pribadi)"]

14282972081397394526
14282972081397394526
[/caption]

Badulang memiliki aturan tidak tertulis bahwa yang muda harus melayani yang lebih tua. Hal ini merupakan budaya luhur dimana orang yang lebih muda harus menghormati orang yang lebih tua, misal mengambilkan piring, menyendokkan nasi dan mengambilkan lauk yang disukai orang yang lebih tua terlebih dulu.

Lalu ada kebiasaan untuk menyisakan satu potong atau bagian lauk, dan keempat orang ini akan saling mempersilakan untuk menghabiskan. Bagi yang sudah tahu adat masyarakat Belitung, tentu tidak akan mengambil dan menghabiskan makanan tersisa, karena akan dianggap yang paling rakus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun