Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Manado, Tidak Sekedar Menggenapi 5B

24 Juni 2017   10:06 Diperbarui: 24 Juni 2017   10:48 1560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Taman Laut Bunaken (sumber: www.AZwisata.com)

Berpetualang ke tempat-tempat baru adalah hobby-ku. Namun hobby-ku ini sangat tergantung pada keterbatasan waktu. Banyak tempat tujuan wisata yang belum sempat kukunjungi, meski sudah masuk dalam daftar tunggu. Misalnya, Raja Ampat di Papua, Diving di Pantai Maluku, Diving di Wakatobi Sulawesi atau berenang dengan penyu di Kepulauan Derawan.

Bulan Agustus 2013, saya sempat mengunjungi Sulawesi Utara, tepatnya kota Manado dan sekitarnya. Sebagai petualang, ya tentu pergi sendiri. Setelah mendapatkan tiket pesawat Garuda, saya terbang dari Jakarta ke Manado pada hari Minggu 5Agustus 2013. Pesawat sempat stop-over di Makassar, namun secara keseluruhan penerbangan lancar dan nyaman, apalagi pramugarinya ramah dan cantik-cantik, dan mendarat dengan aman di bandara Sam Ratulangi. 

Sebelum pergi, beberapa teman berpesan, jangan pulang ya, sebelum menikmati 5B di Manado yaitu 1B - Bubur Manado, 2B - Bunaken, 3B - Boulevard, 4B - Babi Kecap (Tinoransak) dan 5B - Bakpao. 

Setelah meninggalkan ransel di hotel, saya menggunakan angkutan kota untuk mencari kuliner khas Manado di Jalan Wakeke, dimana terdapat Lokasi Wisata Kawasan Makanan "Tinutuan Wakeke". Di sepanjang jalan ini terdapat banyak tempat yang menjajakan makanan khas Manado. Ada bubur Manado, mie cakalang, pisang goreng sambal roa, dan tentunya perkedel jagung. Supaya tidak terlalu kenyang, saya sengaja tidak memilih bubur Manado, karena sudah mendapat informasi bahwa bubur Manado di hotel terkenal enaknya. Saya menginap di hotel Aston Manado. Sebuah tips bagi Anda yang ingin berwisata ke Manado, sebaiknya hindari hari Minggu, karena pada hari Minggu banyak tempat yang tutup. Hal ini disebabkan mayoritas penduduk Sulawesi Utara adalah penganut  agama Kristen (Nasrani). 

Untuk makan malam saya menemukan satu warung yang menjual nasi kuning di Jalan Diponegoro, nasi kuning disini memiliki ciri khas dibungkus daun kelapa, dimakan dengan telur atau ikan cakalang. 

Bubur Tinutuan

Pagi hari kedua di Manado, saya segera membuktikan lezatnya Bubur Manado atau Bubur tinutuan sebagai sarapan hotel, memang benar-benar lezat. Bubur Manado adalah bubur beras bercampur jagung dan ubi-ubian yang disajikan dengan aneka sayuran seperti bayam, kangkung, dan ikan cakalang. perkedel, tahu dan telur rebus. Jangan lupa menambahkan sambal supaya lebih sedap.

Hari ke dua ini saya manfaatkan untuk mengeksplorasi kota Manado, diantaranya mengunjung titik nol kota Manado, klenteng Ban Hin Kiong, Taman Kesatuan Bangsa, Tugu Perang Dunia II dan Gereja Tertua di Manado. Lalu mencari kuliner khas Manado, tetapi belum tega menyantap Paniki, karena kawatir tidak ketemu dengan rumah makan yang pandai mengolah masakan dengan bahan kelelawar ini. Menyantap bakpao khas Manado, klapertaart yang legit dan tinoransak. Tinoransak memiliki tiga varian dasar ikan tuna, ayam dan babi, merupakan masakan yang cukup pedas khas kuliner Manado. Malam harinya saya habiskan untuk bersantai dari melihat matahari terbenam di pantai Malalayang lalu menyusuri jalan sepanjang Boulevard dengan mall-mallnya.

Hari ke tiga saya menyewa mobil untuk menuju Tanah Tinggi Minahasa (Highland), dalam perjalanan ada satu titik yang dikenal dengan nama Tinoor, Anda dapat menikmati pemandangan kota Manado dari ketinggian 500 meter diatas permukaan laut. Mampir sebentar di kota Tomohon yang terkenal dengan kebun dan festival bunganya. Namun saya tidak mampir ke pasar Tomohon yang terkenal dengan pemandangan horrornya, karena di dalam pasar konon terpampang darah aneka satwa. 

Sejenak mengunjungi Danau Linow yang terkenal sebagai danau tiga warna: hijau tua, hijau muda dan biru. Sayang saat itu sedang dilakukan renovasi sehingga tidak dapat menikmati teh dan makanan ringan disana. Tiba di Danau Tondano yang sangat luas sudah siang hari, dan segera mencari makan siang, berupa ikan danau yang disajikan dengan sambal dabu-dabu, rica-rica dan sambal roa. Luar biasa lezatnya.

Pagoda Ekayana (sumber: www.wiki-wisata.blogspot.com)
Pagoda Ekayana (sumber: www.wiki-wisata.blogspot.com)
Perjalanan dilanjutkan dengan mengunjungi Vihara Buddhayana yang terkenal luas dan dapat memandangi gunung Lokon dengan jelas. Pagoda Ekayana yang menawan dan aneka patung yang indah. Tidak ada biaya masuk untuk memasuki area Vihara ini, namun secara sukarela Anda diminta untuk memberikan sumbangan untuk perawatan vihara. Kembali lagi ke Manado, saya menyempatkan mampir untuk membeli bakpao dan kacang garing khas Kawangkoan yang sangat terkenal. Ada satu tujuan yang terlewatkan karena kebetulan turun hujan, yakni Bukit Doa dan lokasi pembuatan rumah adat Minahasa di Woloan. Rumah adat dibuat dengan teknologi knock-down dari kayu berkualitas tinggi. 

Sambil beristirahat di hotel, saya berkenalan dengan tamu hotel yang baru datang dari Surabaya, sambil berbincang-bincang, akhirnya kami sepakat untuk berwisata bersama, lumayan bisa menghemat biaya dan dapat teman berpetualang. Kami makan malam bersama sambil merancang perjalanan. Karena saya baru saja dari Tanah Tinggi Minahasa, maka dua hari perjalanan wisata bersama kami rancang untuk pergi ke Bunaken (hari ke empat) dan Tangkoko (hari ke lima). Hari ke enam saya pulang kembali ke Jakarta dan teman dari Surabaya akan ke Tanah Tinggi Minahasa. 

Bunaken

Pagi hari kami sudah dijemput dengan mobil dari hotel guna menuju pelabuhan, dengan menyewa kapal motor yang dibawahnya terdapat kaca  (glass bottom boat) untuk melihat pemandangan bawah laut, atau Katamaran menurut istilah Manado, kami menuju Taman Laut Bunaken. Dalam perjalanan kami melalui Pulau Manado Tua yang konon merupakan asal muasal orang Manado. Menjelang mencapai pulau Bunaken, kami dapat menikmati keindahan biota laut dengan terumbu karang dan aneka ikan melalui kaca yang ada pada kapal motor kami. Setibanya di pulau Bunaken, kami menyewa peralatan snorkeling (weitsuit, masker, snorkel dan fins), lalu oleh pemilik kapal diarahkan ke lokasi terbaik untuk snorkeling. Setelah puas menikmati pemandangan bawah laut dan bermain dengan ikan-ikan berwarna-warni, kami kembali menuju ke pulau Bunaken, untuk makan siang. Makan siang di restoran lokal dengan ikan laut yang disajikan bersama aneka sambal khas Manado sungguh lezat, sambil menikmati pasir putih pantai Bunaken. Sebelum kembali lagi ke Manado, kami menyempatkan minum es kelapa muda dengan ditemani pisang goreng dabu-dabu. Setiba di pelabuhan, kami mengalami sedikit kendala, karena mobil jemputan tidak kunjung datang, akhirnya kami menggunakan angkot yang di Manado disebut taksi menuju hotel. Angkot di Manado memiliki ciri khas full music dengan pengeras suara yang sangat keras.

Taman Laut Bunaken (sumber: www.AZwisata.com)
Taman Laut Bunaken (sumber: www.AZwisata.com)
Hari ke lima 

Pagi hari mobil sewaan sudah menjemput kami, dan segera melewati Patung Yesus Membekati, sebuah patung Yesus yang dikenal terbesar dan tertinggi di Asia Tenggara dalam posisi memberkati kota Manado.  Melewati Bukit Kasih, tapi kami tidak mampir karena perjalanan ke Tangkoko cukup jauh. Taman Nasional Tangkoko terletak di Kabupaten Bitung memakan waktu sekitar 2 jam perjalanan dari kota Manado, disini kami menyaksikan primata atau binatang terkecil di dunia, yakni tarsius, satwa campuran antara tikus dan burung beo. Selain tarsius, di dalam cTaman Nasional Tangkoko, kami juga dapat menyaksikan satwa yang dilindungi seperti anoa, babi rusa, burung maleo, dan burung rangkong. Setelah santap siang, kami kembali ke pantai Malalayang untuk menikmati matahari terbenam sambil mencari makan malam.

Selesai sudah perjalanan selama lima hari di Manado dan sekitarnya, konon menurut teman saya, masih ada satu B yang belum saya dapatkan, yakni Bibir Manado. Tapi hal ini tidak saya pedulikan, karena hal ini merupakan pelecehan terhadap gadis-gadis Manado yang terkenal kecantikannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun