Tempat-tempat yang layak dikunjungi yang biasanya merupakan landmark dari sebuah kota juga patut ditonjolkan, supaya wisatawan mudah mengetahui cara mencapai lokasi tempat tersebut. Misalnya, Monumen Nasional (Jakarta), Keraton (Jogya, Cirebon, Solo), atau Bunaken (Manado).
Pusat perbelanjaan maupun rumah makan yang memiliki program khusus seperti diskon juga perlu ditonjolkan, agar wisatawan rela merogoh kocek lebih dalam, guna membelanjakan dana yang dibawanya.
Juga tempat yang menyediakan tour lokal perlu disediakan dan ditampilkan, agar wisatawan yang ingin praktis, dapat langsung menghubungi pengelola tour lokal. Sebaliknya bagi wisatawan yang ingin berpetualang, dapat ditunjukkan tempat penyewaan mobil maupun sepeda motor.
Informasi penting lainnya tentu letak hotel yang akan digunakan para wisatawan untuk menginap, informasi dapat mulai dari hotel murah (melati, losmen atau hostel) hingga hotel berbintang. Hotel juga merupakan salah satu sumber pembeayaan pencetakan brosur wisata, bagi yang mau hotelnya dikenal, maka nama hotel dan alamat dapat dicantumkan dengan aneka fasilitasnya pada brosur wisata tersebut.
Pusat Informasi Wisata
Selain pencetakan brosur wisata dan distribusi brosur wisata yang tepat, juga perlu dibangun Pusat Informasi Wisata di tempat-tempat strategis, agar wisatawan mudah bertanya atau mencari informasi. Karena wisatawan tidak selalu datang dengan paket Tour yang dipandu oleh Pemandu Wisata. Sebagian wisatawan ada lebih senang dan bebas bepergian dengan berbekal informasi yang didapat di tempat kedatangan. Jadi, adanya Pusat Informasi Wisata yang mampu memberikan informasi yang lengkap dan tepat sangatlah diperlukan.
Dengan adanya brosur wisata dan Pusat Informasi Wisata, diharapkan upaya Kementerian Pariwisata untuk meningkatkan kunjungan wisata baik lokal maupun manca negara dapat terlaksana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H