Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kuching, Kota Alternatif Wisata di Malaysia Timur

30 Desember 2014   22:25 Diperbarui: 4 April 2017   16:50 3377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anda bosan berwisata di Nusantara ? Dan mau sekali-kali berwisata ke luar negeri ? Tentu Anda juga bosan bila hanya pergi ke Singapura, Kuala Lumpur atau Bangkok. Nah, pada kesempatan berkunjung ke kota Pontianak guna menghadiri perkawinan salah seorang teman, maka saya dengan beberapa teman meniatkan diri guna melanjutkan perjalanan ke kota yang belum banyak menjadi tujuan wisata yaitu Kuching. Tentunya kami semua sudah berbekal passport guna melintasi perbatasan antar negara.

Langkah pertama yang kami lakukan adalah menyewa mobil untuk pergi ke Kuching dan minta dijemput lusanya, karena kami hanya ingin menginap dua malam di Kuching. Karena kami pergi pada musim hujan, kami sempat terhadang banjir yang menghalangi jalan, dan membuat mobil yang kami tumpangi mogok. Karena mobil tidak kunjung dapat diperbaiki, akhirnya kami nekad menggunakan bis antar kota yang menuju Kuching. Perbatasan antara Indonesia dan Malaysia adalah kota Entikong, setelah mendapatkan stempel masuk ke Malaysia Timur, maka bis melanjutkan perjalanan ke Kuching. Total waktu perjalanan Pontianak - Kuching sekitar 8-9 jam, lebih lama ketimbang naik pesawat yang hanya 3 jam saja.

[caption id="attachment_362328" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber : Perbatasan Indonesia - Malaysia (Dok Pribadi)"][/caption]

Pergi tanpa persiapan yang cukup membuat kami cukup bingung mau kemana setibanya di Kuching. Dari terminal bis Kuching, kami naik taksi menuju hotel terdekat. Setiba di hotel kami langsung mempelajari peta kota Kuching untuk menentukan mau pergi kemana malam harinya, paling tidak untuk makan malam. Sebelum pergi makan malam, kami perlu mencari ATM guna mendapatkan uang Ringgit, karena persediaan Ringgit kami sudah habis untuk naik taksi. Kami harus mencari ATM yang memiliki logo Maestro atau Cirrus, agar mau menerima kartu ATM terbitan bank Indonesia.

[caption id="attachment_362339" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber : Peta Kota Kuching (Dok Pribadi)"]

14199276071155827828
14199276071155827828
[/caption]

Rupanya kota Kuching ini sangat luas, kami sempat bingung mau kemana dulu, saking luasnya hingga kota Kuching ini dibagi dua menjadi Kuching Utara dan Kuching Selatan dan dipimpin oleh dua orang walikota, sebagai perbatasan adalah sungai Sarawak yang membelah kota Kuching. Sungguh beruntung Pusat Informasi Wisata di kota ini sangat bersahabat, hingga kami berhasil menemukan salah satu tujuan yang kita pilih yaitu melihat museum Kucing.

[caption id="attachment_362327" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber : Museum Kucing (wikipedia.org)"]

14199252011660392481
14199252011660392481
[/caption]

Kami sangat mengagumi jalanan kota Kuching yang bersih, jalanannya teratur, masih sepi dan saat ini belum ada kemacetan. Kami sebagai pejalan kaki dengan bebas dan aman berjalan kaki dari satu tempat ke tempat lain, khususnya untuk mencari makanan khas, karena kami memiliki kebiasaan untuk selalu mencoba dan mencicipi makanan khas di tempat yang baru kami kunjungi. Beberapa kuliner khas Sarawak yang berhasil kami temukan diantaranya laksa Sarawak, ayam masak ala Teow Ciu dan Fruit Roojak. Seperti di daerah Malaysia lainnya, terjadi perbauran budaya tiga kultur yaitu Malay, Chinese dan India. Laksa Sarawak adalah perbaduan makanan Chinese dan Malay, sangat tepat dimakan di pagi hari, sungguh beruntung kami memilih room only saat check-in di hotel.

[caption id="attachment_362329" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber : Laksa Sarawak (Dok Pribadi)"]

14199255491347435139
14199255491347435139
[/caption]

[caption id="attachment_362331" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber : Ayam Masak Ala Teow Ciu (Dok Pribadi)"]

1419925601234977918
1419925601234977918
[/caption]

[caption id="attachment_362332" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber : Fruit Roojak (Dok Pribadi)"]

14199257021243411472
14199257021243411472
[/caption]

Kami juga mendapatkan masakan Teow Ciu, yang sangat mirip dengan makanan yang banyak dijumpai di Pontianak, karena budaya Chinese Teow Ciu juga banyak yang terbawa di Kuching. Seperti halnya di kota-kota lain di Malaysia, rujak buah juga cukup populer di Sarawak.

Karena namanya Kuching, maka hampir disetiap perempatan jalan yang cukup besar maupun taman-taman kota, kami mendapatkan patung kucing, baik kucing besar / raksasa maupun kucing-kucing kecil, meski di jalanan kami jarang menemukan binatang kucingnya sendiri.

[caption id="attachment_362337" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber : Patung Kucing (Dok Pribadi)"]

141992718327272007
141992718327272007
[/caption]

Meski di kota Kuching berdomisili tiga bangsa yaitu Chinese, Malay dan India, namun di bangunan-bangunan kota lebih menonjol aksara Tionghoa, sehingga kota ini hampir mirip dengan sebuah Chinatown, khususnya di Kuching Selatan.

[caption id="attachment_362349" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber : Chinatown (Dok Pribadi)"]

14199312361348137797
14199312361348137797
[/caption]

Dua malam di kota Kuching terasa kurang banyak kami dapat mengeksplorasi kota ini, kami hanya sempat berkeliling di Kuching Selatan saja, sementara Kuching Utara belum tersentuh. Mungkin pada kesempatan lain kami akan meluangkan waktu untuk menikmati kota ini lebih lama lagi. Untungnya pada hari ke tiga, mobil yang kami sewa benar menjemput kami, sehingga kami tidak perlu kebingungan mencari transportasi untuk kembali lagi ke Pontianak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun