Kami juga mendapatkan masakan Teow Ciu, yang sangat mirip dengan makanan yang banyak dijumpai di Pontianak, karena budaya Chinese Teow Ciu juga banyak yang terbawa di Kuching. Seperti halnya di kota-kota lain di Malaysia, rujak buah juga cukup populer di Sarawak.
Karena namanya Kuching, maka hampir disetiap perempatan jalan yang cukup besar maupun taman-taman kota, kami mendapatkan patung kucing, baik kucing besar / raksasa maupun kucing-kucing kecil, meski di jalanan kami jarang menemukan binatang kucingnya sendiri.
[caption id="attachment_362337" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber : Patung Kucing (Dok Pribadi)"]
Meski di kota Kuching berdomisili tiga bangsa yaitu Chinese, Malay dan India, namun di bangunan-bangunan kota lebih menonjol aksara Tionghoa, sehingga kota ini hampir mirip dengan sebuah Chinatown, khususnya di Kuching Selatan.
[caption id="attachment_362349" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber : Chinatown (Dok Pribadi)"]
Dua malam di kota Kuching terasa kurang banyak kami dapat mengeksplorasi kota ini, kami hanya sempat berkeliling di Kuching Selatan saja, sementara Kuching Utara belum tersentuh. Mungkin pada kesempatan lain kami akan meluangkan waktu untuk menikmati kota ini lebih lama lagi. Untungnya pada hari ke tiga, mobil yang kami sewa benar menjemput kami, sehingga kami tidak perlu kebingungan mencari transportasi untuk kembali lagi ke Pontianak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H