Pengalaman atas kerja-kerja yang repetitif dalam sebuah template "default sistem"  reguler yang melekat dengan kerja-kerja tata kelola pemerintahan telah menguji peran-peran pelaku pemberdayaan yang senantiasa menempatkannya buka sekedar melahirkan pemikiran kritik dengan style  kritikus yang "hit and run" atau ngedumel dalam ruang personal, tetapi diharapkan pemikiran kritis dengan sikap moderat dan terlibat dalam proses tata kelola, dengan menempatkan keberpihakan pada masyarakat agar terbangun proses deliberasi politik masyarakat dalam berpartisipasi penuh pada proses tata kelola pembangunan.
 Pengalaman bekerja secara program yang repetitif, dengan mendorong pemikiran kritis untuk tindakan koreksi aktif, sebagaimana slogan organisasi yaitu Aksi -- Refleksi-Aksi sebagai wujud pembelajaran kritis dan akan menjadikan IPPMI menjadi kekuatan kemitraan yang akan senantiasa melakukan kolaborasi dalam proses kerja-kerja kolekti yang dibangun.
 Para pelaku atau penggiat pemberdayaan di IPMMI pada umumnya memiliki pengalaman dalam proses pembelajaran kritis dilakukan bersama masyarakat melalui proses aksi--refleksi-aksi  yang berulang dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi bersama. Pada setiap aksi dari proses pembelajaran bersama senantiasa akan menjadi bahan refleksi atau perenungan terhadap setiap aksi yang dilakukan, hingga diketemukan gagasan yang mampu dalam membantu kemudahan atau pemudah cara dalam setiap masalah yang dihadapi.
 Dampak pembelajaran kritis dalam proses pemberdayaan dapat menciptakan kesadaran bersama dalam rangka mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan menjadi warga yang aktif dalam proses demokratisasi menjadi penopang utama aspirasi, karena akan menciptakan peran aktif masyarakat dan untuk meminimalisasi adanya kecenderungan kesewenangan kekuasaan.
Aksi-aksi kolektif yang telah, tengah dan akan berjalan dapat kita kumpulkan dalam perpustakaan pengetahuan kita membangun kekuatan knowledge sharing dengan kebebasan intelektual. Fraksis sebagai basis pengetahuan kita bersama layak  kita ditinjau dan dikritisi kembali, agar kembali mengusik-ngusik kesadaran moral dan kognitif kita semua sebagai pelaku pemberdayaan, yang akan mampu bertindak bijak dalam menghadapi isue atas dinamika yang berpotensi mengikis kekokohan ikatan. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H