Mohon tunggu...
Sutanto Wijaya
Sutanto Wijaya Mohon Tunggu... Freelancer - Certified Professional Coach (CPC), Freelance Writer

Certified Professional Coach (CPC), Freelance Writer

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Apa yang Pasti di Tengah Ketidakpastian?

17 Mei 2020   12:04 Diperbarui: 17 Mei 2020   12:07 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih ragu juga? Ingat, kita punya pemerintah. Perusahaan dan institusi bisnis boleh saja gagal dan collapse, tapi pemerintah tidak. Negara Republik Indonesia sudah berdiri hampir 75 tahun melewati segala macam terjangan ombak dan badai. Tantangan dan ujian yang kita hadapi saat ini pastinya akan kita lewati juga. Tidak percaya dengan pemerintah? Mungkin Anda perlu mempertimbangkan untuk ganti paspor. Tapi sebelum Anda memutuskan untuk ubah alamat, ada baiknya introspeksi dulu. Karena kalau mindset dan sikap mental tidak diubah, pindah ke manapun tidak akan bermanfaat.    

Apa lagi yang bisa kita lakukan selain cerdas berprilaku? Kita juga harus mendukung program pemerintah yakni Makroprudensial Aman Terjaga dan Stabilitas Sistem Keuangan. Bagaimana caranya? Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, dengan tidak melakukan rush ke bank, tidak melakukan panic selling. Tidak berspekulasi juga di pasar saham, pasar uang, pasar tradisional, pasar apapun. Melakukan spekulasi artinya Anda berusaha mencari untung ditengah situasi yang sangat tidak menguntungkan. Pakai hati nurani Anda, mudah-mudahan masih ada.  

Sekali lagi, kalau sampai stabilitas keuangan negara kita bermasalah, siapa yang merasakan? Kita semua. Mungkin Anda merasa aman karena harta sudah berlimpah dan secara pribadi tidak akan ada masalah meskipun negara dilanda resesi ekonomi. Tapi kondisi pandemi seperti sekarang seharusnya membuka mata Anda. Virus tidak pilih-pilih korban. Semua orang bisa terjangkit. Dan kalau sampai kejadian Anda terinfeksi, segala harta yang Anda timbun tidak bisa menyelamatkan Anda.

Jadi kita tidak sedang berbicara tentang krisis ekonomi biasa, tapi krisis luar biasa berskala global yang dipicu oleh penyakit yang belum ada obatnya! Krisis seperti ini seharusnya membuat kita semua sadar dan belajar untuk menjadi lebih rendah hati.

Sebaliknya, apa yang bisa Anda lakukan seandainya kondisi Anda serba kekurangan? Tetap saja, jangan panik. Sabar dan tetap berusaha. Jangan buang-buang energi Anda untuk marah-marah dan menyalahkan pihak lain ataupun keadaan. Karena tidak akan menjadi solusi untuk menyelesaikan masalah Anda.

Coba pikirkan sejenak, apa yang bisa Anda lakukan dalam kondisi seperti sekarang ini? Pengetahuan dan skill apa yang Anda miliki, yang kalau dimanfaatkan bisa mendatangkan penghasilan untuk Anda? Coba evaluasi semua sumber daya yang Anda miliki. Fokus ke solusi dan semua yang Anda miliki saat ini, bukan pada masalah dan hal-hal yang tidak Anda punyai.

Kondisi serba sulit seperti sekarang juga memberikan peluang untuk introspeksi diri. Kalau selama ini Anda selalu mengalami masalah keuangan, yang menjadi semakin parah karena kondisi pandemi, apa penyebabnya? Bagaimana gaya hidup Anda selama ini?

Apakah karena gaya hidup Anda sebenarnya melebihi kemampuan? Apakah selama ini Anda ada perencanaan keuangan, atau hanya mengalir seperti air? Perencanaan keuangan bukan ilmu roket, yang hanya bisa dikuasai dan dilakukan oleh sekelompok orang eksklusif. Hal paling sederhana yang bisa Anda lakukan adalah, pastikan pengeluaran Anda tidak sama dengan atau lebih besar dari penghasilan Anda.

Sumber: ceumeta.com
Sumber: ceumeta.com
Pastikan tiap bulan ada porsi yang bisa Anda tabung. Dan kalau tabungan Anda sudah cukup banyak, bisa disisihkan sebagian untuk investasi dan dijadikan modal usaha kecil. Jangan pakai semua tabungan Anda untuk investasi dan bisnis, karena Anda tetap perlu jaring pengaman sosial jika sewaktu-waktu investasi dan bisnis Anda tidak berjalan seperti yang diinginkan.

Apakah Anda termasuk golongan yang tidak pernah bisa menabung? Saya tidak perlu kenal Anda untuk bilang dengan pasti, hal tersebut disebabkan karena Anda salah konsep. Setiap dapat penghasilan, Anda akan pakai dulu untuk belanja semua "keperluan" sebelum ditabung kalau ada sisanya. "Keperluan" disini saya kasih tanda petik karena sering terjadi tidak semua hal yang Anda anggap perlu sebenarnya benar-benar Anda butuhkan. Coba cek dan evaluasi setiap detil pengeluaran bulanan Anda.

Dengan konsep seperti ini, yakni pakai dulu dan tabung kemudian kalau ada sisa, bisa jadi setiap bulan tidak ada sisa yang bisa ditabung. Karena menabung tidak menjadi prioritas Anda. Konsep yang benar adalah tabung dulu, sisanya baru dipakai. Berapa besar porsi pembagiannya? Sesuaikan dengan kondisi Anda masing-masing, tapi saran saya, sisihkan 30% dari penghasilan bulanan Anda untuk ditabung, investasi atau modal usaha. Jadi maksimal pakai 70% dari penghasilan untuk semua kebutuhan Anda.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun