Mohon tunggu...
Sutanto Bantul
Sutanto Bantul Mohon Tunggu... Guru - Penulis dan Penggerak Literasi

Guru Seni Budaya MTsN 3 Bantul

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Literasi Bukan Sekadar Copy Paste

18 Juni 2022   22:48 Diperbarui: 18 Juni 2022   22:50 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Literasi bagi siswa di madrasah bukan sekedar copy paste dari internet langsung dikumpulkan kepada guru, namun hendaklah menyajikan/ menjelaskan kembali dengan bahasa sendiri. Dalam menerima tugas, seorang guru harus jeli memeriksa tugas yang diberikan agar tujuan literasi dapat berhasil.

Hal tersebut disampaikan Direktur Penerbit dan Percetakan Gema Godam Grafika Yogyakarta, Drs. Praba Pangripta saat memberikan materi program literasi dalam Workshop KTSP MTsN 3 Bantul di aula setempat, Sabtu (18/6/2022) dihadiri Pengawas Madrasah, Drs. H, Mugiyanta, M.SI, Ketua Komite, H. Turmudzi, Perwakilan Orangtua/Wali siswa, seluruh guru/ pegawai TU.

dokpri
dokpri
Kepala MTsN 3 Bantul, Sugeng Muhari, S.Pd.Si menjelaskan, program literasi merupakan salahsatu program unggulan di madrasahnya. Sebagai komitmennya, dalam satu semester madrasah telah menerbitkan 2 buah buku yaitu antologi puisi dan antologi pantun yang ditulis oleh warga madrasah.

"Selain sudah menerbitkan buku, kita juga selalu mempublish kegiatan lewat web kemenag, koran cetak, media online dan media sosial lainnya," terangnya.

Dalam paparannya, Praba mengajak agar dibudayakan gemar membaca setiap hari. Karena Indonesia budaya membacanya sangat rendah dibanding negara lain.

"Bapak ibu guru bisa memberikan tugas kepada siswa untuk membaca beberapa menit sebelum memulai pelajaran. Yang dibaca tidak harus buku pelajaran, intinya anak biasa membaca dan untuk selanjutnya bisa menceritakan kembali dengan bahasa mereka," terangnya.

dokpri
dokpri
Alumni ISI Yogyakarta Jurusan Seni Grafis tersebut juga mendorong adanya media di madrasah sebagai wadah menuangkan gagasan. Untuk melaksanakan program tersebut terlebih dahulu dilakukan, pertama adalah rapat redaksi untuk menentukan nama media, format media (koran/tabloid/majalah, newslater), jumlah halaman, periode terbit, deadline. Memilih tema/topik apa saja yang akan ditulis (budgeting). Pembagian tugas liputan: wawancara, memotret, Pembagian tugas studi pustaka untuk tulisan opini dan fiksi.

Langkah kedua Pra Cetak, kegiatannya: Menulis hasil liputan pandangan mata & hasil wawancara (news, feature, profil), Menulis Fiksi (cerpen, puisi, humor, pantun), Menulis Opini (editorial, kolom, artikel, resensi, pojok), Mengedit Tulisan: Akurasi, EYD, Judul (headline), Membuat Ilustrasi (cerpen, kartun, karikatur), Memberi keterangan foto (caption, title), Me-layout.

            Kartunis yang juga Pemimpin Redaksi Majalah Candra Disdikpora DIY tersebut menyarankan agar media tersebut bisa dikelola siswa sekaligus memberikan bekal keterampilan kepada mereka.

"Jika madrasah membutuhkan, saya siap melatih dan mendampingi anak-anak. Saya sangat senang jika diberi kesempatan memberikan bekal keterampilan kepada mereka," pungkas Praba.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun