Mohon tunggu...
Sutan Hartanto
Sutan Hartanto Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang pendidik yang belajar menulis. Pemilik dan pengelola situs : http://www.kisah-cinta.com Pendiri dan pengembang situs sekolah: http://www.pelangi-indonesia.net

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Artikel Utama

Tegak diantara Puing-Puing (22)

24 April 2015   23:08 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:42 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1428337288984585240

"Makasih, Mas. Kita kumpul di rumahku. Satu jam lagi kita berangkat."

"Oke."

Darma meletakkan ponselnya di meja. Satu jam lagi. Perjalanan ke rumah Landung sekitar lima belas menit. Masih cukup waktu untuk mandi, sarapan dan bersiap-siap. Darma pun segera beranjak ke kamar mandi.

* * *

Sesuai perjanjian, Darma sampai di rumah Landung jam 09.00. Ternyata Made dan Bima sudah tiba lebih dulu di sana. Landung dan kedua orang itu sedang duduk di teras sambil mengobrol.

"Hai, Mas!" sapa Landung sambil berdiri, lalu beranjak ke pintu pagar dan membukanya. "Dimasukkan dulu motornya?"

"Tidak usah," tolak Darma. "Bukankah kita langsung berangkat?"

"Oh begitu. Oke mas, masuk dulu sebentar, saya siap-siap dulu."

Darma pun mengikuti Landung menuju teras. Lalu ia duduk dan bergabung dengan Made dan Bima, sementara Landung langsung masuk rumah.

"Apa kabar, Mas?" sapa Made.

"Baik-baik, terimakasih," jawab Darma. "Kalian bagaimana?"

"Masih hidup, Mas," timpal Bima. Mereka semua tertawa mendengarnya. Di antara semua anggota Komunitas, Bima termasuk yang paling lucu dan tidak pedulian.

"Iya, Mas," lanjut Made. "Kemarin pagi itu saya masih tidur. Tahu-tahu tempat tidur dan seluruh kamar berguncang dahsyat. Saya pikir dunia sudah kiamat."

"Untung belum ya," sahut Bima terkekeh. "Rugi kalau kiamat sekarang, belum nikah soalnya."

Kembali mereka tertawa. Sementara itu Landung muncul dengan ransel di punggungnya. "Ramai banget," komentarnya.

"Biasa, Bima," sahut Darma. Landung tersenyum lebar sambil menoleh ke Bima.

"Kita berangkat sekarang?" ajak Landung.

"Ayo!" jawab yang lain serentak.

"Aku membonceng Bima saja," kata Made. "Motorku bocor mesinnya, olinya menetes terus."

Bima mengangguk tanpa menoleh ke Made.

"Oh ya. Kalau begitu motormu dimasukkan saja ke garasi," kata Landung, lalu beranjak ke garasi dan membuka pintunya.

Made pun memasukkan motor ke garasi, dan memarkirnya dengan standar ganda. Landung mengambil mangkuk bekas untuk ditaruh di bawah motor Made, untuk menampung tetesan olinya. Kemudian dikuncinya pintu garasi dan pintu depan. Rumah itu kosong. Di rumah tantenya itu Landung hanya tinggal berdua dengan tantenya, dan sekarang wanita itu sedang menengok anaknya di Singapura.

Setelah semua beres, mereka pun segera berangkat. Mereka mengendarai motor beriringan. Landung paling depan, disusul Bima dan Made, dan terakhir Darma.

(bersambung)

Cerita ini fiktif belaka. Apabila ada kesamaan nama, tempat, dan peristiwa, hanyalah kebetulan belaka dan bukan merupakan kesengajaan.

© Sutan Hartanto

Hak cipta dilindungi undang-undang. All Rights Reserved

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun