"Masih hidup, Mas," timpal Bima. Mereka semua tertawa mendengarnya. Di antara semua anggota Komunitas, Bima termasuk yang paling lucu dan tidak pedulian.
"Iya, Mas," lanjut Made. "Kemarin pagi itu saya masih tidur. Tahu-tahu tempat tidur dan seluruh kamar berguncang dahsyat. Saya pikir dunia sudah kiamat."
"Untung belum ya," sahut Bima terkekeh. "Rugi kalau kiamat sekarang, belum nikah soalnya."
Kembali mereka tertawa. Sementara itu Landung muncul dengan ransel di punggungnya. "Ramai banget," komentarnya.
"Biasa, Bima," sahut Darma. Landung tersenyum lebar sambil menoleh ke Bima.
"Kita berangkat sekarang?" ajak Landung.
"Ayo!" jawab yang lain serentak.
"Aku membonceng Bima saja," kata Made. "Motorku bocor mesinnya, olinya menetes terus."
Bima mengangguk tanpa menoleh ke Made.
"Oh ya. Kalau begitu motormu dimasukkan saja ke garasi," kata Landung, lalu beranjak ke garasi dan membuka pintunya.
Made pun memasukkan motor ke garasi, dan memarkirnya dengan standar ganda. Landung mengambil mangkuk bekas untuk ditaruh di bawah motor Made, untuk menampung tetesan olinya. Kemudian dikuncinya pintu garasi dan pintu depan. Rumah itu kosong. Di rumah tantenya itu Landung hanya tinggal berdua dengan tantenya, dan sekarang wanita itu sedang menengok anaknya di Singapura.