Pada tanggal 4 September 2024, saya berbagi praktik baik penerapan Pembelajaran Kasih Sayang dengan Model Problem Based Learning kepada rekan guru di SMAN 1 Cijeruk. Kegiatan ini berhasil menghimpun antusiasme 14 guru, yang menunjukkan adanya kebutuhan akan pendekatan pembelajaran yang lebih humanis.
Diskusi yang berlangsung kaya akan inspirasi. Para guru tidak hanya antusias mendengarkan, tetapi juga aktif berbagi pengalaman. Hasilnya? Terbentuknya kesepahaman bahwa pembelajaran kasih sayang dapat menciptakan suasana kelas yang lebih kondusif bagi siswa untuk belajar.
Lebih dari sekadar berbagi pengalaman, pertemuan ini juga memicu komitmen bersama untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. Para guru menyusun rencana tindak lanjut yang konkret, menunjukkan keseriusan mereka dalam menerapkan model pembelajaran ini.
Diharapkan, langkah-langkah yang telah disepakati akan berdampak nyata, baik dalam jangka pendek maupun panjang. Dalam jangka pendek, kita dapat berharap adanya peningkatan motivasi belajar siswa dan terciptanya hubungan guru-siswa yang lebih positif. Dalam jangka panjang, diharapkan model pembelajaran ini dapat membentuk karakter siswa yang lebih empati, peduli, dan siap menghadapi tantangan masa depan.
Laporan Best Practice Pembelajaran Sastra dengan Pendekatan Problem-Based Learning
Sutanandika, M.Pd
Situasi
Kegiatan pembelajaran sastra dengan pendekatan Problem-Based Learning (PBL) yang diterapkan pada kelas XI SMAN 1 Cijeruk bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan komunikatif siswa dalam memahami karya sastra. Selain itu, kegiatan ini juga diarahkan untuk menumbuhkan profil pelajar Pancasila, khususnya pada dimensi bernalar kritis, beriman, bertaqwa kepada Tuhan YME, dan bergotong royong.
Dalam kelas XI Bahasa Sunda, saya melihat potensi besar untuk mengembangkan kemampuan berbicara dan berpikir kritis siswa. Meskipun awalnya terdapat beberapa siswa yang merasa kurang percaya diri, saya yakin bahwa pendekatan yang tepat dapat memicu semangat mereka.
Saya terinspirasi untuk menerapkan model pembelajaran berbasis masalah (PBL) dengan menggunakan cerita pendek Kafka "Di Hadapan Hukum" sebagai titik awal. Melalui analisis mendalam terhadap cerita ini, siswa diajak untuk:
- Mengidentifikasi masalah: Siswa akan diajak untuk mengidentifikasi masalah-masalah sosial yang relevan dengan cerita, seperti ketidakadilan, birokrasi, dan pencarian makna hidup.
- Mencari solusi: Dengan berdiskusi dalam kelompok, siswa akan diajak untuk merumuskan solusi-solusi kreatif untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
- Menghubungkan dengan kehidupan nyata: Siswa akan diajak untuk menghubungkan cerita dengan kondisi sosial di sekitar mereka dan menyampaikan pendapat mereka secara kritis.
Saya percaya bahwa dengan pendekatan PBL, siswa akan lebih termotivasi untuk berbicara karena mereka memiliki tujuan yang jelas, yaitu mencari solusi atas masalah yang relevan dengan kehidupan mereka. Selain itu, lingkungan belajar yang kolaboratif dan saling mendukung akan mendorong siswa untuk berani mengungkapkan pendapat dan ide-ide mereka."
Tantangan
Tantangan saya adalah bagaimana menciptakan suasana yang aman untuk bersikap kritis, menyampaikan pendapat terhadap suatu kejadian. Tentu saja Cerita Pendek sebagai karya fiksi adalah hal yang aman karena itu cerita rekaan. Siswa diberikan kondisi kompleksitas tema, karena sarat simbolisme dan makna ganda yang mengundang multi interpretasi. Sehingga memicu diskusi mendalam, ruang argumentasi harus di isi dengan bukti dan fakta yang digali dari cerita dengan membandingkan dari berbagai sudut pandang siswa.
Siswa diajak untuk terampil berpikir kritis, menganalisis teks, mengidentifikasi masalah, merumuskan hipotesis, mencari solusi logis. Â Menautkannya dengan kehidupan nyata. Sehingga siswa melihat tautan kongkrit antara sastra sebagai cermin realitas dunia nyata.
Meningkatkan motivasi belajar berkolaborasi karena tafsir karya tidak bisa dilakukan secara subjektif dan suasana pasif.
Aksi
Penerapan Kasih Sayang dan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) dalam Pembelajaran
1. Membangun Hubungan yang Positif
- Sambutan Hangat dan Pribadi: Saya memulai setiap pertemuan dengan sapaan yang ceria dan panggilan nama siswa. Hal ini membuat siswa merasa dihargai dan lebih nyaman berada di kelas.
- Apresiasi terhadap Usaha Siswa: Setiap upaya siswa, baik itu bertanya, menjawab, atau berpartisipasi dalam diskusi, selalu saya apresiasi. Pujian lisan dan ekspresi wajah yang positif sangat efektif dalam meningkatkan kepercayaan diri siswa.
- Menanamkan Nilai Saling Menghargai: Saya secara aktif menanamkan nilai saling menghargai dan mendukung di antara siswa. Misalnya, dengan mengajak siswa untuk saling membantu ketika mengalami kesulitan.
2. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
- Pemilihan Masalah yang Relevan: Saya memilih masalah atau kasus yang relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa dan materi pembelajaran. Hal ini membuat siswa lebih termotivasi untuk mencari solusi.
- Pembentukan Kelompok: Saya membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang heterogen untuk mendorong kerja sama dan saling belajar.
- Pemberian Waktu untuk Eksplorasi: Saya memberikan waktu yang cukup bagi siswa untuk mengeksplorasi masalah, mengumpulkan informasi, dan merumuskan solusi.
- Fasilitasi Diskusi: Selama proses diskusi, saya berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa mengarahkan pemikiran mereka dan memberikan umpan balik yang konstruktif.
- Presentasi Hasil: Setiap kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka. Hal ini mendorong siswa untuk mengomunikasikan ide-ide mereka dengan jelas dan percaya diri.
Integrasi Kasih Sayang dalam PBL
- Menciptakan Suasana Belajar yang Aman: Saya menciptakan suasana kelas yang aman dan nyaman sehingga siswa merasa bebas untuk bertanya dan mengungkapkan pendapat.
- Memberikan Umpan Balik yang Konstruktif: Saya memberikan umpan balik yang fokus pada upaya siswa, bukan hanya pada hasil akhir.
- Menghargai Perbedaan Pendapat: Saya mengajarkan siswa untuk menghargai perbedaan pendapat dan belajar dari satu sama lain.
Contoh Penerapan PBL dengan Materi Cerita Pendek Kafka "Di Hadapan Hukum":
- Masalah: Mengapa tokoh dalam cerita tersebut terus berusaha mencapai pintu tanpa pernah berhasil? Apa makna simbolis dari pintu tersebut?
- Kegiatan: Siswa dibagi menjadi kelompok dan diminta untuk menganalisis cerita, mencari informasi tambahan tentang Kafka dan konteks sejarahnya, serta merumuskan berbagai interpretasi terhadap cerita.
- Presentasi: Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi mereka, kemudian kelas melakukan diskusi kelas untuk membahas berbagai perspektif.
Hasil
Model pembelajaran berbasis masalah telah terbukti efektif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam pemecahan masalah, PBL tidak hanya mendorong siswa untuk berpikir kritis, tetapi juga mengembangkan keterampilan berkomunikasi yang baik. Selain itu, PBL juga berperan penting dalam pembentukan karakter siswa, seperti kerja sama, tanggung jawab, dan kemampuan untuk menghargai perbedaan pendapat.
Refleksi
Pengalaman menerapkan pembelajaran kasih sayang dan PBL pada materi cerita pendek Kafka "Di Hadapan Hukum" membuka banyak potensi untuk pengembangan lebih lanjut. Dengan variasi materi dan pendekatan yang lebih kreatif, model pembelajaran ini dapat diterapkan pada berbagai mata pelajaran dan tingkatan kelas. Selain itu, kolaborasi dengan guru lain dapat memperkaya pengalaman belajar siswa dan menciptakan lingkungan belajar yang lebih holistik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H