Mohon tunggu...
Sutanandika
Sutanandika Mohon Tunggu... Guru - Cisadane Resik

Seorang Guru Bahasa Sunda, Inisiator Gerakan Cisadane Resik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Memotong Rambut: Antara Disiplin dan Martabat Manusia

13 Agustus 2024   23:34 Diperbarui: 13 Agustus 2024   23:36 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rambut, sejak zaman dahulu, sering dianggap sebagai mahkota bagi manusia. Ia tidak hanya berfungsi sebagai pelindung kepala, tetapi juga menjadi simbol identitas, ekspresi diri, dan bahkan status sosial. Pandangan ini kemudian berkembang menjadi berbagai macam paradigma, termasuk anggapan bahwa rambut gondrong identik dengan kebebasan dan, dalam konteks tertentu, kerap dikaitkan dengan perilaku nakal.

Di sisi lain, upaya mendisiplinkan siswa melalui pemotongan rambut seringkali menimbulkan pertanyaan mengenai martabat manusia. Cukuran yang dianggap merendahkan martabat tidak hanya menyakiti perasaan siswa, tetapi juga bertentangan dengan prinsip-prinsip pendidikan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

Era Pendidikan Merdeka menuntut kita untuk melihat siswa sebagai individu yang merdeka. Mereka memiliki hak untuk mengekspresikan diri, termasuk melalui gaya rambut. Guru, sebagai agen perubahan, seharusnya menjadi sosok yang mampu membimbing siswa tanpa harus merendahkan martabat mereka.

Kegiatan mencukur rambut siswa yang melibatkan sekolah cukur atau barber school, pada pandangan pertama, mungkin tampak kontradiktif dengan prinsip-prinsip pendidikan merdeka. Namun, jika kita melihat lebih dalam, kegiatan ini justru dapat menjadi sebuah bentuk pembelajaran yang memanusiakan manusia.

Di SMAN 1 Cijeruk, sekolah yang terletak di perbatasan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi, kegiatan ini bukan hanya sekedar pemotongan rambut, tetapi juga menjadi bagian dari upaya kami untuk membangun karakter siswa yang tangguh dan berintegritas. Siswa yang merasa rambutnya tidak sesuai dengan aturan sekolah, secara sadar memilih untuk memotong rambutnya. Hal ini menunjukkan adanya kesadaran diri dan tanggung jawab.

Selain itu, kegiatan ini juga memberikan manfaat ganda. Bagi siswa, mereka mendapatkan kesempatan untuk tampil lebih rapi dan sesuai dengan aturan sekolah. Sementara itu, bagi siswa-siswi sekolah cukur, kegiatan ini menjadi ajang praktik langsung yang sangat berharga.

Dengan melibatkan sekolah cukur, kami ingin memberikan pengalaman yang berbeda bagi siswa, sekaligus memperkenalkan mereka pada dunia kerja yang nyata.

Kegiatan ini patut dijadikan contoh sebagai sebuah bentuk penerapan disiplin positif dalam pendidikan. Dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses pengambilan keputusan, kita tidak hanya mengajarkan mereka tentang pentingnya aturan, tetapi juga menanamkan nilai-nilai kemandirian dan tanggung jawab.

Sebagai guru di SMAN 1 Cijeruk, sekolah yang terletak di perbatasan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi, saya optimis bahwa kegiatan ini akan memberikan dampak positif bagi siswa-siswi kami. Melalui kegiatan ini, kami berharap dapat mencetak generasi muda yang tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki karakter yang kuat dan siap menghadapi tantangan masa depan.

Namun, perlu diingat bahwa kegiatan ini hanyalah salah satu contoh dari sekian banyak strategi pendidikan karakter. Untuk mencapai hasil yang optimal, diperlukan perencanaan yang matang dan melibatkan seluruh komponen sekolah.

Kegiatan mencukur rambut siswa yang melibatkan sekolah cukur dapat menjadi sebuah praktik yang bermanfaat jika dilakukan dengan cara yang tepat. Kegiatan ini tidak hanya membantu siswa untuk lebih disiplin, tetapi juga memberikan pengalaman belajar yang bermakna. Yang terpenting adalah bagaimana kita dapat menyeimbangkan antara kepentingan individu dengan kepentingan bersama, serta selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dalam setiap tindakan.

SMAN 1 Cijeruk, sekolah yang terletak di daerah yang kaya akan budaya, terus berupaya untuk mengembangkan program-program yang inovatif dan sesuai dengan kebutuhan siswa. Tentu saja saya harus berterima kasih kepada Deft Barber School yang membuka wawasan saya dengan adanya kegiatan ini. Seperti rumah makan, tukang cukur tetap akan diperlukan walaupun anda gondrongkan rambut. Tahun 2024, bonus demografi sama dengan bonus banyak kepala yang harus di cukur dengan baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun