Atas penemuan dan Penambangan Timah secara massif diatas, maka Pulau Bangka Belitung ini menjadi sangat penting dan strategis bagi SMB I dan Kesultanan Palembang Darussalam. Ditambah dengan hasil sumber alam lainnya yang ada dalam wilayahnya di Sumatera Bagian Selatan secara umum, maka SMB I mempunyai penghasilan yang melimpah dan juga dikenal sebagai tokoh pembangunan yang modernis baik dalam bidang fisik, juga bidang ekonomi dan sosial.
Pembangunan yang dilakukannya mempunyai visi modern, religius, dan monumental, seperti ; Komplek Pemakaman Gubah Talang Kerangga (1728), Komplek Pemakaman Gubah Kawah Tengkurep (1728), Keraton Kuto Tengkuruk (1737) dan Masjid Agung Palembang tahun 1748 M. SMB I wafat pada Sabtu Malam, 3 Muharam 1171 H atau 17 September 1757 M dalam usia 68 Tahun. Beliau dimakamkan di Komplek Pemakaman Gubah Kawah Tengkurep di daerah Lemabang dan oleh karena itulah beliau dikenal juga sebagai Sunan Lemabang.
Dimasa Sultan-sultan selanjutnya, Pulau Bangka Belitung terus di kelola sebagai pusat pertambangan timah dan menjadi komoditi ekspor penting ke Batavia bersama dengan komoditi lainnya, sesuai dengan perjanjian perdagangan yang telah dibuat bersama dengan VOC. Juga untuk menjaga hubungan baik antara Ibukota Palembang dan Pulau Bangka Belitung ini, hampir semua Sultan selanjutnya meminang putri bangsawan Bangka Belitung sebagai salah satu Istrinya.
Sumber : Tjarita Bangka, Hikayat Palembang dan jurnal dari Bambang Haryo Suseno “Tata Pemerintahan Masa Lampau di Pulau Bangka Berbasis Telaah Manuskrip Tjarita Bangka” Kapita Selekta Penulisan Sejarah Lokal Tahun 2022
*) Penulis adalah Pemerhati dan Peneliti Sejarah dari Sutanadil Institute
Bogor, 20 September 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H