Mohon tunggu...
HG Sutan Adil
HG Sutan Adil Mohon Tunggu... Sejarawan - Pemerhati dan Peneliti Sejarah dari Sutanadil Institute

Pemerhati dan Penulis Sejarah, Ekonomi, Sosial, Politik. Telah menulis dua buku sejarah populer berjudul Kedatuan Srivijaya Bukan Kerajaan Sriwijaya dan PERANG BENTENG, Perang Maritim Terbesar Abad 17 dan 19 di Palembang. (Kontak 08159376987)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perang Benteng (I) Pertama, Perang Maritim Terbesar Abad 17 Melawan VOC di Palembang

23 April 2024   13:02 Diperbarui: 23 April 2024   13:04 1411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lukisan Suasana Perang Benteng (I) / Sumber : Sutanadil Institute (Edited)

Armada ini terdiri dari kapal inti bernama Orange, Postilion, Molucco, Armd of Batavia dan Charles; tiga kapal galiung, yaitu Appelboom, hour- glass dan Hammehiel; serta tiga kapal lainnya, Crab, Tronk dan Flying Dear, dilengkapi dengan 600 pelaut dan 700 prajurit darat. Mereka tiba pada 30 Oktober 1659 di Selat Bangka atau Muara Sungai Musi tanpa mengalami gangguan berarti selama perjalanan. Dapat dikatakan, dengan adanya konvoi armada VOC ini, maka sejarah Perang Benteng Pertama dimasa Kolonial di sejarah Palembang dengan begitu baru saja dimulai.

Serdadu VOC menghabiskan waktu selama dua hari, yakni tanggal 3 dan 4 November 1659, untuk memasuki sungai. Tetapi pada malam hari 9 November 1659, keberadaan mereka telah diketahui oleh pasukan kerajaan Palembang dan langsung mengempur konvoi kapal VOC tersebut. Atas Peristiwa tersebut mengakibatkan empat sampai lima prajurit VOC terluka karena para komandanya kurang sigap dalam mengantisipasi serangan. Akhinya pada 10 November 1659, pasukan VOC bisa tiba di depan antara Pulau Kemaro dan pantai di seberangnya. Dari posisi ini Keraton Kuto Gawang dan Kota Palembang bisa terlihat dengan jelas.

Lukisan Perang Benteng di Benteng Bamagangan Pulau Kemaro // sumber : Sutanadil Institute
Lukisan Perang Benteng di Benteng Bamagangan Pulau Kemaro // sumber : Sutanadil Institute

Pada saat itu Kerajaan Palembang sudah mempunyai 3 (Tiga) Benteng Pertahan terdekat dan juga sebagai perisai Keraton Kuto Gawang dalam mempertahankan ibukota, yaitu ; Benteng Bamagangan, terletak di titik bagian barat dan Benteng Manguntama di timur di Pulau Kemaro. Sementara ada dua benteng lainnya diseberang sungai, yaitu terletak di titik bagian barat, Benteng Martopuro dan kearah timurnya yang saling bersebelahan yakni Benteng Tambak Bayo di Muaro Plaju Sekarang.

Benteng Tambak Bayo dan Benteng Martopuro di Plaju // Sumber : Sutanadil Institute
Benteng Tambak Bayo dan Benteng Martopuro di Plaju // Sumber : Sutanadil Institute

Benteng2 ini terus bersiaga dan siap dalam melakukan tembakan dan hanya menunggu konvoi kapal VOC sampai pada jarak tembak. Awalnya dari hulu dikirim beberapa rumah kayu atau rakit berisi benda-benda mudah terbakar yang dibangun di atas gelondongan-gelondongan kayu berukuran besar yang terapung di atas sungai. Atas kondisi ini Kapten Jurian Paulson dari VOC diutus untuk melihat rakit-rakit itu dengan membawa serta kapal hour glass dan beberapa perahu lainnya dan selanjutnya dia memotong tali-tali gelondongan itu dan lalu menyulutnya dengan api untuk membakarnya. Kemudian, seluruh armada VOC bergerak maju untuk menyerang Benteng Bamagangan.

Dengan gagah beraninya, begitu mememasuki jarak tembak meriam dari benteng2 tersebut, Pasukan Palembang langsung menyambutnya dengan tembakan meriam dari dua benteng yang ada di titik barat dan timur. Tetapi sayangnya tembakan dari meriam ini tidak bisa menghentikan gerakan pasukan VOC yang akhirnya bisa mecapai Benteng Bamagangan yang selanjutnya berhasil dibakar beserta gudang mesiunya sehingga sebagian besar bangunan benteng meledak, berikut rumah-rumah yang ada di sekitarnya. Setelah itu, kapal Bioemendahl, Koukerk, dan Cat membuang sauh dalam jarak tembak dari arah pantai untuk kemudian menembaki benteng lainnya, baik dari jarak jauh maupun dekat.

Lukisan Peta Keraton Kuto Gawang dan Bentengnya, oleh Laksamana John van der laen // Sumber : Sutanadil Institute
Lukisan Peta Keraton Kuto Gawang dan Bentengnya, oleh Laksamana John van der laen // Sumber : Sutanadil Institute

Akhirnya Pasukan VOC berhasil mendarat dan menguasai Benteng Bamagangan. Disana mereka merampas 22 meriam dari besi dan kuningan dan langsung dipakai mereka untuk mengarahkannya ke Pasukan Palembang yang ada di darat. Pertempuran itu berlangsung sepanjang malam dalam mempertahan Benteng. Selanjutnya terlihat empat atau lima mesin api, berupa rumah-rumah kayu berisi benda-benda yang mudah terbakar yang dibangun diatas gelondongan-gelondongan kayu; ukuran benda yang sangat besar itu memenuhi hampir seluruh badan sungai.

Kapal Bloemendahl, Koukerk, dan Cat membutuhkan waktu lama untuk dapat menghindari serangan ini, karena mereka harus terlebih dulu memutus tali-tali di gelondongan tersebut. Bagian depan kapal Molucco sempat terbakar, walaupun akhirnya berhasil diselamatkan kapal-kapal VOC lainnya yang menemaninya tanpa mengalami kerusakan berarti.

Kapal Bloemendahl, Koukerk, dan Cat membutuhkan waktu lama untuk dapat menghindari serangan ini, karena mereka harus terlebih dulu memutus tali-tali di gelondongan tersebut. Bagian depan kapal Molucco sempat terbakar, walaupun akhirnya berhasil diselamatkan kapal-kapal VOC lainnya yang menemaninya tanpa mengalami kerusakan berarti.

Sketsa  Lokasi Benteng-benteng Pertahanan Palembang disekitar Pulau Kemaro, oleh John van der laen // Sumber : Sutanadil Institute
Sketsa  Lokasi Benteng-benteng Pertahanan Palembang disekitar Pulau Kemaro, oleh John van der laen // Sumber : Sutanadil Institute

Mesin-mesin Api tersebut terbawa arus sungai dan lenyap menjadi asap. Dalam pertempuran memperebutkan benteng, sebanyak 30 orang dari pasukan bayaran dari jawa yang membantu VOC terbunuh, di antaranya Quevy tommagen nadapen radja [Kiai Temenggong Dihadapan Raja] beserta dua puteranya, yang dimakamkan keesokan harinya.

Pada pagi hari 11 November 1659, VOC berhasil mengambil alih Benteng Martapuro. Disana mereka menemukan 16 (Enambelas) unit meriam, termasuk meriam2 lainnya yang telah dibuang ke sungai, tetapi sayangnya mereka dapat mengambilnya kembali. Kemudian VOC merampas meriam-meriam tersebut dan membawanya ke kapal dengan sejumlah kecil amunisinya.

Rupanya kegiatan penjarahan ini terpantau oleh pasukan kerajaan di Palembang, yang selanjutnya menyerang kembali dan berhasil membakar kapal Watchman dan pada malam harinya, pasukan ini yang sempat mundur dari pulau kemaro berusaha kembali untuk merebut benteng Martopuro dan Bamagangan, tetapi VOC sudah mempersiapkan diri untuk mempertahankannya sepanjang malam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun