Peninggalan dan Bukti Arkeologi yang ditinggalkan oleh Kesultanan Palembang Darussalam ini cukup Banyak namun sayangnya masih belum dikenal secara umum sebagai Cagar Budaya yang sangat bernilai tinggi. Hampir semua Sultan Kesultanan Palembang meningalkan komplek pemakaman mereka dan atau bergabung dalam satu kompleks pemakaman.
Kompleks Pemakaman tersebut antara lain, seperti :  Komplek Pemakaman Candi Walang di dekat Pasar Cine Palembang sebagai Makan Pendiri Kesultanan Palembang Darussalam, Komplek Pemakaman Kebon Gede di 32 Ilir Palembang sebagai makam Sultan Mansyur Jayo Ing Lago, Kompleks Makam Sultan Agung di  Kelurahan 1 Ilir palembang sebagai Makam Sultan Agung Komaruddin Sri Teruno,  Komplek Makam kawah Tengkurep di Kelurahan 3 Ilir Palembang sebagai makam Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo dan Beberapa Sultan Lainnya, dan Kompleks Makam Islam Ternate di Kelurahan makasar barat Ternate Tengah sebagai Makam Sultan Mahmud Badaruddin dan Keluarga lainnya yang diasingkan oleh Belanda.
Selain meninggalkan banyak kompleks  makam, juga ada sebuah Keraton Kuto Besak yang  dulunya adalah sebuah Keraton dan tempat kediaman para sultan Kesultanan Palembang Darussalam. Tetapi sayangnya, disaat Kolonialis Belanda  menguasainya, Keraton tersebut dialih-fungsikan sebagai Benteng oleh mereka dan selanjutnya juga Tentara Nasional Indonesia (TNI) memfungsikannya juga sebagai Benteng dan sebagai kantor Kesehatan Kodam II Sriwijaya dan Bekas Keraton Kesultanan Palembang Darussalam tersebut sekarang dikenal sebagai Benteng Kuto Besak (BKB).Â
Disebelahnya BKB itu, dahulunya ada juga sebuah Keraton bernama Keraton Tengkuruk milik Kesultanan Palembang Darussalam yang sekarang tidak ada bekasnya lagi karena dibongkar oleh Belanda untuk dibangunkan sebuah Rumah Dinas Residen Belanda. Sekarang, rumah dinas Residen Belanda tersebut dijadikan Museum Sultan Mahmud Badaruddin II dan Kantor Dinas Kebudayaan Kota Palembang.
Peninggalan yang cukup Fenomenal dan terus berfungsi sejak dibangun oleh Sultan ke-4 Kesultanan Palembang Darussalam pada tahun 1797 adalah Masjid Agung Palembang yang sekarang bernama sesuai dengan nama beliau yakni Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo.
Namun sangat disanyangkan ada Peninggalan Kesultanan Palembang lainnya yang belum diangkat sejarahnya dan juga jarang sekali mendapat perhatian dari para Sejarawan dan Peneliti Sejarah di Palembang. Peninggalan tersebut antara lain adalah Benteng-benteng pertahanan Kesultanan Palembang Darussalam yang sangat berjasa bagi Kesultanan Palembang Darussalam dalam Perang Maritim terbesar di abad ke-17 dan abad ke-19. Pulau kemaro (termasuk Plaju dan Sungai Gerong) dan juga yang berada disepanjang aliran Sungai Musi dan Sungai Komering yang memang menurut hasil Penelitin dari Sutanadil Institute bahwa Benteng Pertahanan tersebut terbuat dari bahan-bahan alamiah yang mudah rusak dan tidak tahan lama. Hilangnya bekas benteng pertahanan tersebut juga diakibatkan dari Pembakaran dan Pembumi-hangusan oleh Belanda saat setelah Kota Palembang dikuasai. Sayang sekali memang...
Benteng-benteng tersebut adalah adanya 11 lokasi Benteng Pertahanan di  sekitar*) Penulis adalah Pemerhati dan Peneliti Sejarah dari Sutanadil Institute