Dimasa Kesultanan Palembang Darussalam ini, banyak sekali ulama dari Jazirah Arab yang turut memperkuat dan membina umat Islam untuk masyarakat Palembang, terutama dari Hadramaut. Banyak ulama ini yang memberi perhatian dan ilmu agama di kalangan Istana, sehingga istana tidak hanya sebagai pusat pemerintahan namun juga menjadi pusat ilmu pengetahuan dan Agama. Sebagian ulama Palembang seperti Shihabuddin, Kemas Fakhruddin, Muhammad Mahyiddin, dan Kemas Muhammad dikenal memiliki karya karya yang mula mula disimpan di istana Kesultanan sebelum diambil oleh Belanda dan Inggris.
Diantara ulama yang menonjol tercatat adalah Abdus Shamad Al-Falimbani, yang sangat terkenal di Palembang dan Nusantara saat itu serta juga di negara2 Asia Tenggara. Beliau menjadi guru bagi para Pangeran Ratu dan kaum Priyayi di Kesultanan Palembang Darussalam. Kitab karya beliau yang banyak beredar di Nusantrara dan menjadi banyak rujukan dalam mempelajari agama Islam dan perjuangan untuk berjihad melawan kolonialis Eropa khususnya Belanda dan Inggris, antara lain:
•       Zahratul Murid fi Bayani Kalimatit Tauhid (1178 H/1764 M)
•       Risalah Pada Menyatakan Sebab Yang Diharamkan Bagi Nikah (1179 H/1765 M)
•       Hidayatus Salikin fi Suluki Maslakil Muttaqin (1192 H/1778 M)
•       Siyarus Salikin ila 'Ibadati Rabbil 'Alamin, (1194 H/1780 M-1203 H/1788 M)
•       Kitab Nasihat al-muslimin wa tazkirah al-mu’min fi fadail Jihad fi Sabillah, untuk memompa semangat perlawanan terhadap Kolonialis.
Ayahnya seorang Arab yang berasal dari San’a Yaman dan Ibunya seorang wanita asli Palembang. Beliau banyak berkelana dalam mencari ilmu seperti, Kedah, Patani, Makkah, Madinah, dan negeri islam lainnya, sehingga banyak berguru kepada Ulam terkenal dunia, seperti; Muhammad bin Abdul Karim As-Samani, Muhammad bin Sulayman Al-Kurdi, Abdul Mukmin Ad-Damanhuri, Ibrahim Al-Ra’is, Muhammad Murad, Muhammad Jauhari, Atha-Allah Al-Masri.
Ada pertentangan dari para sejarahwan Islam tentang kapan dan dimana beliau meninggal. Salah satunya yang pernah Penulis ziarahi adalah makam beliau di sebuah pasar tradisional di Kecamatan Kuok, Kota Bangkinang, Kab. Kampar, Riau. Namun makam ini perlu diteliti lebih lanjut, apakah makam asli atau hanya sebuah makom petilasan saja.