Jejak Sultan Achmad Nnajamuddin (SAN III) Pangeran Ratu atau Sultan Muhammad Tjing Djamaluddin DI BATAVIA
Bag. II
           Â
Oleh : HG Sutan Adil
Sebagaiman telah dijelaskan di bagian pertama tulisan ini, dimana Sultan ke-9 Kesultanan Palembang Darussalam yang bernama Sultan Ahmad Najamuddin (III) juga bernama Sultan Muhammad Tjing Djamaluddin bergelar Wangsa Martaradja Wijayanegara, sebagaimana yang dijelaskan oleh trah zuriat ke-7 beliau, Raden Daden Ramdani.
Tercatat dalam catatan keluarga mereka bahwa Sultan Achmad Najamuddin (III) Â atau SAN III ini sewaktu mudanya juga suka melakukan perjalanan keseluruh nusantara termasuk juga ke Ujung Pandang atau Makasar. Disaat akan di asingkan ke negeri Ternate bersama Sultan Mahmud Badaruddin (SMB II), Beliau menghilang dan melanjutkan perjuangan pemberontakan di Batavia.
Di Batavia, SAN III berkenalan dengan banyak pejuang dan pangeran dari berbagai negeri di nusantara yang saat itu juga berusaha melepaskan diri dari cengkraman penjajahan Belanda. Â Disuatu saat beliau memimpin beberapa penjuang tersebut untuk memberontak kepada Kolonialis Belanda di Kota Batavia. Â Â Â Â
Atas kondisi ini, beliau banyak dicari oleh serdadu Belanda dan akhirnya kabur ke Makasar, dan dilindungi oleh Bangsawan disana. Tak berapa lama kemudian beliau dinikahkan dengan Putri Bangsawan Bugis yang bernama Naisah. Tidak berapa lama setelah menikah, mereka kembali ke Batavia dan dilindungi serta bersekutu dengan Pangeran Kertajaya, putra Sultan Wijaya (Raja Sunda Kelapa saat itu).
Di wilayah Kerajaan Sunda Kelapa ini atau Batavia, SAN III Â dikenal dengan nama Pangeran Wangsa Negara dan juga sering digelari dengan nama Pangeran Makasar. Oleh sebab inilah didaerah tempat beliau berjuang tersebut ada dikenal dengan nama Kampung Makasar di wilayah Kramat Jati sekarang.
Di Batavia, SAN III masih tetap berjuang dan terus memberontak kepada Kerajaan Belanda sampai ke daerah Banten dan bersekutu pula dengan pejuang dan bagsawan dari Banten disana, yang juga akhirnya menikah kembali dengan Ratu Maemunah, seorang gadis bangsawan dari Banten, anak Sultan Achmad.
Dalam kurun waktu perjuangan di Batavia dan Banten ini, SAN III juga menikah untuk yang ketiga kalinya dengan seorang anak saudagar Tionghoa muslim atau Bangsawan Muslim Tionghoa di Jatinegara bernama Soey Nona.
Sayangnya atas kegiatan perjuangan dan pemberontakan melawan Belanda di Wilayah Batavia dan Banten ini, beliau kembali diburu oleh serdadu Belanda yang akhirnya SAN III mengasingkan diri ke Ambon sampai beliau meninggal ditahun 1828 M dan dimakamkan di Gunung Nona (Sulawei Selatan..?). (Bersambung)
*) Penulis adalah Pemerhati dan Peneliti Sejarah dari Sutanadil Institute.
Bogor, 17/10/2023
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI