Mohon tunggu...
HG Sutan Adil
HG Sutan Adil Mohon Tunggu... Sejarawan - Pemerhati dan Peneliti Sejarah dari Sutanadil Institute

Pemerhati dan Penulis Sejarah, Ekonomi, Sosial, Politik. Telah menulis dua buku sejarah populer berjudul Kedatuan Srivijaya Bukan Kerajaan Sriwijaya dan PERANG BENTENG, Perang Maritim Terbesar Abad 17 dan 19 di Palembang. (Kontak 08159376987)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perang Benteng Kedua (Bagian 1)

30 Januari 2023   10:00 Diperbarui: 30 Januari 2023   10:09 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertempuran Sungai Aur/Sumber Buku Perang Benteng

Sore harinya pasukan dibawah pimpinan Bangsawan tersebut, dengan dibantu oleh massa rakyat melucuti senjata serdadu-serdadu dan orang-orang Belanda yang berada didalam loji. Setelah itu semuanya diangkut dengan perahu ke Sungsang untuk diamankan di suatu tempat agar tetap aman. Ditengah jalan tawanan itu berontak dan melawan, sehingga banyaklah yang terbunuh, yaitu 24 orang Eropah dan 63 orang jawa; kecuali beberapa orang saja yang selamat, yaitu seorang juru bahasa bemama Willem van de Weeteringe Buijs, seorang Portugis dan tiga orang wanita Belanda.

Peristiwa tersebut dikenal sekarang dengan "Peristiwa Sungai Aur" atau “Palembang Massacre” yang terjadi pada tanggal 14 September 1811.  Peristiwa itu membuktikan bahwa Sultan Mahmud Badaruddin II benar-benar adalah seorang negarawan yang mempunyai pandangan yang jauh kedepan yakni dengan memilih saat yang tepat yaitu 4 hari sebelum Belanda dihancurkan tentera lnggris di Jatinegara (Mr. Comelis) pada tanggal 22 Agustus 1811, Sultan Mahmud Badaruddin II telah menyatakan “Merdeka” nya Kesultanan Palembang dari pengaruh kekuasaan Asing, dan siap berperang jika Kolonialis kembali ke Palembang.

Dokumen Sutanadil Insttute
Dokumen Sutanadil Insttute

Sedangkan di Negeri mereka di Eropa, Pada tanggal 18 September 1811 ditanda tanganilah akta penyerahan dari Pihak Belanda kepada pihak Inggris atau dikenal dengan nama Perjanjian Tuntang, yang   sekarang berada di kecamatan Tuntang, kabupaten Semarang. Pulau Jawa dan daerah-daerah takluknya, Timor, Makasar dan Palembang berikut daerah-daerah takluknya menjadi jajahan lnggris.

Di Timor dan Makasar penyerahan tersebut tidaklah mengalami banyak kesulitan, tetapi ketika utusan-utusan Raffles tiba di Palembang untuk mengambil alih Loji Belanda di Sungai Aur, mereka ditolak oleh Sultan Mahmud Badaruddin II, karena kekuasaan Belanda di Palembang sebelum Perjanjian Tuntang sudah tidak ada lagi. (Bersambung Ke Bag. 2)

*) Penulis Adalah Pemerhati dan Peneliti Sejarah dari Sutanadil Institute

Bogor, 24/01/23

Dok Pribadi
Dok Pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun