Dari keempat situs diatas bentuk bangunan dan material yang melekat pada situs tersebut adalah hampir sama dan mirip, yaitu terbuat dari batu bata merah dan material lain yang khas serta mempunyai tempat tempat khusus untuk melakukan kegiatan tertentu. Â Lngkungannya juga banyak persamaan yang karna umumnya keberadaannya berada di dataran rendah yang rawan genangan air dan banjir, sehingga situs tersebut banyak dikelilingi oleh bangunan dan parit yang di buat untuk mengatasi banjir dan mengatur tata airnya.
Karakteristik lain yang ada persamaannya dan sangat vital adalah terletak  di tepi atau di dekat sungai besar yang merupakan urat nadi perekonomian masa lalu, yaitu sungai Musi-Lematang (Bumiayu), sungai Batanghari (Muaro Jambi), sungai Kampar (Muara Takus) dan sungai Barumun di situs Bahal yang semua sungainya bermuara ke bagian timur Pulau Sumatera yang tentu saja menghubungkan mereka ke muaranya yang berada di laut dan selat Malaka.
Dari adanya aliran sungai besar itulah para misionaris dan pelajar dari berbagai negeri saat itu berdatangan ke Universitas Dharmaphala yang ada di Kedatuan Srivijaya ini. Seperti apa yang dilakukan oleh "Dapuntha Hyang" yang melakukan melakukan Perjalanan suci  "Siddhayatra"  membawa  bersama  2.213 orang master wisudawan dari Universitas Dharmapala bersama putra sulungnya "Shang Hyang Datu Kampala". Merekalah diperkirakan membangun ke empat situs diatas dan meneruskan penyebaran "Dharmic Lokal" kepada ummatnya di area tersebut.
Dari adanya aliran sungai besar itulah para misionaris dan pelajar dari berbagai negeri saat itu berdatangan ke Universitas Dharmaphala ini, dan jika di lihat dari waktu terbentuknya Agama Budha di India yaitu sekitar 500 tahun sebelum masehi lalu, maka Universitas Dharmaphala ini sudah berdiri ratusan tahun atau bisa juga ribuan tahun sebelum nya.
Yang berarti juga bahwa Universitas Dharmaphala ini umurnya lebih tua dari University of Al-Karaouine yang didirikan oleh Fatima al-Fihri, seorang muslimah anak saudagar Tunisia pada tahun 859 Masehi di kota Fez, Maroko, yang oleh Guiness Book Of World Record digadang gadang sebagai universitas tertua di dunia.
Inilah sebetulnya sejarah besar Bangsa yang ada di Nusantara ini yang memang masih perlu diteliti lebih lanjut dan di dudukkan kembali kebenaran sejarah di Nusantara ini ke tempat yang sebenarnya. Banyak sejarah dan arkeologi yang beredar itu adalah sejarah yang sudah dikaburkan  yang ditujukan agar Indonesia tak punya jati diri. Isu ini mengatakan sejarah yang kita kenal sekarang ini adalah hasil perbuatan konspirasi Sejarawan Kolonialis atau negara2 Barat lainnya untuk mengecilkan Indonesia.
Para penganut teori konspirasi berpendapat bahwa sejarah Indonesia itu palsu atau bohong besar menggunakan tesis dari penulis Swedia "Juri Lina", yang pada tahun 2004 menulis buku kontroversial "Architects of Deception- the Concealed History of Freemasonry". Â Dalam bukunya ini, Juri Lina berpendapat bahwa sejarah Indonesia merupakan bukan sejarah asli karena sudah dibengkokan atau dikaburkan oleh penjajah Belanda.
Kesimpulan nya adalah ada tiga cara untuk melemahkan dan menjajah suatu negeri :
1. Kaburkan sejarahnya
2. Hancurkan bukti2 sejarahnya agar tak bisa dibuktikan kebenarannya