Mohon tunggu...
Susi Yanti
Susi Yanti Mohon Tunggu... -

Penulis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sebuah Kisah Penuh Filosofi

12 September 2012   07:05 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:35 797
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelumnya saya pernah membaca buku karangan Napoleon Hill yang berjudul Think And Grow Rich.  Sebuah buku paling laris sepanjang masa berasal dari ide yang dilontarkan oleh Andrew Carnegie kepada Hill untuk menghabiskan waktunya 20 tahun mencari sebuah formula kesuksesan yang bisa dipakai oleh siapa saja.

Pada saat membaca buku ini saya tidak begitu terkesan dan mendapatkan pembelajaran dari seorang Andrew Carnegie yang meminta Hill untuk mencari formula tersebut, karena saya lebih terkesan akan formula yang diajarkan dalam buku Think And Grow Rich.

Tetapi semalam saya merasa sangat terkesan karena mengetahui kisah di balik percakapan Hill dan Carnegie tsb.  Begitu membekas rasanya dan memberikan pembelajaran dalam hidup yang takkan pernah dapat saya lupakan.

Selama ini kita selalu membandingkan segala hal, antara yang kita dapatkan dan yang kita berikan.  kita selalu berharap mendapatkan lebih dengan pengorbanan seminim mungkin.  Bahkan sebagai seorang karyawan kita selalu menuntut hak yang lebih, jika mendapatkan banyak tanggung jawab dan pekerjaan kita mulai memperhitungkan antara gaji dan tanggung jawab yang kita pikul.  Bahkan sebagian orang yang menjadi karyawan bisa saja mulai mengeluh kepada rekannya yang lain.   Sungguh sebuah sikap yang kurang etis dan terpuji.

Kisah di balik percakapan Andrew Carnegie dan Napoleon Hill

Carnegie  :  "Jika aku memberikan kesempatan padamu untuk menyusun formula pencapaian yang pertama di dunia, dan aku mengenalkan padamu orang - orang yang bisa bekerja sama denganmu untuk menyusunnya, apakah kau menginginkan kesempatan ini, dan apakah kau akan menjalankannya sampai tuntas jika kesempatan itu kuberikan padamu ?"

Hill  :  Berdehem, tercenung beberapa detik, lalu menjawab singkat dan sangat berarti. "Ya. Aku tidak akan hanya menerima pekerjaan itu, tetapi aku akan menuntaskannya."

Carnegie :  "Bagus sekali, kau memiliki satu dari dua karakter penting yang akan dibutuhkan oleh orang yang menyusun falsafah seperti yang aku jelaskan.  Sekarang aku ingin tahu apakah kau punya karakter yang kedua.  Jika aku memberimu kesempatan untuk menyusun falsafah ini, apakah kau bersedia mencurahkan waktu selama dua puluh tahun untuk melakukan riset tentang alasan di balik kesuksesan dan kegagalan, tanpa bayaran, sembari kau harus menafkahi dirimu sendiri?"

Pertanyaan itu membuat Hill terhenyak.  Hill mengira akan mendapat subsidi dari kekayaan Carnegie yang sangat banyak.  Namun Hill cepat pulih dari keterkejutan dan bertanya kepada Carnegie, mengapa ia tidak bersedia menyediakan uang untuk tugas yang sangat penting.

Carnegie  : "Bukannya aku tidak bersedia memberikan uang, tapi aku ingin tahu apakah di dalam dirimu ada kemampuan alamiah untuk bersedia berbuat lebih, memberi pengabdian sebelum berusaha mendulang uang dari pekerjaan itu".

Kemudian Carnegie menjelaskan bahwa dalam seluruh perjalanan kehidupan, dan selamanya begitu, sebagian besar orang yang sukses adalah mereka yang memiliki kebiasaan untuk lebih banyak beramal daripada mendapat bayaran dari pekerjaannya.  Ia juga menyerukan agar orang memberi perhatian pada fakta subsidi berupa uang, apakah yang diberikan ke seseorang atau suatu kelompok tidak jarang lebih banyak mudaratnya dari maslahatnya.

Carnegie  : "Jika kau memanfaatkan kesempatan yang kutawarkan ini semaksimal mungkin, maka tidaklah mustahil kau bisa mengembangkannya menjadi kekayaan yang pada intinya luar biasa besar hingga kekayaan material yang aku miliki tampak tak ada artinya.  Hal ini memungkinkanmu untuk memproyeksikan pengaruhmu demi kebaikan ke seantero peradaban dunia dan dengan begitu sumbangsih kepada mereka yang belum dilahirkan."

Hill yang menerima tawaran itu.  lalu apa imbalan yang diterima Hill dengan menghabiskan dua puluh tahun tanpa bayaran mencari formula tersebut? Hill menjawab keuntungan ini sedemikian elastisnya hingga memberikan kekayaan materi dan non materi kepada Hill sampai akhir hayatnya.

Bertahun-tahun kemudian, Hill baru tahu bahwa Carnegie memegang stop-watch ketika mengajukan pertanyaan itu.  Dan ia hanya memberi waktu enam puluh detik, tidak lebih, untuk mendengar jawabannya.  Jika jawaban itu datang setelah tenggat waktu berlalu, kesempatan tersebut tak akan diberikan.  Dan Carnegie memperoleh jawaban dalam dua puluh sembilan detik.

Alasan mengapa Carnegie menetapkan waktu, diungkapkannya berikut ini.

Carnegie  :  "Berdasarkan pengalamanku," katanya, "orang yang tidak bisa segera mengambil keputusan begitu ia memperoleh seluruh fakta yang dibutuhkan, maka ia tidak bisa diandalkan untuk menjalankan keputusan apa pun yang mungkin ia ambil.  Dan aku lihat, orang yang bisa segera mengambil keputusan biasanya memiliki kemampuan untuk bekerja dengan tujuan yang pasti dalam situasi yang berbeda-beda.

Dan Hill sendiri pernah menyatakan bahwa :

Kekayaan yang hanya dinikmati sendirian, apakah itu dalam bentuk materi atau bukan akan menyusut hilang seperti mawar di tangkai yang rapuh.

Karena sudah menjadi hukum alam bahwa tidak berbuat dan tidak menggunakan hanya akan mengarah pada kehancuran dan kematian.  Hukum ini berlaku terhadap segalanya, mulai dari harta material hingga sel hidup yang menyusun tubuh setiap makhluk.

Jadi, maukah kita bekerja lebih dari yang kita terima dengan penuh hati ikhlas dan bahagia ? Harusnya "YA".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun