Mohon tunggu...
susilo ahmadi
susilo ahmadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - sekedar menyalur hobi menulis

cuma orang biasa aja

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Pengalaman Emak Mendapatkan BPUM (II): Lebih Parah!

5 Agustus 2021   06:56 Diperbarui: 5 Agustus 2021   06:59 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah berpekan-pekan lalu istri selalu menyuruh saya untuk mengecek bantuan BPUM emak tahap II di web bank BRI. Berkaca pengalaman yang kurang menyenangkan pada BPUM I maka saya hanya mengiyakannya saja lalu melupakannya. Akan tetapi rupa-rupanya istri adalah pejuang yang pantang menyerah. 

Dibombardir permintaan istri akhirnya akhir Juli lalu saya pun mengecek apakah emak menerima bantuan BPUM II atau tidak. Ternyata syukurlah emak masih mendapatkan bantuan walaupun jumlahnya hanya separuh dari yang pertama yaitu sekitar Rp 1,2 juta. 

Lumayanlah buat bantuan usaha di tengah keadaan yang makin sulit begini. Berbeda dengan sebelumnya, untuk pencairan BPUM II ini diharuskan mendaftar antrian OL. 

Saya klik dan terlihat sebagian besar jadwal sudah penuh hingga saya mendapatkan 10 hari kemudian pada tanggal 3 Agustus. Saya simpan kode booking ke dalam hape. Di situ saya cuma diharuskan membawa fotocopy KTP dan aslinya. 

Tanggal 3 Agustus saya berangkat pagi-pagi ke bank BRI dengan harapan masih belum antri. Di depan pintu saya berikan kode booking sama pak SATPAM. 

Saya kemudian diberi 2 lembar surat yang harus diisi dan yang mengagetkan adalah ternyata saya masih harus mencari SURAT KETERANGAN USAHA ke kantor desa dan semua dokumen boleh diberikan besok, dan bukan hari itu! Asumsi saya BPUM II ini hanyalah lanjutan dari BPUM I tetapi yang saya tangkap ini seperti sebuah program tersendiri. 

Saya bertanya lagi kepada pak SATPAM dan dijawab bila semua dokumen harus lengkap seperti pada BPUM I! Jadilah lagi-lagi antri di kantor desa buat SURAT KETERANGAN USAHA (SKU). Kalau saya lihat SKU dari kantor desa ini lebih sederhana dari BPKM yang sudah saya miliki. 

Tidak ada pengkategorian jenis usaha misalnya. Akan tetapi seperti kata babe Cabita, ah sudahlah... Yang penting dokumen saya lengkapi. Masa bodo mau seperti apa birokrasi negeri ini yang makin hari makin tak membaik jua. 

Kalau dipikir-pikir mengurus apa sih yang tidak ruwet di negeri wakanda ini? Jam 10.00 SKU baru kelar dan kami, saya dan emak, pulang.

Tanggal 4 Agustus jam 8 kami sudah berangkat tetapi mampir dulu ke toko fotocopy buat fotocopy buku tabungan dan buat foto warna ibu lagi mejeng di tempat budidaya jamurnya. Setengah jam sendiri nungguin simasnya edit sana sini yang seperti kurang terampil. 

Pukul 8.30 baru kelar akhirnya kami berangkat ke BRI buat menyerahkan semua dokumennya dan mulailah proses antri. Saya kira mungkin pukul 10 kami bisa pulang. 

Ternyata begitu jam di hape sudah menunjukkan pukul 10 eh masih belum juga ada panggilan. Suasana kadang ramai berjubel di halaman kantor BRI. Gerombolan orang datang dan pergi. Sepertinya mereka juga penerima BPUM cuma mungkin karena dokumen kurang lengkap atau bagaimana mereka. 

Saya hanya heran katanya pemerintah tidak memperbolehkan kerumunan tetapi pemerintah sendiri sering membuat program2 yang bikin kerumunan. 

Pakai masker sih pakai tetapi kalau berkerumun macam di dalam pasar begini apa tidak sama aja? Wajar kalau pandemi ini entah sampai kapan mau usai. Tidak tepat jika pemerintah selalu menimpakan kesalahan kepada rakyat karena jika jujur kesalahan juga ada pada pundak pemerintah selama ini. 

Saya cuma heran aja mengapa tidak dibikin praktis misalnya ditransfer ke e-wallet seperti PRAKERJA? Atau kalau mau "tidak canggih" kenapa tidak cukup menyerahkan KTP saja lalu diproses dan transfer langsung ke nomor rekening? Toh semua data sudah ada pada BPUM sebelumnya. Atau kalau memang minta update dokumen baru bisa dikirim lewat link di internet. Lebih praktis dan cepat serta meminimalkan antrian.

Jam 12.00 dan akhirnya semua urusan selesai. Total 3,5 jam atau 4 jam jika dihitung berangkat dari rumah (jarak rumah ke kantor BRI 10 menit) atau kalau diakumulasi dari hari sebelumnya sekitar 6 jam. Indonesia.. Indonesia.... sampai kapan bisa kamu bener2 merdeka dari penjajahan birokrat?! Luar binaza! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun