Negara Indonesia yang sudah hampir berusia 78 tahun ini akan tetap eksis dan bisa berjaya terus apabila semua anak bangsa Indonesia senantiasa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara terus berkomitmen mengimplementasikan nilai-nilai luhur Pancasila.
Pancasila sebagai dasar negara seiring sejalan dengan nilai-nilai agama. Artinya Pancasila tidak bertentangan dengan ajaran agama. Penulis meyakini demikian. Karena memang saat itu para tokoh panitia sembilan yang telah merumuskan, menyusun dan memikirkan Pancasila sebagai dasar negara adalah orang-orang yang beriman. Tidak ada satupun anggota dari partai komunis yang saat itu ikut terlibat dalam perumusan Pancasila.
Oleh karena itu tanpa ada rasa ragu mengajak, mengamalkan, dan membiasakan kepada semua anak-anak. Baik anak kandung maupun peserta didik yang senantiasa berinteraksi secara rutin. Baik di lingkungan sekolah maupun di rumah, dan masyarakat penulis akan mengajak semua anak, peserta didik untuk mengamalkan, membiasakan, mengikuti nilai-nilai luhur yang terdapat dalam butir-butir Pancasila.
Bagaimana cara mengajarkan nilai-nilai Pancasila pada anak?
Pertama diberikan pemahaman tentang apa itu Pancasila dan apa poin plus nilai-nilainya, fungsinya sebagai dasar negara untuk mengatur dan memelihara bangsa Indonesia. Termasuk juga memberi pemahaman bahwa Pancasila seiring sejalan dengan nilai-nilai agama. Apa saja yang tidak dilarang oleh agama maka ia bisa dikatakan termasuk dalam nilai-nilai Pancasila.
Sejak usia berapa anak perlu dilatih untuk berkarakter Pancasila?
Ketika seorang anak sudah mulai bisa berpikir dia mampu membedakan mana yang benar atau salah ia sudah saatnya untuk diajarkan nilai-nilai Pancasila. Kalau dalam konsep Islam dikenal dengan istilah mumayyiz. Maknanya anak yang sudah bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
Adakah kesulitan yang biasa dihadapi orangtua saat ingin menanamkan nilai-nilai Pancasila pada anak?
Setiap upaya untuk mengajarkan dan menanam kebaikan maka akan selalu ada tantangan yang dihadapi. Demikian juga ketika mengajar dan menanamkan nilai-nilai Pancasila pasti ada kesulitannya seperti anak-anak tidak langsung tertarik dengannya. Untuk bisa mencapai pemahaman yang baik tidak bisa diraih dengan cara instan. Untuk itu guru dan orang tua harus sabar, bertahap, dengan berbagai cara yang bervariasi dan mengikuti perkembangan teknologi pendidikan. Ini supaya bisa sukses menanamkan nilai-nilai luhur Pancasila kepada anak-anak murid sebagai generasi penerus bangsa ini.
Bagaimana cara anak menghadapi temannya yang berasal dari suku dan agama lain?
Anak-anak yang tidak mungkin hanya dari satu macam suku, maupun agama ini diberikan pemahaman yang benar tentang perbedaan adalah rahmat, anugerah dari sang Pencipta. Setelah paham tentang perbedaan yang ada maka mereka akan mengerti bagaimana cara untuk menghormati orang yang berbeda dengan dirinya dari sisi tersebut. Jika dalam konsep Islam diajarkan semua orang sama saja dari mana suku atau asalnya yang membedakan adalah ketaatan kepada sang Pencipta. Diciptakan adanya perbedaan latar belakang antara satu dengan lainnya untuk saling mengenal, kerjasama, bersinergi untuk kemajuan bangsa dan negara.
Bagaimana sikapnya menangani konflik di sekolah?
Apa saja yang terjadi dalam hidup ini adalah ujian yang harus disikapi dengan sabar, saling menghargai, menghormati, toleransi, lapang dada, dan bijaksana. Lebih banyak atau sering ditemukan antara harapan dan realita selalu berjauhan. Dari sini muncul potensi konflik antara satu orang dengan yang lain. Atau antara satu kelompok dengan kelompok yang lain bisa jadi saling bersaing dengan ketat untuk mendapatkan sesuatu. Jika tidak mengikuti nilai-nilai luhur Pancasila maka akan berdampak buruk. Misalnya perselisihan, renggangnya persatuan dan persaudaraan. Saatnya nilai-nilai luhur Pancasila yang telah diajarkan diterapkan pada saat berinteraksi antara satu sama lainnya. Pahamkan kepada anak-anak murid bahwa menerapkan nilai-nilai luhur Pancasila seiring dengan menerapkan budi pekerti. Selaras dengan akhlak yang mulia sehingga dapat menambah keberkahan, kebaikan dalam hidup.
Seberapa jauh kepekaan sosial yang dimiliki?
Dapat dilihat dari sejauh mana usaha untuk mengajarkan dan menanamkan kepekaan sosial terhadap seluruh anak-anak. Kepekaan sosial jika telah diajarkan secara bertahap dan kontinyu sejak dini maka bisa jadi akan semakin baik. Anak-anak yang sudah melewati proses pendidikan, pengajaran, pelatihan yang terstruktur dengan sistematis tentunya akan lebih baik daripada yang belum melewati proses tersebut. Sebab kepekaan sosial tersebut tidak bisa muncul secara tiba-tiba.
Bagaimana caranya memposisikan diri terhadap budaya asing?
Hidup di era serba digital dan tergantung dengan internet yang mana informasi berlimpah ruah kita tidak akan bisa menutup mata menghindari serbuan budaya asing yang boleh jadi tidak sesuai dengan budaya bangsa Indonesia. Untuk menghadapi hal tersebut perlu dilakukan oleh orang tua dan guru pemahaman yang benar kepada anak-anak tentang bagaimana keunggulan budaya bangsa kita. Kepada anak-anak ditunjukkan dalam berbagai kesempatan baik di kelas, di aula, di ruang terbuka, saat diskusi, membuat poster, membuat poster edukasi, film edukasi, dan menyaksikan film edukasi, dan lain-lain yang relevan. Selain dari menunjukkan, menjelaskan keunggulan budaya bangsa juga boleh dijelaskan budaya asing yang tidak sesuai dengan agama dan nilai nilai-nilai luhur Pancasila yang tidak boleh ditiru oleh anak-anak tersebut. Sementara budaya asing yang baik dan tidak bertentangan dengan agama dan Pancasila boleh untuk dicontoh. Misalnya sifat disiplin, tekun dalam belajar dan giat dalam bekerja keras.
Dengan mengajarkan Pancasila kepada semua  anak-anak dan mengajak untuk mengamalkan nilai-nilai luhurnya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sama halnya dengan turut serta dalam menjaga keutuhan dan eksistensi bangsa dan negara Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H