Saya membayangkan, pak Gayus sedang memacu motornya, menuju RS Veteran. Dia sedikit kecewa karena absen mengikuti Peringatan Perayaan Perjamuan Terakhir di Gereja Mateus Bintaro. Last Supper, peristiwa puncak iman Kristiani yang diabadikan pelukis terkenal dunia, Leonardo da Vinci, dalam lukisan yang melegenda. Tetapi yang pasti hatinya lega, gembira, puas. Dia memutar gas sepeda motornya dengan antusias. Senyum menyungging di sudut bibirnya. Matanya bersinar penuh kedamaian. Akhirnya, Sartika sembuh. KebangkitanNya ada di sana.
Lonceng gereja Mateus yang harusnya berdentang-dentang di upacara Kamis Putih, sudah lama dipaksa bungkam, entah oleh siapa. Pak Gayus tak ada di sana. Tetapi genta di hatinya terus berseru, menyanyikan lagu kebangkitan bagi Penyelamat Dunia. Ia mengiringi Chairil Anwar (1922-1949), sastrawan Muslim, pujangga dan pelopor Angkatan '45, membaca puisi gubahannya, berjudul : "Isa".
(kepada nasrani sejati)
Itu Tubuh
mengucur darah
mengucur darah
rubuh
patah
mendampar tanya: aku salah?
kulihat Tubuh mengucur darah