Minggu pagi (26/01/2025) bersama istri saya melakukan perjalanan ke Bingin Teluk, sebutan akrab untuk desa Beringin Makmur 2 Kecamatan Rawas Ilir. Seminggu sebelumnya kami mendapat Kartu Undangan dari sahabat lama yang diantarnya sendiri ke rumah.
Dalam perjalanan kami menemui sebuah pemandangan yang mengejutkan sekaligus menciutkan hati. Jalan di depan kami terkikis air sungai Rawas hingga tersisa separuh, tergerus oleh aliran sungai yang terlihat tenang.
Arus sungai yang pernah menjadi sumber air utama ketika saya tinggal di desa tepi sungai yang bermuara di Sungai Musi itu memang terlihat tenang. Namun, jangan terkecoh.
Arus di bagian bawah ternyata sangat deras. Air tenang menghanyutkan adalah nyata. Buktinya, arusnya mampu mengikis badan jalan dengan signifikan.
Sampai di pangkal jalan, k=mobil saya hentikan. Setelah menunggu kendaraan dari arah depan habis, kendaraan yang hanya berisi satu penumpang saya bawa melintas dengan hati-hati.
Melihat kondisi itu, kami membayangkan betapa para pengendara, baik yang sudah sering melewati jalan ini maupun yang baru pertama kali, wajib meningkatkan kewaspadaan.
Tiga tahun lalu, sebenarnya kami melewati jalan yang sama. Ketika itu kami mendapat undangan dari murid SD tempat saya bertugas pertama kali sebagai pegawai negeri sipil.
Ananda Suskito, M.Pd, berhasil mendatangkan Gubernur Sumatera Selatan, H. Herman Deru meresmikan program Santri menjadi Sarjana di lembaga pendidikan yang ia dirikan dan kembangkan di desa kelahirannya.
Jadi, tidak heran apabila kami terkejut melihat begitu hebat abrasi yang telah terjadi selama tiga tahun. Berkendara di wilayah dengan kondisi jalan yang rusak dan tergerus abrasi seperti itu memerlukan konsentrasi yang tinggi.Â
Masyarakat sepanjang aliran sungai menyebutnya, terbis.Â
Kami sebagai pengendara harus menyadari bahwa jalan yang longsor akibat abrasi tepi sungai itu tidak terlihat jelas dari kejauhan. Jadi, bijaksana sekali untuk tidak melajukan kendaraan dengan kecepatan tinggi.Â
Selain itu, jalan yang terlihat masih kokoh bisa saja mengalami kerusakan di bagian bawah, sehingga mudah runtuh apabila mendapat tekanan yang cukup besar. Sambil mengikuti prosesi walimah pernikahan sahabat saya itu kami berdoa semoga tidak terjadi apa-apa dengan jalan yang saya ceritakan itu.
Mengapa Terjadi Abrasi?
Pengalaman tinggal di tepi sungai besar dengan alat transportasi seperti speedboat dan perahu getek, pemandangan pengikisan tebing sungai sudah biasa kami lihat.
Fenomena alam yang terjadi ketika arus air mengikis tepi sungai yang secara perlahan namun pasti menjadi pemandangan yang biasa kami temui sepanjang perjalanan menyusuri sungai Rawas. Ya, hingga tahun 2006 saat saya dimutasikan, kendaraan utama adalah kendaraan air.
Apa yang menyebabkan tebing sungai terbis akibat abrasi? Dari pengamatan kami, abrasi disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya:
1. Aliran air Sungai Rawas yang Deras
Ketika hujan lebat terjadi di hulu sungai, volume dan kecepatan air meningkat. Arus yang deras ini tentu saja memiliki daya rusak yang tinggi karena mampu mengikis tanah di tepi sungai dan menggerus struktur yang berada di atasnya, termasuk jalan raya.
2. Kondisi Geologi
Tanah tepi sungai yang tidak terlindung oleh pepohonan rentan rapuh atau tidak memiliki struktur yang kuat. Tanah ini mudah tergerus oleh aliran air. Terlebih apabila tanah-tanah tersebut berada pada pengkolan atau tikungan sungai.
3. Kegiatan Manusia
Rasanya, aktivitas penebangan hutan di daerah hulu atau penggalian tanah di sekitar tepi sungai akan mempercepat terjadinya abrasi. Tanaman yang biasanya menahan tanah di tepi sungai menjadi berkurang, membuat tanah lebih mudah terkikis.
Jalan di Kecamatan Rawas Ilir terutama di sekitar desa Mandiangin dibangun tidak jauh dari tebing sungai. Pada saat itu, boleh jadi jarak dari tebing masih cukup jauh beberapa puluh meter. Akan tetapi, posisi tanah yang berada di pengkolan aliran air membuatnya mudah tergerus dan lambat laun akan 'termakan'. Bu
Dampak dari abrasi ini bisa sangat merugikan. Selain merusak infrastruktur jalan, abrasi yang tidak tertangani dengan baik dapat mengakibatkan terputusnya akses transportasi, menghambat kegiatan ekonomi, dan mengisolasi masyarakat di daerah terdampak.
Perlu Upaya Mengatasi dan Mencegah Abrasi Sungai
Mobilitas kendaraan darat, saat ini semakin padat pada jalur yang saya lewati. Perusahaan perkebunan kelapa sawit, penambangan batu bara, dan meningkatnya geliat ekonomi masyarakat menyebabkan arus lalu lintas darat semakin padat. Apalagi moda transportasi air pun berangsur ditinggalkan, kecuali perahu kecil untuk mobilitas di dusun/desa.
Oleh karena itu, pemeliharaan jalan di tepi aliran sungai perlu dilakukan. Tidak mudah dan tidak murah, akan tetapi beberapa langkah berikut perlu dilakukan untuk mengurangi dampak buruk dan kerugian yang lebih besar.
Pertama, pembangunan tanggul atau dinding penahan. Struktur ini berfungsi untuk menahan arus sungai agar tidak langsung mengikis tanah di tepi sungai.
Kedua, penanaman vegetasi. Penanaman pohon dan tanaman lainnya di sepanjang tepi sungai bisa menjadi solusi jangka panjang yang efektif. Akar tanaman membantu menahan tanah agar tidak mudah tergerus oleh aliran air.Â
Ketiga, pemantauan dan perawatan rutin. Pemerintah daerah dan masyarakat setempat perlu melakukan pemantauan rutin terhadap kondisi tepi sungai, terutama pada musim hujan. Deteksi dini terhadap tanda-tanda abrasi memungkinkan tindakan pencegahan yang lebih cepat dan efektif.
Kelima, edukasi dan sosialisasi. Masyarakat terus-menerus diberi pemahaman tentang bahaya abrasi dan langkah-langkah yang bisa diambil. Selain melalui lembaga-lembaga pendidikan yang ada, edukasi dan sosialisasi dapat dilakukan dengan memanfaatkan saluran media sosial yang makin mudah diakses oleh masyarakat.
Pengalaman melewati jalan yang tergerus abrasi di Rawas Ilir ini menjadi pengingat akan pentingnya kewaspadaan dan kesiapan menghadapi kondisi yang tidak terduga.
Musi Rawas, 27 Januari 2025
PakDSus
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI