Hati Pita semakin resah. Berkas di gawai terhapus, foto artikelnya pun telah musnah tanpa sengaja ketika ia membersihkan galeri dan memindahkan yang masih dirasa penting ke SSD laptopnya.
"Ya, Allaah, kenapa aku begini? Mana waktu tinggal seperempat jam lagi. Semoga Mas Toro tahu di mana koran Jawa Posku, Pita membatin. Mendung di sudut matanya hampir menetes jika tidak segera dihapusnya.Â
"Aku harus kuat. Hari ini giliranku presentasi. Semoga wajah panikku tidak tampak di layar komputer."
Setelah dua jam Pita mengikuti pertemuan Zoom, kuliah pun berakhir. Sebelum berpisah, bu Dosen meminta rekannya mengumpulkan artikel opini.Â
Bu Candra, tunggu saya, ya, artikel opini saya masih belum ketemu. Â Â
Ia menulis pesan WA di grup.
Lo, Bu Pita kan mengumpulkan pertama kali?
Orang yang dipangil dengan nama Bu Candra memberi komentar.
Teman-teman seangkatan pun mengiyakan. Membaca pesan WA temannya, hati Pita makin gundah. Ia segera mengontak sang suami.
"O, koran Jawa Pos yang ada artikel dan foto Adik itu? Mas simpan di meja kamar, di bawah map berwarna merah. Koran itu kemarin Mas temukan di ruang tengah, mungkin Adik lupa menyimpannya kembali ke dalam tas."
"Masya Allah," gumam Pita. Ingatannya melayang pada hari Selasa lalu. Saat itu ia membongkar isi tas. Berkali-kali lafaz hamdalah keluar dari bibirnya tanda ia sangat bersyukur. Bergegas Pita melangkah ke kamar lalu mengangkat map merah yang dimaksud sang suami. Ia menemukan koran yang ia cari-cari. Koran itu sangat berharga baginya karena bakal dibawa ke kampus sebagai bukti ia mengumpulkan tugas.