Mohon tunggu...
Susanto
Susanto Mohon Tunggu... Guru - Seorang pendidik, ayah empat orang anak.

Tergerak, bergerak, menggerakkan. Belajar terus dan terus belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Lutung ke Panggung

10 Agustus 2024   22:36 Diperbarui: 10 Agustus 2024   22:45 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Antok dan Imung bersekolah di SMP Kartini. Mereka bersahabat karib sejak kelas tujuh. Antok duduk di kelas 8C sedangkan Imung duduk di kelas 8B. Meskipun mereka tidak satu kelas, namun keakraban mereka tampak ketika istirahat dan kegiatan ekstrakurikuler.

Kedua anak itu mengikuti ekstrakurikuler Tari. Sejak kelas tujuh mereka mengikuti ekstrakurikuler menari yang dibimbing oleh sepasang suami istri lulusan Institut Seni Indonesia. Bapak dan Ibu Suratno adalah pengajar tari yang ramah sekaligus pandai mengajari berbagai tari tradisional.

"Mas Imung sudah hafal Tari Lutungnya?" tanya Ibu Darsi, guru kesenian SMP Kartini.

"Insya Allah, sudah, Bu. Tapi nggak tahu si Antok hapal apa belum," jawa Imung.

"Coba kamu hubungi, malam resepsi tujuh belasan nanti, kalian ikut mengisi acara," jelas Ibu Darsi.

Setiap tahun, SMP Kartini selalu menggelar pentas seni dalam rangka resepsi peringatan hari kemerdekaan. Ada drama, pembacaan puisi, tarian, dan penampilan grup band The Boys. Grup band The Boys adalah grup kebanggan SMP Kartini. Tangan dingin Pak Teguh membuat grup band sekolah itu selalu memukau jika tampil di panggung-panggung perlombaan.

Meskipun panggung terbuka perayaan tujuh belasan berada di SMP Kartini, panggung pentas seni itu juga diisi oleh pemuda-pemudi Karang Taruna. Acara yang biasanya dimulai pukul delapan malam bisa berakhir pada dini hari karena banyaknya para peserta yang mendaftar atraksi.

"Tok, kita diminta Bu Dar pentas di resepsi tujuh belasan. Kamu siap, nggak?" tanya Imung kepada sahabatnya.

"Beres, Boss! Aku sudah hafal semua, hanya beberapa gerakan yang perlu disesuaikan dengan musik. Juga pas kita berpindah posisi aku suka lupa hitungan ke berapa," terang Antok.

"Huh, dasar tukang ngeles! Itu namanya belum hafal, Dul!" jawab Imung sambil mendorong kepala sahabatnya dengan ujung jari kanan.

Antok pun hanya bisa menggaruk-garuk rambut kepalanya yang tidak gatal. Sebenarnya ia masih sangat hafal dengan tarian yang mereka bawakan pada pentas seni acara perpisahan kelas sembilan sebelumnya. 

"Maaf, Boss. Kapan kita latihan? Senang rasanya bisa tampil lagi. Perpisahan kemarin menyenangkan bukan mendapat banyak tepuk tangan?"

"Dan juga saweran, ha ha ha ...!" jawab Imung menambahkan sambil tertawa.

 *** 

Bu Darsi,  Guru Kesenian SMP Kartini  sangat kagum dengan bakat kedua anak didiknya yang berlainan kelas itu. Pada acara perpisahan siswa kelas sembilan yang baru lalu, mereka pun tampil membawakan Tari Lutung. Gerakan mereka yang kompak dan tingkah laku lucu seperti lutung atau monyet dalam bahasa Jawa itu memukau dan membuat penonton terhibur. 

Malam yang dinantikan pun tiba. Dengan penuh semangat, Antok dan Imung segera berhias diri dan mengenakan kostum Tari Lutung mereka yang sudah disiapkan Pak Ratno dan Bu Ratno sejak sore. Kostum Lutung berwarna biru dipakai Imung, sedangkan antok memakai kostum berwarna merah. Kedua "monyet" itu pun bersiap-siap di belakang panggung, menunggu giliran untuk tampil. 

Sesekali, mereka ikut menikmati tampilan dari teman-teman atau para pemuda kelurahan yang unjuk kebolehan. Namun, waktu terus berlalu, pembawa acara tidak kunjung memanggil nama mereka.

Jam sudah menunjukkan waktu hampir tengah malam, namun mereka masih menunggu dengan penuh harap. Mereka merasa gelisah. Sesekali kaki yang diberi gelang kelinting mereka hentakkan tanda gelisah. 

Setelah lama menanti, suara pembawa acara keras terdengar.

"Hadirin yang berbahagia, selanjutnya, mari kita saksikan acara penutup yang kita nanti-nantikan sejak petang tadi, penampilan Band The Boys dari SMP Kartini!"

Riuh terdengar tepuk tangan penonton.

"Bu, The Boys penampilan terakhir? Jadi, kami kapan naik ke pentas?" tanya Imung kepada sang guru. Antok hanya mematung berdiri di samping Imung.

Bu Darsi pun bergegas menuju ke seksi acara. Kedua anak itu menunggu kedatangan gurunya dengan cemas.

Ternyata, setelah mencari tahu, Bu Guru Kesenian baru sadar bahwa saat mendaftarkan mereka untuk tampil, ia hanya menyampaikan secara lisan kepada panitia. Sayangnya, panitia lupa mencatat nama mereka dalam daftar penampil, sehingga mereka tidak masuk dalam jadwal acara. 

"Mas Imung, Mas Antok, Ibu ... Ibu minta maaf, ada kesalahan teknis. Kita tidak mungkin tampil pada panggung pentas seni malam ini," jelas Bu Darsi.

Kedua anak praremaja itu pun saling pandang.

Musi Rawas, 10 Agustus 2024
Salam dan bahagia,

PakDSus

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun