Mohon tunggu...
Susanto
Susanto Mohon Tunggu... Guru - Seorang pendidik, ayah empat orang anak.

Tergerak, bergerak, menggerakkan. Belajar terus dan terus belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Tiga Kali tapi Bukan Minum Obat, Begini Ceritanya

8 Juni 2024   21:54 Diperbarui: 8 Juni 2024   21:55 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by KamranAydinov on Freepik.com

"Lo, lambat sekali. Satu lembar bisa memakan waktu hingga hampir tiga menit?" Aku terheran-heran. Nyatanya kertas foto keluar lambat sekali. Akan tetapi fotonya bagus meskipun tidak diedit dengan aplikasi milik profesional.

Aku tidak berani mengutik-utik settingan. Takut keliru. Belum lagi aku nurut kata Mas Adi, si ahli IT kami.

"Setelah ngeprin sepuluh lembar istirahat dulu."

Katanya agar kepala katrid tidak panas, dengan demikian alat cetak elektronik itu menjadi awet. Sebagai user aku sih nurut saja. Lagi pula printer seri itu memang harganya cukup lumayan, sekitar lima jutaan.

Sambil menunggu delapan lembar berikutnya, aku berselancar di internet melalui hape, sebab laptop sedang dipakai untuk mencetak foto. Kadang aku lupa, hingga satu lembar berlalu aku belum kembali juga ke ruang komputer yang hawanya seperti di dalam oven pemanggang kue.

Satu jam lebih aku menyelesaikan pencetakan foto kenangan yang akan aku bagikan hari Senin yang akan datang. Lebih dari sejam karena aku sambi dengan melakukan aktivitas lainnya.

"Cukup. Waktunya pulang," bisik batinku.

Aku pun berkemas-kemas. Sisa kopi yang sudah dingin tetap kuseruput. Setelah memastikan perabotan yang harus kubawa pulang tidak tersisa, aku segera menuju ke pintu keluar.

"Ini kunci yang panjang untuk mengunci pintu kayu, yang lebih kecil dan seperti bocah kembar ini untuk mengunci pintu besi," gumamku.

Pintu kayu segera kututup. Uff, seret. Apalagi cantolan gemboknya tidak pas pada kupingnya. Membutuhkan sedikit upaya untuk memasangnya. Sesudah itu, gembok dengan besi panjang segera kupasang.

"Beres," batinku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun