Bukan hanya anak-anak seangkatanku yang kecewa dan menghujatku. Ada juga guru yang membuat status di WA dengan nada menyindir dan kecewa.
"Mungkin beliau kecewa, 'plesir' gratis mereka gagal," batinku.
Boby dan Mamat mendekatiku.
"Lun, sebenarnya aku juga kecewa. Meskipun begitu, kamu hebat. Tidak memikirkan diri sendiri. Tapi, apa iya, kamu tidak ingin Study Tour ke Jogja, hee?"
Mendengar pertanyaan Mamat, aku hanya bisa menjelaskan bahwa aku sangat dan sangat ingin ke sana. Tanpa kegiatan kolektif seperti itu, kecil kemungkinan aku bisa berwisata ke destinasi wisata seperti Yogyakarta.
"Demi Allah, Mat. Aku pengen banget. Tapi, aku membayangkan kedua orang tuaku. Tabungan yang mereka kumpulkan dengan susah payah, aku habiskan dalam waktu seminggu. Aku tidak bisa bersenang-senang sendiri, sementara anggota keluargaku malah susah. Biarkan hujatan dari mereka dan juga dari guru yang tidak setuju itu aku terima dengan lapang dada. Jika dibiarkan, lama-kelamaan akan diam dengan sendirinya. Belum tentu juga 'kan agenda pengganti kalah menarik dengan agenda utama?" jawabku sambil merangkul kedua temanku.
Musi Rawas, 17 Mei 2024Â
Â
Terima kasih @gus_muslih, thread Anda menginspirasi cerita ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H