Mohon tunggu...
Susanto
Susanto Mohon Tunggu... Guru - Seorang pendidik, ayah empat orang anak.

Tergerak, bergerak, menggerakkan. Belajar terus dan terus belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Video Ade yang Hilang

27 Februari 2024   00:56 Diperbarui: 27 Februari 2024   00:57 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar tangkapan layar video tugas reportase (https://www.facebook.com/elpy.aridae/videos/3508942696085093)

Bel istirahat kedua berbunyi. Anak-anak kelas 7.6 berhamburan keluar kelas. Ada yang menuju ke Kantin Sehat sekolahnya, ada yang menuju gazebo di taman sekolah, ada juga yang duduk-duduk di kursi bundar buatan Pak Untung di depan kelasnya.

Anak-anak yang menuju gazebo adalah kelompok Ade. Mereka merencanakan tugas dari bu Ari, guru bahasa Indonesia sekaligus wali kelasnya.

"De, kamu yang jadi penyiar, ya," pinta Alvian.

"Kok, aku, Al. Fariz kan lebih good looking, tuh," jawab Ade sambil melirik Fariz, cowok ganteng yang jadi idola kelas 7.6.

"Nggak! Suaraku cempreng. Udah, kamu aja De. Suara kamu mantap. Ntar aku bagian merekam dan Alvian yang mengedit. Alvian, tuh, jago ngedit," puji Fariz.

Keempat anak itu pun merancang skenario membuat teks berita yang akan langsung dipraktikkan seolah-olah dilaporkan oleh reporter.

"Besok jam tujuh kita sudah siap di Pasar Srikaton lo, ya!" ingat Alvian.

"Nanti sore kumpul di rumahku buat ngerancang kegiatan lebih lanjut. Okey? Udah keburu bel, tuh. Cepetan kita masuk. Serem, Pak Tongkat bakal masuk sampai jam pulang," ajak Ade. 

Mereka bergegas menuju ke kelas. Pak Tongkat adalah julukan yang diberikan anak-anak kelas mereka kepada seorang guru yang ketika mengajar selalu membawa tongkat kecil sepanjang 1 meter. Kadang, tongkat itu dipukulkan ke meja apabila anak-anak kehilangan fokus.

***

Pada hari Minggu, kelompok Ade sudah bersiap-siap menuju ke pasar. Selain Ade dan kawan-kawan, terlihat pula Salsa dan kelompoknya yang memiliki rencana yang sama, meliput harga-harga di pasar untuk dibuat teks berita dan disiarkan layaknya penyiar berita.

"Salsa, lihat tuh, si Ade sudah sampai," bisik Keysha kepada Salsa.

"Huh, anak itu lagi. Kenapa jalannya deketan sama si Fariz, sih?" jawab Salsa.

"Tenang, Salsa, kan mereka satu kelompok," jawab Keysha mengingatkan.

"Iya, tapi nggak gitu juga, dong, Sha ...," ujar Salsa. Lalu, gadis berwajah cantik itu membisikkan sesuatu.

"Gila kau, Sa. Fariz kan kelompok mereka. Kalau mereka kenapa-napa, Fariz juga yang rugi, Sa," bisik Keysha dengan mimik kaget mengingatkan Salsa.

Kedua kelompok itu mencari objek berita masing-masing. Kelompok Ade mengambil gambar dengan mewawancarai penjual cabai. Ibu-ibu penjual cabai itu dengan ramah menjawab pertanyaan Ade dan kawan-kawan. 

Setelah selesai, mereka berkumpul kembali ke rumah Ade. Alvian melihat video yang tadi ia rekam di hape Ade.

"Ih, Fariz keren. Bukan cuman wajahnya yang cakep, video yang ia rekam juga cakep banget!" puji Alvian kepada Fariz.

"Sak ae kamu, Al!" tukas Fariz tersipu.

"De, mana drive-nya?" tanya Alvian kepada Ade.

Ade pun menunjukkan aplikasi Google Drive di hapenya. Alvian dengan cekatan menyimpan video mereka di penyimpanan awan milik Google itu.

"Agak lama transfer failnya," jelas Alvian.

"De, apa nggak ada semacam ... teh, gitu?" tanyanya sambil tertawa.

Keempat anak itu pun tertawa mendengar pertanyaan Alvian. Keasyikan menonton video, Ade sampai lupa menyuguhkan minuman. 

***

Hari Senin anak-anak diperbolehkan bu Ari membawa hape berisi video hasil rekaman yang akan dibuat naskah berita.

Setiap kelompok diperbolehkan saling melihat hasil rekaman. Kesempatan itu dimanfaatkan Salsa untuk meminjam hape Ade. Dengan ramah ia meminjam hape Ade untuk melihat video hasil rekaman di pasar. Ada senyum aneh di bibir Salsa. Mata Salsa menatap Keysha yang membalasnya dengan wajah cemas.

"Bagus, De, video kamu. Nih, aku kembalikan," kata Salsa.

"Makasih, Sa," jawab Ade tanpa curiga.

Kelas 7.6 masih riuh dengan kegiatan saling menonton video rekaman untuk membuat teks berita seperti diajarkan bu Ari.

"Salsa!" teriak Ade.

Semua mata menuju kepada Ade, termasuk bu guru.

"Kenapa kamu hapus video kami?" tanya Ade penuh emosi. Badannya bergetar. Ade panik karena videonya masih mentah, belum diedit Alvian. Ada genangan air di sudut mata indahnya.

"Aduh, Ibu! Video kami hilang!" Pecahlah tangis Ade. Suasana kelas 7.6 pun meriuh. 

Salsa memandang langit-langit kelas, ada rasa puas di wajah gadis itu. Sementara di sebelahnya, Keysha yang sudah mengetahui rencana Salsa hatinya berdebar penuh rasa khawatir.

"Tenang-tenang ... silakan kembali ke tempat duduk masing-masing!" perintah sang guru.

"Salsa, benarkah kamu menghapus video kelompok Ade?" tanya bu guru.

"Nggak sengaja, Bu," jawab Salsa ringan.

"Salsa, bagaimana mengembalikan video Ade? Jika harus mengulang kembali ke pasar 'kan repot," kata bu guru.

"Nggak tahu!" jawab Salsa tak acuh.

"Salsa, yang sopan!" kata bu Ari dengan nada agak tinggi.

Pada jam istirahat, Salsa dan Keysa pun dipanggil bu Ari untuk menceritakan duduk perkaranya.

Sementara di kelas, Ade yang mulai reda emosinya semakin tenang ketika Alvian berbisik bahwa video mereka aman. Alvian mengingatkan bahwa ia sudah menyimpan video itu di drive Google Ade.

"Sudah, De. Nggak usah dipikir si Salsa. Mungkin ia cemburu karena kelompok kita ada Fariz," kata Zahira.

"Ra, aku kan nggak ada hubungan apa-apa sama Fariz?" jawab Ade lirih.

"Iya, makanya kita lanjutkan tugas kita, biar hari Sabtu nanti kita bisa mengumpulkan video teks berita seperti diinginkan bu Ari, ya!" kata Zahira menenangkan.

Pada hari Sabtu yang dijanjikan, bu Ari membawa proyektor dan laptop. Anak-anak akan menyaksikan video reportase dari teks berita yang mereka buat berdasarkan informasi yang diperoleh dan divideokan.

Anak-anak menyaksikan video masing-masing kelompok. Kelompok Ade mendapat undian terakhir untuk menayangkan videonya. Faris memandang Alvian, sang editor. Ia menaikkan kedua alisnya beberapa kali kepada sahabatnya. Itu tanda optimis videonya bakal lain dari video terdahulu teman-temannya. Mereka sudah menontonnya berkali-kali sebelum tautan drive videonya ia serahkan kepada bu guru.

Anak-anak diam menyaksikan video Ade dan kawan-kawan. 

Video prolog yang tampil mengambil potongan video berita bertuliskan NEWS. Warna merah mendominasi dengan ilustrasi musik yang mirip seperti di televisi.

Setelah itu sang penyiar, Ade Laras Pratiwi, dengan suara yang mantap mewartakan penuh percaya diri. 

Penampilan Ade pun dijeda dengan tampilan tulisan BREAKING NEWS. 

Ketika Ade kembali melanjutkan reportasenya, tulisan judul berita HARGA CABAI MEROKET muncul pada bagian bawah layar menambah artistik tampilan video. 

Dalam siaran berita itu, Fariz yang menolak wajahnya muncul di video memilih sebagai narator. Kerja tim Ade bagus sekali.  

Di sudut kelas bagian belakang, keempat anak yang melihat videonya sedang ditayangkan saling pandang penuh kepuasan.

"Itulah tadi berita hari ini. Saya, Ade Laras Pratiwi, pamit undur diri. Salam sejahtera, terima kasih," ucap Ade pada penghujung video. 

Senyum manis menutup siaran berita sang penyiar disusul ilustrasi penutup layaknya siaran berita televisi. Pada penguhujung, Layar video menampilkan nama-nama tim kreatif.

Tidak disangka, anak-anak kelas 7.6 bertepuk tangan sambil berdiri. Lama sekali mereka bertepuk tangan tanda memberikan penghargaan kepada Ade dan kawan-kawan.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun