"Kondangan lagi?" tanya Guru Eko.
"Lo, iya! Undangan kertas kemarin hari H-nya hari ini. Punjungan dari Pak Yono, hari H-nya juga hari ini," jawab perempuan yang juga sudah berumur seperti dirinya.
Sambil menikmati sarapan pagi, Guru Eko tidak berkomentar. Bulan Besar atau Bulan Haji memang banyak hajatan.
Seminggu ini sudah ada 8 tempat hajatan. Sebagian undangan biasa, sebagian lagi rewang.Â
Rewang, istilah yang belum ditemukan di Kamus Bahasa Baku Indonesia itu berasal dari bahasa Jawa, juga Melayu yang artinya membantu di tempat hajatan.
Undangan biasa cukup datang, makan, dan memasukkan amplop berisi uang bantuan hajatan sekadarnya ke dalam kotak sumbangan hajatan.
Sementara jika undangan rewang, selain uang atau barang, kita harus datang selama hajatan digelar dan membantu sesuai dengan bagian yang biasa dilakukan.
"Mas, aku berangkat dulu. Assalamua'alaikum!" pamit istrinya.
"Iya, hati-hati," jawab sang suami.Â
Lelaki yang berprofesi sebagai guru itu beranjak dari kursi makan menuju kamar mandi untuk menggosok gigi. Keluar dari kamar mandi matanya melirik jam.
"Waduh, sudah siang! Sambal anak ikan pagi ini sedap sekali, jadi keasyikan. Huh!" rutuknya.
Koas kaki segera dipakai. Baju batik yang sudah digantung dari pagi tadi segera dipakai dan dikancingkan. Lau ia berjalan ke depan menyambar tas kerjanya dan menyangkutkannya di punggung. Tidak lupa kunci yang digantungnya ia ambil.Â