Mohon tunggu...
Susanto
Susanto Mohon Tunggu... Guru - Seorang pendidik, ayah empat orang anak.

Tergerak, bergerak, menggerakkan. Belajar terus dan terus belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Rosalina Vega, Keponakanku Si Penulis Novel

15 Mei 2023   23:18 Diperbarui: 16 Mei 2023   00:05 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersama keponakan (RV) dan Cucu (Dok. Pribadi)

Empat tahun lalu, saya ke rumah Rani. Dia adalah keponakan, anak kakak saya. Saya tahu setelah suaminya mencari dan menemukan saya. Sebelumnya, saya tidak tahu keberadaan keponakan yang pernah saya asuh ketika kecil dan pernah menjadi guru honornya ketika ia duduk di kelas 1 sekolah dasar. Berpisah sejak dia kelas empat SD, ternyata ia tinggal tidak terlalu jauh dan sama-sama tinggal di provinsi Sumatera Selatan.

Momen lebaran tahun 2023 ini, saya bertekad untuk datang kembali ke rumahnya di sebuah kota pegunungan di Sumatera Selatan, Pagaralam. Kali ini tidak sendirian. Kami sekeluarga berangkat ke sana, minus si Sulung yang tidak bisa pulang pada lebaran tahun ini. 

Istri dan anak-anak saya belum mengenal Rani dan keluarga kecilnya. Keponakan belum mengenal bibinya, cucu pun belum mengenal nenek atau simbahnya. Demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu, momen lebaran tahun ini menjadi saat yang tepat untuk merapatkan hubungan kekerabatan di antara kami. 

Drama Keberangkatan

Rabu pagi, pukul delapan kami berangkat. Kendaraan dipacu dengan kecepatan sedang. Tidak terburu-buru, yang penting selamat hingga tujuan. 

Setelah setengah jam perjalanan, istri saya terlihat membuka tas jinjingnya. Ia aduk-aduk isinya. 

"Di mana, ya?" seolah bertanya sendiri.

"Apa?" tanya saya.

"Obat Ibu di mana, ya?" tanyanya lagi.

Anak-anak di bangku belakang pun dimintanya untuk ikut mencari.

Sementara mereka sibuk mencari obat yang harus diminum ibunya secara rutin setiap delapan jam itu, mata saya mencari tempat parkir yang tepat. Tidak mudah menemukan tempat parkir di jalan yang berliku dan bahu jalan yang sempit. Setelah berjalan cukup jauh, saya menemukan halaman sebuah warung di seberang kanan jalan yang cukup lebar. Saya pun memutar dan memarkirkan kan mobil di sana. Kami pun bersama-sama mencari. Setelh yakin tidak ditemukan, kami pun kembali pulang.

"Kita cari di rumah. Perjalanan baru setengah jam. Kita kembali, nanti pukul sembilan berangkat lagi," kata saya.

Si Ibu mengiyakan. Kami pun kembali pulang.

Sampai di rumah, ternyata obat yang dicari terjatuh dan belum dimasukkan ke dalam kantong. Setelah semua beres, kami pun melanjutkan perjalanan. 

Jalan Poros yang Seram

Setelah lebih dari satu jam perjalanan, kami pun sampai ke kota Tebing Tinggi, ibukota Kabupaten Empat Lawang, Sumatera Selatan. Jika mengikuti petunjuk peta Google, kami diarahkan melalui jalan Tebing Tinggi - Pendopo melalui Talang Padang. Namun, atas saran keponakan, saya diminta melalui jalur alternatif. Orang di sana menyebutnya jalan poros. Jalan itu pun menghubungkan Kota Tebing Tinggi dan Pendopo, akan tetapi lebih pintas. 

Jalan yang kami lalui mulus. Laju kendaraan dapat dipaju dengan wajar. Tidak lama kami menikmati jalan mulus tanpa cela. Berikutnya ada beberapa bagian yang berlubang. Aspal jalan terkelupas. Jalan bergelombang dan di sana-sini terdapat gundukan. Sesekali saya harus menginjak pedal rem agar kendaraan tidak terpental. 

Jalan pintas yang disebut sebagai jalan poros adalah jalan melewati bukit. Oleh karena itu, tanjakan dan turunan tidak terhindarkan. Pun kelokan tajam cukup membuat para sopir waspada. 

Meskipun demikian, ras tegang dan was-was terbayar dengan pemandangan lembah (atau jurang ya?) yang sangat indah.

Lewat tengah hari, kami pun sampai di kediaman keponakan. 

Novel Tak Seindah Jogja

Di dalam kamar cucu, tempat anak-anak saya tidur, terdapat rak meja belajar yang penuh dengan deretan buku novel. Satu di antaranya adalah novel yang masih berbungkus palstik. Pertanda baru.

Melihat raut muka anak-anak yang memang suka membaca, Rani pun memberikan buku itu secara cuma-cuma, karena ia masih mempunyai beberapa eksemplar yang belum terjual.

Kedua anak perempuan saya itu tinggal di Jawa karena kuliah dan berkerja. Maka, saya berpikir buku itu bakal dibawanya. Oleh karena itu, saya diberi tautan untuk membaca di aplikasi KBM, https://read.kbm.id/book/detail/032f104c-ea72-c49c-7064-c6fb0d96d775.

Dari bab 1 hingga bab 7 saya baca tanpa membayar. Membaca bab-bab selanjutnya, saya rela membeli koin dan membaca setiap bab dengan 15 koin. 

Berikut penampakan novelnya di aplikasi KBM.

Rosalina Vega (Sumber: https://kbm.id/profile/penulis/e7de4d91-4045-3d7d-ba75-a45a0626a49d)
Rosalina Vega (Sumber: https://kbm.id/profile/penulis/e7de4d91-4045-3d7d-ba75-a45a0626a49d)

Gambar tangkapan layar (Sumber: https://kbm.id/book/detail/032f104c-ea72-c49c-7064-c6fb0d96d775)
Gambar tangkapan layar (Sumber: https://kbm.id/book/detail/032f104c-ea72-c49c-7064-c6fb0d96d775)

Sebelum kami melancong ke gunung di kota Pagaralam, Rani bercerita bahwa Rosalina Vega adalah nama penanya. Hobi membaca mengantarkannya untuk mencoba menulis dan akhirnya lahir empat buah novel solo, satu di antaranya novel Tak Seindah Jogja itu. Buku setelah 201 halaman dengan ISBN 978-602-429-757-2 terdiri dari 30 bab.

Buku yang laku dijual secara fisik pun mendapat koin dari aplikasi, membuatnya semakin bersemangat untuk menulis. Menulis yang baik atau tidak sama sekali. Demikian motto literasinya.

Musi Rawas, 15 Mei 2023
PakDSus

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun