Mohon tunggu...
Susanto
Susanto Mohon Tunggu... Guru - Seorang pendidik, ayah empat orang anak.

Tergerak, bergerak, menggerakkan. Belajar terus dan terus belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Rosalina Vega, Keponakanku Si Penulis Novel

15 Mei 2023   23:18 Diperbarui: 16 Mei 2023   00:05 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersama keponakan (RV) dan Cucu (Dok. Pribadi)

"Kita cari di rumah. Perjalanan baru setengah jam. Kita kembali, nanti pukul sembilan berangkat lagi," kata saya.

Si Ibu mengiyakan. Kami pun kembali pulang.

Sampai di rumah, ternyata obat yang dicari terjatuh dan belum dimasukkan ke dalam kantong. Setelah semua beres, kami pun melanjutkan perjalanan. 

Jalan Poros yang Seram

Setelah lebih dari satu jam perjalanan, kami pun sampai ke kota Tebing Tinggi, ibukota Kabupaten Empat Lawang, Sumatera Selatan. Jika mengikuti petunjuk peta Google, kami diarahkan melalui jalan Tebing Tinggi - Pendopo melalui Talang Padang. Namun, atas saran keponakan, saya diminta melalui jalur alternatif. Orang di sana menyebutnya jalan poros. Jalan itu pun menghubungkan Kota Tebing Tinggi dan Pendopo, akan tetapi lebih pintas. 

Jalan yang kami lalui mulus. Laju kendaraan dapat dipaju dengan wajar. Tidak lama kami menikmati jalan mulus tanpa cela. Berikutnya ada beberapa bagian yang berlubang. Aspal jalan terkelupas. Jalan bergelombang dan di sana-sini terdapat gundukan. Sesekali saya harus menginjak pedal rem agar kendaraan tidak terpental. 

Jalan pintas yang disebut sebagai jalan poros adalah jalan melewati bukit. Oleh karena itu, tanjakan dan turunan tidak terhindarkan. Pun kelokan tajam cukup membuat para sopir waspada. 

Meskipun demikian, ras tegang dan was-was terbayar dengan pemandangan lembah (atau jurang ya?) yang sangat indah.

Lewat tengah hari, kami pun sampai di kediaman keponakan. 

Novel Tak Seindah Jogja

Di dalam kamar cucu, tempat anak-anak saya tidur, terdapat rak meja belajar yang penuh dengan deretan buku novel. Satu di antaranya adalah novel yang masih berbungkus palstik. Pertanda baru.

Melihat raut muka anak-anak yang memang suka membaca, Rani pun memberikan buku itu secara cuma-cuma, karena ia masih mempunyai beberapa eksemplar yang belum terjual.

Kedua anak perempuan saya itu tinggal di Jawa karena kuliah dan berkerja. Maka, saya berpikir buku itu bakal dibawanya. Oleh karena itu, saya diberi tautan untuk membaca di aplikasi KBM, https://read.kbm.id/book/detail/032f104c-ea72-c49c-7064-c6fb0d96d775.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun